Konten dari Pengguna

Merayakan Hardiknas: Payung Kreasi, Budaya Inspirasi

Do'a Rintan
Mahasiswi Ilmu Komunikasi di Universitas Boyolali. Memiliki minat dalam dunia media, literasi, dan komunikasi publik. Membaca dan bermain voli sebagai bentuk penyeimbang antara wawasan dan gaya hidup aktif.
4 Mei 2025 14:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Do'a Rintan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dok. Pribadi – Foto oleh Doa Rintan Desta Permata Hati diambil langsung dengan kamera pribadi. Siswa-siswa ini memperingati Hardiknas SDN 2 Juwangi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dok. Pribadi – Foto oleh Doa Rintan Desta Permata Hati diambil langsung dengan kamera pribadi. Siswa-siswa ini memperingati Hardiknas SDN 2 Juwangi
ADVERTISEMENT
Hari Pendidikan Nasional bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi momen refleksi bagi kita semua pendidik, siswa, dan masyarakat untuk meninjau kembali makna pendidikan yang sesungguhnya. Tahun ini, perayaan Hardiknas di SDN 2 Juwangi menghadirkan wajah pendidikan yang lebih membumi, lebih dekat dengan realitas kehidupan, dan penuh makna.
ADVERTISEMENT
Melihat siswa-siswi berjalan dengan payung hias berwarna-warni, mengenakan pakaian adat dengan motif khas daerah, serta menyapa warga dengan senyum ceria, semua itu bukan hanya gambaran visual, tetapi juga simbol pendidikan yang hidup. Payung yang dihias dengan ornamen seperti pita dan renda mencerminkan kreativitas mereka, menjadikan seni sebagai bagian dari proses belajar. Di Hardiknas ini, pendidikan tidak hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga di jalan kampung, di pelataran sekolah, dan di tawa anak-anak saat makan bekal bersama. Ini adalah wujud nyata pendidikan holistik yang menyentuh aspek kognitif, emosional, dan sosial secara seimbang.
Lebih dari sekadar perayaan, kegiatan ini menumbuhkan rasa cinta tanah air, kebanggaan terhadap budaya sendiri, serta mempererat hubungan antar siswa dan warga sekitar. Namun, di balik semua kemeriahan, ada tantangan besar yang perlu disikapi yakni keterlibatan aktif orang tua dan masyarakat dalam pendidikan. Kehadiran mereka semestinya bukan sekadar sebagai penonton, tetapi sebagai bagian dari perjalanan pendidikan anak-anak kita.
ADVERTISEMENT
Untuk menjawab tantangan ini, sekolah perlu lebih proaktif menjalin komunikasi dengan orang tua dan komunitas sekitar. Forum warga, grup komunikasi digital, hingga undangan partisipasi dalam agenda sekolah dapat menjadi langkah nyata agar tercipta rasa memiliki bersama. Sebab, ketika pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, keberhasilannya pun akan lebih kokoh dan bermakna.
Momentum Hardiknas yang diperingati setiap 2 Mei mengingatkan kita bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga komunitas. Kita semua memiliki peran dalam memastikan bahwa setiap anak mendapatkan kesempatan belajar yang berkualitas. Perayaan ini bukan hanya momen refleksi, tetapi juga ajakan untuk bertindak. Mari kita mulai dari lingkungan terdekat, mendukung inisiatif pendidikan, dan memastikan bahwa pendidikan terus berkembang sebagai fondasi masa depan bangsa.
ADVERTISEMENT
Penulis: Doa Rintan Desta Permata Hati dan Anita Dwiyanti