Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Jaga Warisan Budaya Leluhur, Dompet Dhuafa Sulsel Gelar Program Aksara Lontara
29 Januari 2022 22:07 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Dompet Dhuafa Sulsel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Parepare – Sebagai bangsa yang besar, Indonesia patut berbangga karena memiliki beragam budaya yang kental yang membentuk karakter masyarakatnya hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Berbicara soal Budaya Indonesia, tak bisa dipisahkan dari keberadaan Suku Bugis yang masuk ke dalam suku paling berpengaruh di Indonesia. Dalam sejarahnya, suku bugis dikenal dengan kekayaan klasiknya. Sebutlah, salah satunya ialah La Galigo. Sering dikenal dengan nama lain, Sureq Galigo karya sastra dari tanah Bugis yang telah diakui UNESCO sebagai Memory of The World.
Seperti yang diketahui bahwa, Sejak berabad tahun yang lalu, suku bugis dikenal senang menulis hal ini tercatat dalam sejarah penemuan tulisan-tulisan kuno yang tertuang dalam daun Lontar yang kini dikenal dengan nama bahasa lontara/aksara lontara.
Sayangnya, sejalan dengan perkembangan zaman modern, pengetahuan lokal perihal teks-teks bahasa kuno kian pudar ditambah rendahnya tingkat pemahaman muda-mudi terkait bahasa aksara lontara sehingga membuat budaya lokal bugis mengalami erosi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil survey singkat yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa, 85% pemuda di Sulawesi Selatan menyatakan pernah belajar aksara lontara namun 60% diantaranya mengaku tidak dapat membaca dan menulis aksara lontara lagi.
Untuk memupuk kembali semangat literasi nenek moyang Suku Bugis, Dompet Dhuafa melestarikan aksara lontara dengan menggaet para pemuda serta sekaligus mengajak mereka menulis karya mereka sendiri dengan tulisan aksara lontara melalui program Serambi Budaya.
Serambi Budaya dilaksanakan di berbagai cabang Dompet Dhuafa dan salah satu yang diluncurkan pada (29/01/2022) di Pare-Pare Sulawesi Selatan yang terdiri dari 2 sub program kelas yaitu Kaligrafi dan Kelas Baca Tulis Lontara.
Kelas baca tulis Aksara Lontara akan dilaksanakan dengan 3 batch dengan masing-masing batch akan dilaksanakan selama 3 bulan dengan output para peserta pelatihan akan menghasilkan buku hasil karya mereka selama mengikuti kelas.
ADVERTISEMENT
Adapun untuk kelas Kaligrafi akan dilaksanakan pada bulan Mei selama 12 kali pertemuan dengan hasil akhir nanti para peserta berkesempatan mendapatkan pameran karya.
Seluruh peserta yang telah mendaftar dapat mengikuti seluruh kelas dalam program serambi budaya yaitu kelas Baca Tulis dan Kaligrafi namun akan diseleksi terlebih dahulu oleh tim Dompet Dhuafa Sulsel. Selain itu, seluruh kelas yang diikuti tidak dipungut biaya apapun.
Program Serambi Budaya hadir sebagai salah satu upaya pelestarian kebudayaan bugis. Berangkat dari kondisi semakin berkurangnya anak muda yang mampu membaca aksara lontara, Dompet Dhuafa Sulsel menginisiasi kelas aksara lontara dengan harapan dapat menjadi ruang belajar bersama agar menciptakan kesadaran akan pentingnya melestarikan nilai-nilai budaya yang masyarakat miliki. Di samping itu, program ini bertujuan meningkatkan peran anak muda dalam kegiatan promosi literasi Aksara Lontara di Sulawesi Selatan.
ADVERTISEMENT
“Dompet Dhuafa sebagai lembaga kemanusiaan juga turut peduli terhadap budaya, karena budaya adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan bermasyarakat yang bisa menunjang perbaikan kehidupan di masa mendatang,” ucap Rahmat Hidayat, Pimpinan Cabang DD Sulsel
Program Serambi Budaya DD Sulsel secara resmi dimulai pada Sabtu (29/01/2022) bertempat di Parepare Sulawesi Selatan. Kegiatan dibuka dengan Dialog Kebudayaan “Aksara Bugis Di Tengah Kemajuan Peradaban” sekaligus peluncuran program "Aksara Lontara" oleh Dompet Dhuafa Sulsel yang dilaksanakan selama satu tahun kedepan dengan menghadirkan budayawan lokal yaitu Andi Oddang Opu To Sessungriu, Rahmaniar sebagai Aktivis Aksara Lontara, Hadir Pula Kabid Kebudayaan Kota Parepare, Mustadirham.
Sebagai penutup, terdapat pepatah bugis yang mengatakan “Pakkiade' i paddisengeng e, akkamalakengngi RI decengnge na mappapoleonro RI lalenna Sitinajae” artinya Hargai ilmu pengetahuan, amalkan pada kebaikan dan tempatkan sebagaimana mestinya.
ADVERTISEMENT