Konten dari Pengguna

Brain Rot: Penyebab dan Dampak dari Adiksi Media Sosial pada Kesehatan Mental

Diva Aulia Putri
Mahasiswi Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16 Desember 2024 16:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Diva Aulia Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://unsplash.com/photos/worried-football-fans-supproting-a-german-national-team-in-live-soccer-match-at-stadium-bbmnurcZVuM
zoom-in-whitePerbesar
https://unsplash.com/photos/worried-football-fans-supproting-a-german-national-team-in-live-soccer-match-at-stadium-bbmnurcZVuM
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini muncul istilah brain rot, di mana istilah tersebut digunakan apabila seseorang mengonsumsi lebih menyukai konten yang tidak berkualitas dibandingkan konten receh yang memiliki banyak manfaat di dalamnya. Oleh karena itu, brain rot ini terus disuarakan agar budaya digital di Indonesia ini tidak merusak generasi-generasi yang akan datang. Artikel ini akan mengulas lebih dalam tentang brain rot.
ADVERTISEMENT
Menurut Finandita Utari yang merupakan seorang psikolog, menjelaskan bahwa istilah brain rot ini tidak ada dalam ilmu psikologi, sebenarnya itu hanyalah kata kiasan bagi seseorang yang banyak mengonsumsi konten media sosial yang berlebih dan tidak bermutu, sehingga menyebabkan “kerusakan otak” atau penurunan mental.
Lalu, bagaimana brain rot bisa mempengaruhi kesehatan mental seseorang?
Ketika kita mengonsumsi media sosial secara terus menerus dan menonton konten yang sama, itu memunculkan adiksi terhadap diri kita sehingga kita ingin menonton video tersebut secara terus menerus.
Dalam ilmu psikologi, hal ini dapat dikaitkan dengan beberapa penyebab, yaitu:
ADVERTISEMENT
Dampak bagi seseorang yang terindikasi terkena brain rot:
Menurut Finandita Utari seorang psikologi dalam wawancaranya di DAAI Magazine, menjelaskan beberapa hal yang menjadi penyebab brain rot, yaitu:
Kemampuan Kognitif Melemah
Hal ini terjadi karena orang yang terindikasi terkena brain rot ini jarang melakukan latihan otak, sehingga dalam hal berpikir, mengingat, menghafal pasti akan ada kelemahan akibat dari penurunan kognitif tersebut.
Perubahan Perilaku
Dalam hal perilaku, seseorang akan menarik diri dari lingkungan sosial atau justru sibuk membandingkan diri dari orang lain. Selain itu juga bisa dengan mudah merasa mood swing dan juga cepat merasa bosan, sehingga dia akan terus-menerus mencari apa yang sekiranya menjadi candu baginya.
Perubahan Emosional yang tinggi
ADVERTISEMENT
Mudah marah, mudah merasa terusik, dan mudah merasa sensitif. Selain itu juga bisa dengan mudah merasa mood swing dan juga cepat merasa bosan, sehingga dia akan terus-menerus mencari apa yang sekiranya menjadi candu baginya. Bahkan, bisa saja orang tersebut cenderung memilih-milih teman, yang di mana dia hanya memilih teman yang mau mendukungnya saja, sehingga dia bisa mendapatkan validasi dari sosialnya.
Jadi, penting bagi kita untuk memilah konten di media sosial yang bermutu agar tidak terkena gangguan brain rot. Dengan memperhatikan kualitas informasi yang kita konsumsi dan meluangkan waktu untuk melatih otak dengan aktivitas yang bermanfaat, kita dapat menjaga keseimbangan mental dan memperkuat kemampuan berpikir kita. Waspadalah terhadap damapk negatif yang muncul karena kita tidak bijak dalam menggunakan media sosial sebagai upaya menjaga generasi yang akan datang.
ADVERTISEMENT