Konten dari Pengguna

PPKM Darurat: Siap-siap WFH, Siap-siap Tagihan Listrik Naik Lagi

Dyah Kusuma Dewi
Humas di Kementerian ESDM
2 Juli 2021 8:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dyah Kusuma Dewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Meteran listrik. Foto: Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Meteran listrik. Foto: Pribadi.
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo telah mengumumkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM Darurat) yang akan berlaku di sejumlah kota di Pulau Jawa dan Bali mulai 3-20 Juli mendatang. Hal itu berarti mulai Senin depan kantor-kantor akan menerapkan Work From Home (WFH), hingga 100 persen.
ADVERTISEMENT
Yang ada di pikiran saya ketika mendengar pengumuman itu adalah, "Tagihan listrik orang-orang bisa naik lagi nih, bisa ramai lagi di media sosial." Memang kondisi PPKM Darurat besok lebih kurang akan sama dengan keadaan di awal pandemi Covid-19, sekitar bulan Maret hingga Juni 2020 silam. Di mana sebagian besar perkantoran mengosongkan gedung.
Saya jadi teringat, di pertengahan April tahun lalu, pulsa listrik saya lebih cepat habis. Biasanya saya beli pulsa listrik di e-commerce setiap 1,5 bulan. Tetapi ketika itu, baru 4 minggu sejak pembelian pulsa listrik, meteran listrik saya sudah berbunyi. Terpaksa mengeluarkan uang 500 ribu rupiah lebih cepat daripada biasanya.
Ya, maklum saja, biasanya pendingin ruangan hanya dinyalakan ketika anak tidur siang dan tidur malam, ketika WFH jadi nyala hampir seharian. Belum lagi harus charge laptop untuk bekerja. Wajar jika pulsa listrik lebih cepat habis.
ADVERTISEMENT
Di bulan Juni 2020, ketika cerita masyarakat soal kenaikan tagihan listrik yang enggak kira-kira, saya tanya ibu saya di rumah, apa tagihan listriknya lebih banyak daripada biasanya. Kebetulan listrik di rumah ibu saya menggunakan listrik pascabayar. Ibu saya mengaku tagihan listriknya naik 1,5 kali lipat. Dari yang biasanya 200-250 ribu rupiah, menjadi sekitar 360 ribu rupiah.
Padahal di rumah ibu tidak ada AC, tapi ternyata boros listrik juga. Mungkin karena kipas angin dan dispenser yang biasanya dimatikan ketika berangkat kerja, ketika WFH jadi nyala lebih lama. Juga penggunaan komputer, walau sesekali tapi berpengaruh juga.
Dari pengalaman itu, terpikir bahwa PPKM Darurat juga akan membuat masyarakat mengeluhkan besaran pos keuangan untuk membayar listrik. Jadi, siap-siap WFH, siap-siap tagihan listrik naik juga.
ADVERTISEMENT

Menyiasati

Untuk menyiasatinya, ada banyak hal yang sebenarnya bisa kita lakukan untuk menghemat listrik, juga menjaga kantong tetap tebal.
Yang pertama, tentu mematikan alat elektronik yang tidak digunakan. Kebiasaan saya dulu, suka menyalakan televisi walaupun saya sedang mengerjakan hal lain. Alasannya, agar tidak sepi di rumah. Padahal itu jelas pemborosan. Yang paling fatal, suka ketiduran ketika menonton TV. Alhasil TV nyala terus sampai pagi. Padahal, kalau mengaktifkan timer, TV bisa mati sendiri walau kita ketiduran.
Usaha yang kedua, mencabut kabel dari steker atau colokan listrik jika tidak digunakan. Ternyata hal ini juga berpengaruh pada tagihan listrik kita. Sebelumnya saya berpikir kalau alatnya tidak digunakan, ya listriknya juga tidak mengalir. Ternyata saya salah! Alat elektronik dalam keadaan mati, namun kabelnya masih 'nyolok' di steker, tetap menyedot listrik.
Mencabut kabel TV (paling atas) ketika tidak digunakan. Foto: Pribadi.
Kemudian, memilih peranti elektronik yang hemat energi. Contohnya, mengganti lampu pijar atau CFL dengan lampu LED. Karena dengan watt lampu LED yang lebih kecil, ternyata sinarnya lebih terang, jadi lebih hemat listrik. Lalu pilih alat elektronik yang telah ditempeli label hemat energi dengan 4 bintang. Semakin banyak bintang, maka semakin hemat penggunaan listriknya.
ADVERTISEMENT
Usaha berikutnya, yakni memasang PLTS Atap. Cukup berat memang, mengingat modal yang dikeluarkan cukup besar. Tapi ini cita-cita saya kalau sudah punya rumah sendiri kelak. Dengan PLTS Atap, tentu kita bisa memproduksi listrik untuk digunakan sendiri. Kebutuhan listrik siang hari bisa dipenuhi dari PLTS Atap, jadi kita hanya membayar listrik ke PLN untuk penggunaan di malam hari. Kalau dari testimoni pengguna, pengurangan tagihannya bisa sampai 30 persen.
Peningkatan konsumsi listrik ketika WFH tentu tidak bisa kita hindari. Namun, dengan melakukan usaha-usaha sederhana (tidak termasuk PLTS Atap ya) di atas, mudah-mudahan bisa menjaga pengeluaran kita untuk membayar listrik ya.