Filosofi Persaudaraan Dunia Inter Milan

Dody Harendro
PNS Kemlu RI Interisti
Konten dari Pengguna
16 Juli 2018 1:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dody Harendro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Anak saya sejak kecil selalu nonton Inter Milan, dia peace maker di keluarga, dan sekarang dia baru lulus tes diplomat," ucap ayah saya di sela-sela rapat RT di ruang tamu. Sekilas ketiga hal tersebut tidak ada hubungannya.
ADVERTISEMENT
Namun, fakta sejarah klub yang 33 tahun sebelum Piagam PBB mulai dirumuskan sudah menyuburkan nilai perdamaian dan persaudaraan dunia, sangat inspiratif bagi sang 'juru damai dan diplomat' muda tersebut.
Pada saat itu, sebelas pemain utama klub sepak bola Italia ini adalah tiga orang Brazil, dua orang Argentina, dan masing-masing seorang dari Prancis, Rumania, Serbia, Swedia, Kolombia, dan Ghana, dengan pelatih asal Portugal.
Ayah saya pun menjadi semakin bersemangat menjelaskan kepada peserta rapat, sekaligus menyisipkan pesan untuk anaknya, bahwa diplomat harus bisa berteman dan bersinergi dengan semua orang dari seluruh dunia agar perdamaian tercipta.
Persis seperti Inter Milan, yang malam itu baru saja bersinergi menundukkan tim ibu kota dengan skor telak 4-1.
Pemain Inter Milan merayakan gol. (Foto: Twitter: Inter)
Inter Milan memang dibangun atas dasar persaudaraan internasional. Pendirinya pada 9 Maret 1908, adalah untuk menolak ekslusivisme pribumi Italia. Perbedaan bangsa, warna kulit, bahasa, status ekonomi, maupun status sosial, justru menjadi kekuatan tersendiri klub ini.
ADVERTISEMENT
Dua tahun setelah berdiri, klub ini telah mampu mengumpulkan poin terbanyak. Namun, karena dianggap bukan tim yang 'murni Italia', gelar 'Juara Federal' pun tidak diiringi dengan gelar kehormatan 'Juara Italia'.
Hal ini bertalian dengan gerakan fasisme yang mulai menancapkan kukunya di Italia, apalagi (setelah) berkuasa pada 1920-an dengan Benito Mussolini yang mengedepankan kemurnian ras.
Menyusul berkuasanya National Fascist Party pada 1922, tekanan terhadap Internazionale semakin kuat.
Azas internasionalisme yang diusung sejak memisahkan diri dari Milan Football and Cricket Club dianggap terlalu berbahaya bagi rezim. Oleh karena itu, pada 1925, Societa Sportiva Ambrosiana harus menjadi nama baru klub ini.
Tidak berhenti pada nama saja, logo, warna, dan kostum pun harus disesuaikan. Logo palang merah dengan latar belakang putih sederhana yang merupakan simbol kota Milan menjadi hasil negosiasi dengan penguasa.
ADVERTISEMENT
Untungnya, pada 1932, kegigihan suporter untuk terus menyerukan kata Inter pada setiap pertandingan, membuat klub diperbolehkan menambah nama menjadi Ambrosiana-Inter. Baru setelah berakhirnya Perang Dunia II, si 'Biru Hitam' berhasil kembali pada keaslian dan prinsipnya hingga saat ini.
Inter pun tumbuh menjadi klub dengan . Indonesia bahkan juga memiliki catatan tersendiri pada klub ini, mengingat pada 2013 seorang pengusaha nasional, Erick Thohir mampu menguasai 70% saham klub dan menjadi Presiden hingga 2017.
Walaupun sudah menyerahkan tampuk kekuasaan kepada Sunning Group, Ketua INASGOC Asian Games 2018 ini masih memiliki 30% saham Inter Milan.
Bagi Inter Milan, bukanlah latar belakang dan tampilan fisik pemain yang penting, tetapi rekam jejak, keahlian, dan kesanggupan bekerjasama.
ADVERTISEMENT
Celaan, baik dari publik Italia maupun para pengamat sepakbola lainnya, tidak pernah digubris. Walaupun begitu, bukan berarti Inter Milan adalah tim yang buruk.
Nyatanya, pada 2010, Inter menjadi tim pertama Italia (dan satu-satunya hingga kini) yang memenangkan treble atau tiga juara sekaligus dalam satu musim, yaitu Serie A, Coppa Italia, dan Champions League Eropa. Semua dicapai .
Musim 2017, Nerazzurri bahkan memiliki pemain dari benua Asia dan Australia, yang membuatnya menjadi tim yang dihuni pemain dari lima benua. Pemain tersebut adalah Yuto Nagatomo dari Jepang, dan Trent Sainsbury dari Australia.
Keduanya merupakan andalan negara masing-masing saat bermain pada Piala Dunia 2018 di Rusia yang baru saja berakhir.
Bek sayap Jepang, Yuto Nagatomo. (Foto: Twitter @YutoNagatomo5)
Soal Piala Dunia, Inter memiliki catatan menarik. Inter selalu memiliki pemain yang bermain pada final Piala Dunia sejak 1982. Pada Piala Dunia 2018, dua pemain Inter ada di Kroasia, yakni Ivan Perisic dan Marcelo Brozovic.
ADVERTISEMENT
Dengan karagaman di tubuhnya, Inter pun membutuhkan pelatih serupa diplomat. Sebab, menguasai suasana kamar ganti yang terdiri dari ragam individu berbeda bangsa, tidak jauh berbeda dengan memimpin perundingan multilateral.
Alhasil, seperti diplomat, pelatih Inter dituntut untuk mampu menguasai berbagai bahasa. Inter misalnya pernah memiliki Jose Mourinho. Pelatih yang memimpin Inter menjuarai treble ini disebut-sebut menguasai enam bahasa. Selain Mou, ada juga Mircea Lucescu dan Rafael Benitez yang menguasai lima bahasa.
Selebrasi pemain Inter. (Foto: REUTERS/Alberto Lingria)
"This wonderful night bestows us with the colours of our crest: black and blue against a gilded backdrop of stars. It shall be called International, because ." Betapa sebuah pesan pendirian yang singkat nan kuat.
ADVERTISEMENT
Logo biru hitam (Nerazzurri) menggambarkan sejarah perjuangan yang tidak hanya di atas lapangan, namun juga secara ideologi melawan mainstream saat Inter berdiri.
Kalau boleh berandai-andai, sekiranya saat Inter Milan berdiri teknologi komunikasi sudah menjangkau seluruh dunia, dan Liga Italia dapat ditayangkan lintas benua, mungkin Perang Dunia dapat terhindarkan.
, dan Inter Milan adalah pengejawantahan filosofi tersebut.