Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
Jelang Usia 495 Kota Jakarta, DMC Ajak Masyarakat Sadar Urban Disaster
23 Juni 2022 16:15 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Dompet Dhuafa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
TANGERANG, BANTEN- Tahun 2022 baru memasuki kuartal ketiga, namun bencana yang terjadi hingga 12 Juni 2022 sudah di angka 1.779. Data Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) menyebutkan bahwa bencana yang paling banyak terjadi adalah Banjir 693, Cuaca Ekstrem 642, Tanah Longsor 335, Gempa Bumi 12, dan diikuti oleh Gelombang Pasang dan Abrasi sebanyak 8 titik. Dari data tersebut daerah atau wilayah terdampak bencana yang paling sering terjadi adalah di Area Perkotaan, khususnya di Kota-kota besar seperti Jakarta, Banten, Bandung, Jogjakarta, Malang, Semarang, dan Bali.
ADVERTISEMENT
Dari setiap bencana yang terjadi banyak mengakibatkan kerugian mulai dari kerugian material, kehilangan asset, bahkan korban jiwa, hingga tak jarang menyebabkan kemiskinan massal. Sebagai lembaga kemanusiaan, Dompet Dhuafa melalui unit program Disaster Management Center (DMC) berupaya membantu masyarakat perkotaan dengan memaksimalkan sumber daya yang dimiliki melalui program “Urban Disaster Management” dengan serangkaian kegiatan yang telah dilakukan mulai dari sosialisasi, pelatihan, hingga advokasi.
Pada Selasa (21/06/2022), menjelang peringatan HUT Kota DKI Jakarta yang ke-495, DMC Dompet Dhuafa menggencarkan kampanye Urban Disaster Management (UDM) melalui upacara kesiapsiagaan di markas besar DMC Dompet Dhuafa, Kelurahan Pondok Ranji, Kecamatan CIputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten. Dalam upacara kesiapsiagaan kali ini juga dilakukan simulasi kebencanaan kota dengan melibatkan para relawan serta organ-organ Dompet Dhuafa lainnya yaitu Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC), Lembaga Pelayan Msyarakat (LPM), dan Lembaga Pengembangan Insani (LPI).
ADVERTISEMENT
Turut hadir dalam apel ini Parni Hadi selaku Inisiator, Pendiri, serta Ketua Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Rahmat Riyadi selaku Ketua Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa, Yayat Supriyatna selaku Sekretaris Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa, Ahmad Sonhaji selaku Direktur Dakwah, Budaya dan Pelayanan Masyarakat, Prima Hadi Putra selaku Direktur Bussiness Operating Support, Pangarso Suryotomo selaku Diterktur Kesiapsiagaan BNPB, Perwakilan KANSAR Jakarta, BPBD Tangerang Selatan, BPBD DKI Jakarta, Haryo Mojopahit selaku Kepala DMC Dompet Dhuafa, Ketua RW 08 Ciputat Baru, juga para relawan dan komunitas-komunitas kemanusiaan.
Haryo Mojopahit selaku Chief Executive DMC Dompet Dhuafa mengatakan, penanggulangan bencana selama masa tanggap darurat di daerah perkotaan meliputi vertical rescue, pertolongan pertama, evakuasi penyintas, tenda darurat, hingga simulasi dapur umum.Setelah itu juga perlu digulirkan aksi dari tim kesehatan, psikososial, hingga kerohanian.
ADVERTISEMENT
Dengan persentase angka 63 persen atau setara 175 juta penduduk Indonesia, akan mengakibatkan 175 juta penduduk berpotensi menjadi warga terdampak bencana. UDM memiliki fokus melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Maka DMC Dompet Dhuafa akan terus memberikan pelatihan baik soft skill maupun hard skill tentang upaya mitigasi dan cara menghadapi bencana alam ketika terjadi.
“Selain itu, kita akan memberikan atau menyediakan peralatan dan perlengkapan yang perlu dimiliki saat masa tanggap darurat serta perbaikan infrastruktur di masa recovery atau pasca-bencana. Kemudian kita akan melakukan advokasi,” jelas Haryo.
Inisiator, Pendiri, serta Ketua Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Parni Hadi turut menjelaskan, dampak kemiskinan kota adalah bencana overcrowded. Bencana ini menimpa dan menyebabkan kemiskinan. Bencana kota lebih dahsyat dari desa. Yang disebut kota bukan hanya DKI, melainkan juga yang ada di sekitarnya seperti Ciputat, Depok, Tangerang dan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
“Saya bahagia anda semua ingin menjadi relawan. Alhamdulillah saya bersyukur. Saya pikir negara ini dan negara-negara berkembang, memerlukan relawan. Siapa relawan itu, relawan adalah orang atau insan yang siap sukarela dengan senyum dan hati menolong sesama sepanjang masa dan dengan cinta. (Relawan harus memiliki) 5S dan 1C, siap sukacita, sukarela, menolong sesama, sepanjang masa dengan dan cinta hati. Itu adalah relawan,” terang Parni Hadi.
Data Statista menyebutkan, pada tahun 2030 mendatang diperkitakan wilayah perkotaan Indonesia akan mengalami kerugian materi sebesar 22 miliar akibat bencana banji. Sepanjang tahun 2020-2021 lalu, terdapat 91 bencana banjir setiap bulannya di Indonesia jika dirata-ratakan .
“Jadi Kami atas pemerintah, mengucapkan terima kasih kepada Dompet Dhuafa yang sudah bisa menyelenggarakan acara Apel Siap Siaga pagi ini. Sudah ada kurang lebih 1.776 kejadian bencana Januari sampai 21 Juni, menandakan bahwa negara kita ini negara yang rawan bencana. Kesempatan ini sangat baik dikala inisiatif Dompet Dhuafa untuk segera melakukan apel siap siaga pagi ini. Terutama bagaimana terjadi bencana di perkotaan. Sebagaimana kita tahu, bencana di perkotaan akan lebih sulit penangannnya daripada di non-perkotaan. Pertama masyarakatnya yang homogen. Kedua, lokasinya yang mungkin alat kita yang sudah disiapkan tidak bisa masuk ke lokasi. Ketiga, pemahaman masyarakat,” ,” jelas Pangarso Suryotomo selaku Direktur Kesiapsiagaan BNPB.
ADVERTISEMENT
Banjir sebagai bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia merupakan momok yang menakutkan bagi masyarakat. Banyak sisi yang diakibatkan banjir pada kehidupan masyarakat seperti siswa yang tidak bisa sekolah, orangtua sulit menafkahi keluarga, ancaman terpapar penyakit, sulitnya memenuhi kebutuhan pangan, hingga paling terburuk yakni kematian. Total kematian global kematian akibat bencana banjir pada tahun 2020 sebanyak 6.179 jiwa .
Parni menegaskan supaya masyarakat urban sadar akan bencana yang terjadi setiap saat di perkotaan. “Satu Nusa, Satu Bangsa, Sadar Bencana. Sadar dulu, melalui awareness and care, didik, advokasi, dan training semua kemudian baru peduli,” pungkas Parni Hadi. (DD)*