Konten dari Pengguna

Bahagia dan Komitmen

Donny Kurniawan
Arek Malang Indonesia
13 Februari 2019 18:41 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Kurniawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kemarin saya dapat masukan dari seseorang mengenai ilmu membahagiakan. Singkatnya, janganlah kita niat berbagi untuk membahagiakan orang lain. Kalau orang lain tidak bahagia, kita akan kecewa. Tetapi berbagilah agar kita bahagia. Disaat kita berbagi dan membuat banyak orang berbahagia, maka itu adalah hasil dari komitmen dan kerja keras kita dalam berbagi.
ADVERTISEMENT
Berbagi juga tidak perlu diseram-seramkan. Menurut saya, sekarang berbagi sudah dikotakkan menjadi sebuah pemberian, dan lebih dikotakkan lagi menjadi sedekah dan zakat. Kita belajar menggapai ilmu, mengejar cita-cita, berbakti dengan orang tua, belajar mengaji, menulis, bekerja sekuat tenaga, berwirausaha, bercocok tanam, itu juga termasuk dalam kategori berbagi. Kalau hal-hal itu sudah kita anggap sebagai berbagi, maka sudah tidak ada alasan lagi untuk kita tidak bisa berbagi.
Ada cerita seorang pemuda yang sedari kecil, pokoknya hidupnya bertemu dengan masyarakat. Sebisa-bisa mungkin dia terjun langsung ke rakyat kecil, ke warung kopi, ke musholla-musholla, ke pasar, ke tempat parkir, ke warung makan, dan sebagaianya. Sebisa mugkin ia berusaha untuk selalu hadir dan lebih mengenal masyarakat sekitar. Dia tak memiliki tujuan untuk membahagiakan orang-orang, dia hanya bahagia dan senang jika duduk bersama rakyat, geguyon, mendengarkan curhatan, bertukar pikiran dan sebagainya. Hobi pemuda itu dalam sastra dan tulisan mendukung pengetahuan, dan juga menjadi jembatan untuk mengungkapkan apa yang terjadi di masyarakat sekitarnya ke permukaan dalam bentuk karya seni dan sastra. Sekali lagi dia tidak meniatkan dirinya untuk membahagiakan orang lain, dia hanya bahagia berada di sekitar mereka.
ADVERTISEMENT
Dengan kecintaannya itu, secara naluriah dia mengasah kemampuannya untuk bisa lebih bisa mengenal orang banyak. Dia belajar tentang kebudayaan, sosial, politik, ekonomi, agama, dan negara. Dari kecintaan itu terciptalah komitmen dirinya terhadap apa yang dilakukannya. Komitmen itu membuat dirinya naik kelas. Tidak hanya rakyat kecil saja yang akhirnya dekat dengannya, tetapi para pemegang kebijakan dalam level tertinggi pun dekat dengannya. Ilmu dan kemampuannya pun membuat orang lain berbahagia, tanpa ia sadari. Semua itu dari langkah kecil dirinya yang sangat bahagia cangkruk dan jagongan dengan rakyat kecil disekitarnya.
Ada juga cerita seorang wanita. Seoran pekerja rumahan, yang sangat mencintai keluarganya. Ia memiliki hobby dan kesenangan untuk membuat suasana rumah menjadi sangat hangat dan nyaman. Pokoknya keluarganya dia servis sedemikian rupa, keluarganya dia ajak main bareng, ngobrol bareng, aktifitas bareng. Dengan kesenangan dan kebahagiaannya itu, terciptalah komitmen dirinya untuk selalu membuat keluarganya bahagia. Tentu dengn komitmen itu, dia mengasah kemampuannya tentang keluarga, tentang relasi antara suami, istri, anak, dalam konteks ilmu, agama, budaya, sosial, bahkan sampai ilmu fitrah.
ADVERTISEMENT
Dari komitmen tersebut, secara alamiah, ada 1 orang yang ikut bertanya dan urun rembug tentang keluarga. Selanjutanya nambah lagi dari 1 orang, ke 2 orang. Dari hanya bertanya secara langsung, menjadi bertanya secara jarak jauh lewat media internet. Semakin lama, semakin banyak, semakin besar, sampai secara naluriah juga terciptalah institusi untuk para ibu yang ingin belajar bareng, yang sampai sekarang, ibu yang mendaftar untuk belajar bareng sudah ribuan. Semua itu berasal dari langkah kecil bagaimana caranya dia menjadi ibu yang sebenar-benarnya, dengan menjadikan rumah dan keluarga yang menyenangkan.
Bisa jadi juga begini. Bisakah kita list perusahaan-perusahaan besar yang ada di dunia ini? Apakah niat awal penemu perusahaan itu untuk membahagiakan orang banyak? Menurut saya tidak. Mereka semua mempunyai langkah sangat kecil yaitu bahagia melakukan suatu hal. Dan jangan salahkan juga orang yang bahagianya adalah mencari uang. Pokoknya di bahagia kalau dikantongnya ada uang. Toh uang yang banyak juga sangat bermanfaat.
ADVERTISEMENT
Apapun itu alasan kebahagiaan mereka, langkah kecil kebahagiaan itulah yang menjadikan manusia untuk berkomitmen dengan apa yang dilakukannya. Dan seperti yang sudah dijelaskan, komitmen itu terjadi secara naluriah, dengan sendirinya. Dan juga secara naluriah, orang-orang itu naik kelas dengan belajar lebih lagi.
Jadi, apa yang membuatmu bahagia? Apakah bahagiamu merugikan orang lain dan menyalahi aturan? Jika tidak, ketahuilah, kita bisa menjadi orang "besar" hanya dengan terus menerus melakukan apa yang kita bahagiakan itu tadi. Dan kebesaran kita, secara ta langsung berbuah menjadi sesuatu hal yang membahagiakan orang lain.