Konten dari Pengguna

Pesona Bung Karno dari Magribi hingga Samarkand

Dody Harendro
PNS Kemlu RI Interisti
3 Agustus 2018 21:30 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dody Harendro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pesona Bung Karno dari Magribi hingga Samarkand
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Di ujung Magribi, tepatnya di Kota Rabat, terdapat Jalan Soekarno. Kemudian di Mesir, bukan hanya jalan, tapi nama toko, nama buah, dan bahkan orang Mesir, bernama Soekarno. Lalu, bergeser ke Timur Tengah wilayah Asia, di Iraq ada jenis Ikan Soekarno. Dan di Uzbekistan, mungkin tidak akan pernah ditemukan makam Imam Bukhori tanpa peran Bung Karno.
ADVERTISEMENT
Selalu menyenangkan jika bertualang keliling dunia menemukan hal terkait tanah air tercinta. Tidak hanya memberikan kebanggaan dan ketakjuban, namun juga topik pembicaraan dengan orang setempat. Dalam hal ini, 22 tahun kekuasaan Presiden Soekarno meninggalkan jejak yang tidak sedikit di berbagai penjuru bumi.
Keberanian dan ketegasan proklamator bangsa untuk tidak terseret Blok Barat maupun Blok Timur dan mendirikan Gerakan Non Blok dan Konferensi Asia Afrika membuatnya sangat termashyur di dunia, terutama di Benua Asia dan Afrika. Salah satunya adalah di Maroko, di negara Afrika Utara paling barat ini, Indonesia merupakan negara pertama yang melakukan Kunjungan Kepresidenan pada 1956. Rasa utang budi Bangsa Maroko ditunjukkan dengan memberi nama jalan protokol di Ibukotanya dengan nama Rue Soukarno, seperti dibahas lebih dalam pada tulisan Bpk Suparman.
ADVERTISEMENT
Lain lagi di Mesir, negara pertama yang tercatat mengakui kemerdekaan ini memiliki hubungan sejarah yang dekat dengan Indonesia. Jalan Soekarno terdapat di salah satu wilayah terpadat di Kairo, beberapa pemilik usaha kelontong pun masih setia mempertahankan nama tokonya Soekarno dalam bahasa Arab.
Tidak hanya itu, cerita Presiden Soekarno yang pernah memberikan bibit mangga dan hingga kini dikenal dengan mangga Soekarno juga luas dibincangkan. Walaupun catatan resmi terkait mangga yang juga dikenal orang Mesir sebagai mangga sukkari (gula) karena rasanya yang manis ini, tidak pernah dapat dibuktikan.
Kedekatan hubungan dengan Presiden Gamal Abdul Nasser yang tercermin dengan jumlah kunjungan presiden pertama RI ini sebanyak enak kali, juga sangat membekas bagi masyarakat Mesir. Sehingga pada waktu itu banyak orang tua yang memberi nama Ahmad Soekarno kepada anak-anaknya dan tidak jarang kita terkejut ketika berkenalan di jalan.
ADVERTISEMENT
Menyeberangi Mesir via Terusan Suez maka kita akan bergeser ke wilayah Asia. Di Iraq juga terdapat jenis Ikan Soekarno yang mirip seperti cerita mangga di Mesir. Jenisnya seperti ikan Mas tetapi berwarna hitam. Terdapat dua versi cerita, yaitu pada kunjungan Presiden Soekarno ke Baghdad, Indonesia menyerahkan bibit ikan tersebut. Sementara cerita lainnya adalah pada proses penerimaan kenegaraan, sudah disiapkan ikan yang akan dilepaskan oleh Presiden Indonesia dan sejak saat itu dinamakan Ikan Soekarno.
Bergeser ke atas dari wilayah yang dulunya pusat Peradaban Mesopotamia, maka kita bertemu dengan bekas kekuasaan Timur Leng di Samarkand sesuai buku sejarah sekolah. Kisah yang sangat populer adalah ketika Presiden Soekarno meminta Premier Nikita Khrushchev untuk menemukan makam perawi hadits termashyur dalam dunia Islam sebagai syarat sebelum berkunjung ke Moskow. Singkat cerita makam Imam Bukhori pun ditemukan di Uzbekistan, diperbaiki, dan bahkan dibuatkan rel kereta untuk mempermudah transportasi ke Kota Samarkand.
ADVERTISEMENT
Kompleks musoleum di Samarkand pun begitu indah, ornamen yang mirip Bangsa Persia banyak menghiasi dinding-dinding bangunan bersejarahnya. Para pengusaha travel lokal pun selalu menceritakan kisah Presiden Soekarno ini tidak hanya kepada wisatawan asal Indonesia, tetapi juga kepada wisatawan asing lainnya. Indonesia sangat tidak asing bagi warga negara Uzbekistan, khususnya di Kota Samarkand, seperti dibahas lebih dalam pada tulisan Ibu Indra Agustini.
Di Russia, Pakistan, Arab Saudi, Filipina, Kuba dan tidak tertutup kemungkinan di beberapa negara lainnya masih banyak terdapat kisah-kisah atau jejak Sang Proklamator. Bangganya memiliki pendahulu jejaknya bemanfaat hingga masa kini, sekarang saatnya kita memberikan manfaat untuk sesama dan masa depan.