Femisida di Meksiko: Hak Asasi Perempuan yang Tertutup oleh Machismo

DIVA WAFFIYA
Mahasiswa Universitas Islam Indonesia, Jurusan Hubungan Internasional.
Konten dari Pengguna
26 Agustus 2021 12:58 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari DIVA WAFFIYA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kekerasan yang didapat oleh Perempuan Meksiko dari orang terdekat mereka. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Kekerasan yang didapat oleh Perempuan Meksiko dari orang terdekat mereka. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Femisida memiliki makna bahwa seorang perempuan dibunuh hanya karena mereka perempuan. Ini merupakan fenomena dimana gender menjadi penyebab dari seseorang merasa ketakutan dan tidak aman.
ADVERTISEMENT
Meksiko yang terletak di Kawasan Amerika Latin, menjadi negara yang memiliki tingkat femisida tinggi. Tingginya tingkat pembunuhan perempuan ini membawa masyarakatnya turun ke jalan melakukan demo secara besar besaran.
Faktor Pemicu Gender Movement
Hal yang sangat memicu demo ini adalah ditemukannya jasad seorang anak yang terbungkus kantong plastik, berumur tujuh tahun yang Bernama Fatima. Tak lama setelah itu, Ingrid Escamilla, perempuan usia 25 tahun, harus menghadapi kematiannya dengan dibunuh secara sadis oleh pacarnya sendiri. Demo itu dilakukan pada Februari 2020 dengan #NiUnaMenos.
Selain itu, untuk memperingati hari perempuan internasional yang jatuh pada 8 Maret, para perempuan Meksiko juga mengekspresikan hak bersuara mereka dengan cara berdemo.
Tak cukup sampai di situ, keesokannya hampir seluruh perempuan yang ada di Meksiko melakukan pemogokan secara nasional, yang dikenal dengan gerakan #UnDíaSinNosotras. Selama satu hari penuh mereka tidak melakukan apa pun, termasuk bekerja, bersekolah dan aktivitas lainnya.
ADVERTISEMENT
Pemogokan ini berimplikasi pada laju perekonomian Meksiko. Hal ini dikarenakan perempuan menyumbang hampir sebanyak 25% GDP Meksiko. Di sini bisa dilihat bahwa sebenarnya perempuan juga memiliki peranan yang cukup penting bagi kemajuan Meksiko.
Maka sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk mampu melindungi perempuan Meksiko melalui pemenuhan hak-hak mereka, seperti hak untuk hidup, hak untuk mendapatkan kesetaraan, hak untuk bersuara, hak untuk bekerja dan berbagai hak-hak lainnya.
Ciudad Juarez: Daerah Industrialisasi yang Berbahaya
Salah satu wilayah di Meksiko yang terkenal akan femisida nya adalah Ciudad Juarez, sebuah kota yang berbatasan dengan Amerika Serikat. Kota ini menjadi pusat manufaktur karena banyak terdapat pabrik-pabrik milik asing, biasa disebut maquiladora.
Banyaknya lapangan pekerjaan membuat beberapa perempuan, khususnya perempuan asli Meksiko (Indigenous) bermigrasi ke Ciudad Juarez.
ADVERTISEMENT
Wilayahnya nya yang berbatasan dengan Amerika Serikat, membuat peristiwa kejahatan banyak terjadi di Ciudad Juarez. Sebelumnya perbatasan antara Meksiko-Amerika Serikat memang terkenal akan berbagai tindakan criminal.
Oleh sebab itulah tembok perbatasan dibangun berpuluh kilometer guna menghalau kejahatan yang terjadi di perbatasan. Tindakan criminal ini bisa dalam bentuk penjualan narkoba, perdagangan manusia dan berbagai kejahatan terorganisir lainnya.
Pada tahun 2010, sebanyak 304 perempuan telah menjadi korban femisida. Pembunuhan tersebut biasa dibarengi dengan pemerkosaan, perdagangan manusia dan penyiksaan.
Jumlah tersebut memberitahukan kepada kita bahwa hampir setiap hari dalam setahun perempuan itu meninggal karena dibunuh. Sehingga akan menjadi hal aneh apabila dalam seminggu tidak ada pemberitaan mengenai pembunuhan terhadap perempuan.
Bagaimana dengan Indigenous Women?
ADVERTISEMENT
Ada perempuan yang dipandang lebih rentan daripada perempuan lainnya yang ada di Meksiko. Perempuan ini adalah orang asli Meksiko (Indigenous). Sebelumnya telah disebutkan bahwa indigenous women ini bermigrasi ke Ciudad Juarez untuk bekerja. Sehingga ekonomi mereka dapat meningkat dan bisa keluar dari garis kemiskinan.
Namun problematikannya adalah, ketika indigenous women ini justru merasa takut dan tidak aman setelah mereka bermigrasi ke Ciudad Juarez. Padahal tujuan awalnya bermigrasi adalah untuk mencari kehidupan yang lebih baik dan layak.
Banyak dari indigenous women ini menjadi korban dari tindakan femisida. Ini disebabkan karena mereka jauh lebih lemah dari perempuan lainnya, dilihat dari segi ekonomi dan akses mereka. Seperti akses transportasi, mereka biasanya menggunakan bus umum karena tidak mampu atau bahkan tidak memiliki akses ke transportasi lainnya.
ADVERTISEMENT
Sering kali dalam perjalanannya mereka tidak sampai rumah dengan selamat. Ini menjadi peluang tersendiri bagi tindakan-tindakan criminal, seperti menculik kemudian membunuh mereka, dan organ nya diperdagangkan secara illegal.
Machismo sebagai Budaya yang Mengakar
Penyebab dari segala tindakan pembunuhan yang terjadi di Meksiko ini tak lain karena adanya budaya yang sudah mengakar. Budaya itu adalah Machismo.
Makna dari Machismo sendiri adalah bentuk seksisme atau suatu kondisi di mana selalu memposisikan laki-laki di atas perempuan. Bentuk lain dari Machismo ini adalah Patriarki. Ini menjadi legitimasi bagi para laki-laki untuk melakukan kekerasan bahkan bisa sampai membunuh perempuan.
Laki-laki berpikir mereka berhak atas tindakannya terhadap perempuan, karena sebagai kepala keluarga mereka mengeklaim berhak untuk mengendalikan situasi di dalam keluarganya. Sehingga ketika kekerasan itu terjadi, laki-laki tidak bisa disalahkan atas tindakannya ini.
ADVERTISEMENT
Bagaimana HAM melihat Fenomena Femisida?
Jika dilihat dalam konteks Hak Asasi Manusia, Femisida yang terjadi di Meksiko menjadi salah satu pelanggaran hak asasi manusia paling tak manusiawi. Bagaimana bisa seorang perempuan yang tidak bersalah dibunuh hanya karena mereka berjenis kelamin perempuan.
Padahal perempuan merupakan individu yang seharusnya lebih dilindungi keamanannya. Mereka juga memiliki hak untuk hidup dan beraktivitas seperti laki-laki.
Fenomena ini pun juga telah mendapat kecaman dari kelompok atau organisasi internasional yang fokus terhadap isu hak asasi manusia, seperti Amnesty Internasional dan Human Rights Watch. Kelompok ini menginginkan Meksiko untuk memberikan hukuman yang setimpal atas tindakan pembunuhan yang pelaku lakukan.
Gender Alert sebagai Solusi Pemerintah yang Tumpul
Sayangnya, Meksiko seakan tidak mampu untuk mengatasi epidemi femisida yang terjadi di negaranya. Karena bagaimanapun ini menyangkut urusan budaya. Perubahan akan sulit dilakukan apabila itu sudah menyangkut akan budaya dan kebiasaan.
ADVERTISEMENT
Dalam hal femisida yang terjadi di Meksiko ini sebenarnya pemerintah tidak hanya diam, melainkan membuat sebuah inisiatif dan kebijakan untuk meminimalisir femisida.
Inisiatif yang dimaksud adalah “Alerto de Genero/Gender Alert” (Wapada Gender) yang dibuat oleh Kementerian Dalam Negeri yang ditujukan untuk suatu negara bagian yang kekerasan gender nya dianggap sebagai ancaman khusus. Namun justru inisiatif ini belum dibuat di beberapa negara bagian yang tingkat femisida nya tinggi.
Selain itu, ketidakjelasan pengimplementasian inisiatif “Alerto de Genero” ini menyebabkan pemerintah negara bagian bingung untuk menjalankannya. Akhirnya dengan ketidakjelasan ini, membuat pihak berwenang justru enggan untuk menindak dengan jelas dan transparan.
Fakta membuktikan bahwa banyak dari pihak yang ditugaskan untuk menangani femisida justru membuat laporan palsu sehingga kasus femisida seolah telah terselesaikan.
ADVERTISEMENT
Sejalan dengan ketidakjelasan inisiatif ini, banyak kelompok hak asasi perempuan di Meksiko yang menyatakan bahwa program “Alerto ge Genero” tidak bisa benar-benar menjamin hak dan keadilan perempuan di Meksiko.
Janji yang dibawa oleh Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador yang menyatakan akan lebih melindungi perempuan dan membuat Langkah-langkah preventif dengan memberikan sumber daya pemerintahan lebih banyak dianggap tidak benar-benar mencapai tujuan itu.
Justru di masa pandemic Covid-19 seperti sekarang, pemerintahannya memotong bantuan anggaran dana ke penampungan perempuan bagi yang pernah dilecehkan dan juga memotong dana ke organisasi masyarakat sipil yang berfokus pada perlindungan korban kekerasan gender.
Meskipun tidak berhubungan dengan epidemi femisida, namun secara bertahap pemotongan dana ini mengaburkan dukungan yang diberikan oleh pemerintah kepada perempuan.
ADVERTISEMENT
Tanpa bantuan dari dana yang diberikan oleh pemerintah membuat para perempuan kembali bergantung pada suami, pacar atau saudara laki-laki mereka. Implikasi nya adalah hak perempuan kembali terkikis oleh patriarki yang secara tidak langsung didukung oleh pemerintah.
Setiap inisiatif dan program tidak akan mampu mencegah dan menindak kejahatan femisida apabila perempuan secara institusional dan mobilitas terbatas.