Konten dari Pengguna

Mimpi Dalam Bayang-Bayang

Doni Karoba
SISWA SMA, OB ANGGEN, BOKONDINI PAPUA
17 Maret 2022 11:51 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Doni Karoba tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi anak pegunungan Papua. Luar negeri tempat aman, penuh perkembangan elektronik, yang sering di sebut modern life easy life. Semuanya gampang, enak, dan berkualitas.
ADVERTISEMENT
Yang diketahui anak Papua luar negeri adalah negara Amerika, Belanda, Portugis, Jerman, Jepang, dan Australia. Banyak negara lain yang belum disebutkan nama satu persatu, tetapi hanya beberapa ini yang selalu ada di pemikiran mereka mengenai luar negeri, karena mereka adalah negara yang dikenal dengan maju dan penuh dengan teknologi dan juga memiliki kuasa.
Bokondini dikenal sebagai kota nanas dan kota injil. Kota yang terletak di tengah-tengah pegunungan Papua. Di sinilah Ruben dilahirkan dengan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan yang terbatas kualitasnya. Dengan keterbatasan ketiga faktor pertumbuhan daerah, Ruben mengalami masalah dalam menempuh mimpi yang masih dalam bayang-bayang.
Puji Tuhan Ruben adalah salah satu anak dari seluruh anak-anak Papua yang diberi kesempatan yang indah dan unik. Bisa juga ia adalah salah satu anak terpilih dari sekian banyak anak Indonesia yang mampu mendapatkan pendidikan yang berkualitas internasional di pedalaman Papua, lebih khusus di pegunungan Papua di kota Bokondini yang sering dijuluki kota Nanas. Sekolah Internasional Ob Anggen yang berbahasa Inggris, yang mempersiapkan anak untuk dunia global, dan memperkuat komunitas melalui pemuridan serta karakter.
ADVERTISEMENT
Ruben dibesarkan di keluarga petani, kerjanya hanya berkebun, beternak, dan berjualan. Ia salah satu anak yang dari sekian banyak anak Indonesia yang mendapatkan kesempatan bersekolah yang berstandar Internasional di pedalaman terpencil Papua. Ruben adalah salah satu anak murid pertama ketika Ob Anggen mulai di tahun 2007.
Untuk mendapatkan sekolah bahasa Inggris yang berstandar internasional di pedalaman itu cukup rumit apalagi sekolahnya terletak di Papua, yang biasanya disebut daerah terbelakang. Untuk mempertahankan kesempatan ini (sekolah Internasional), ia harus bekerja keras. Ruben tiap kali pulang dari sekolah ia selalu membantu orangtuanya berkebun, agar dapat membayar biaya sekolahnya 9 juta, tiap tiga tahun, dan uang bazar 1,5 juta tiap semester. Bagi orang petani harga biaya dan bazar sangat mahal, tetapi ada salah satu kutipan yang membuat dia selalu berbanting tulang untuk mempertahankan kesempatan agar dapat mencapai impian yang masih dalam bayang-bayang, adalah “untuk mendapatkan sesuatu yang berkualitas perlu pengorbanan”. Tetapi salah satu motivasi yang mempertahankan dia adalah mimpinya yang masih dalam bayang-bayang.
ADVERTISEMENT
Dengan kesempatan yang dia miliki, anehnya Ruben memiliki mimpi yang gila. Kok! Ruben bercita-cita menjadi Arsitek? Kenapa? Karena dia berpikir bahwa orang pegunungan Papua hanya membangun sesuatu dengan bentuk yang sama terus. “Satu model”. Tidak memiliki pemikiran kreatif dan juga membantu perkembangan ekonomi dengan sesuatu yang canggih agar daerahnya bisa disebut daerah modern. Ia memiliki mimpi sangat besar. Ia sering dijuluki anak yang tidak memiliki tujuan hidup. Anak yang nakal, kacau, dan ke sekolah pun terlambat, tidak rajin buat tugas, pemalas, dan anak yang selalu dipertanyakan.
Pribadi saya sebagai adik kelas, Ruben adalah anak yang sangat pintar, walaupun ia memiliki nilai rendah, dia masih tetap anak yang pintar buat saya. Dia hebat dalam berbahasa Inggris dan memiliki banyak kosa kata karena dia suka membaca. Ruben memiliki sifat pejuang yang pantang menyerah, dan siap untuk berubah. Pas sebelum Ruben tamat SMA, dan lanjut kuliah, ia tersesat. Bingung mau buat apa setelah kelulusan, karena belum ada kuliah yang sudah ia daftarkan di luar negeri maupun dalam negeri walaupun impiannya menjadi Arsitek, agar dapat menolong dan membantu pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan daerah, dengan bentuk bangunan yang berbeda dan unik. Impian dan visi yang begitu besar.
ADVERTISEMENT
Keinginan untuk bersekolah di luar negeri besar sekali buat Ruben. Pas ketika kelulusan dia bergabung dengan program PHLI (Papua Hope Language Insitute), yang mempersiapkan anak-anak Papua yang ingin bersekolah di luar negeri. Dia berhasil bergabung di program PHLI, yang dijalankan di bawah perlindungan pemerintah Papua.
Walaupun dia anak yang selalu diragukan dan dipertanyakan banyak, tetapi dia berhasil bergabung di Papua Hope Language Instute di Jayapura-Sentani. Dia memiliki sifat pejuang, yang pantang menyerah, siap berubah dan mengubah, dan penuh rendah hati. Dengan karakter yang dia miliki dapat membantu dia untuk mendapatkan kesempatan yang luar biasa.
Selama di PHLI (Papua Hope Language Institue), dia dipersiapkan untuk ke luar negeri. Dia berhasil! Dia diterima di Corban University di Amerika, dengan jurusan baru yang dia pilih adalah Businessman. Saat ini Ruben sedang belajar online luar negeri sambil menunggu bulan Agustus untuk keberangkatannya. Ia telah mencapai mimpi yang selama ini dia tunggu. Tetapi itu masih saja belum ke luar negeri, walaupun sudah diterima di luar negeri sebagai anak mahasiswa Corban University. Mimpi dalam bayang-bayang masih saja ada, selalu menghampiri pikiran dia.
ADVERTISEMENT
Bersekolah di luar negeri dan sudah diterima, walaupun belum pergi. Itu masih mimpi dalam bayang-bayang. Mimpi dalam bayang-bayang terlihat ketika dia berada di luar negeri.
Pasti kita memiliki mimpi yang masih saja dalam bayang-bayang, yang sulit kita jangkau atau kita sentuh sekarang. Mimpi dalam bayang-bayang selalu menunggu kami di depan, dengan harapan yang besar untuk memilikinya. Untuk mendapatkan sesuatu yang kami harapkan dan yang berkualitas, pasti ada pengorbanan, dan pasti ada yang dikorbankan. Anda di sebut pejuang ketika menempuh mimpi yang masih dalam bayang-bayang. Orang dikatakan pejuang ketika ia ingin mengubah dan berjuang untuk menemukan tujuan, dengan hal besar maupun hal kecil. “Kita dilahirkan untuk bergerak maju, bukan mundur.” Sering orang berkata: “Life without strunggle, life is nothing”. Hidup tanpa tantangan/ masalah, hidup kita tidak berarti.
Sumber foto: Dokumen pribadi.