Konten dari Pengguna

Jejak Kaki Nelson (5)

Donny Kurniawan
Arek Malang Indonesia
25 Februari 2019 22:58 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Kurniawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Entah bagaimana ceritanya, Nelson terdampar di sebuah toko buku obral. Toko bukunya sih toko buku besar, hanya saja yang dijajakan adalah buku yang diobral. Niat mencari buku bukan buat Nelson, malah bertemu dengan buku yang kurang lebih judulnya kalau dibahasa Jawa Timurnya Wani Tok Wes. Buku itu isinya kebanyakan bercerita tentang kisah hidup banyak orang. Kisah hidup sukses banyak orang tentu dengan defenisi sukses mereka masing-masing.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini Nelson sangat jarang membaca buku. Seingat Nelson mungkin cuma 3 buku yang Nelson khatamkan, yang lainnya berhenti ditengah jalan. Entah kenapa buku ini Nelson lahap hanya dalam waktu 2 hari.
Ternyata sejauh ini Nelson haus dengan ilmu pengetahuan mengenai jati diri. Nelson haus dengan ilmu tentang sikap dan perilaku orang-orang yang sudah menemukan jati dirinya, sudah menemukan perannya, sudah menemukan tugasnya di dunia. Sejauh ini Nelson ternyata mempunyai masalah yang sama yang dimiliki emua orang yaitu, Nelson tidak tau apa sebenarnya yang ingin Nelson lakukan, yang Nelson mencintai untuk melakukannya. Plus ternyata diri Nelson terlalu sombong dan angkuh merasa diri sudah punya ilmu cukup, dan menolak ilmu-ilmu baru yang masuk.
ADVERTISEMENT
Setelah Nelson baca satu demi satu lembar, ternyata orang itu punya kecendrungan yang sama, yaitu cenderung mengeluh dan menolak. Mengeluh dengan apa yang sudah terjadi, dan menolak masukan-masukan untuk keluhan itu. Kita tidak pernah siap, dan mungkin tidak akan pernah siap kalau dengan 2 kecendrungan itu tadi, kita hanya berharap kepada keajaiban.
Langkah awal yang harus ditempuh adalah, benar-benar mengerti siapa kita, apa kita, bagaimana kita, apa kesukaan kita, apa yang tidak kita sukai, kuat dibagian mana, dan lemah dibagian mana. Setelah menemukan itu, mau tidak mau akan ada banyak ide bersliweran di otak kita. Dengan ide-ide itu, dieksekusi satu demi satu sampai berhasil. Tidak perlu waktu lama untuk bahagia dalam hidup. Dari mulai bermunculan ide itu, sampai kita eksekusi entah gagal atau berhasil, kita sudah pasti akan bahagia.
ADVERTISEMENT
Tantangannya adalah distorsi lingkungan. Omongan orang, kepantasan, bisa hidup apa tidak, cocok apa tidak, mending kerja di perusahaan besar, mending jadi PNS, dsb. adalah distorsi yang jika kita tak mampu mengolahnya akan menjadi destruktif.
Satu lagi, Nelson selalu skeptik dengan harta dan kekayaan. Kekayaan bisa menjerumuskan ke alam lubang yang tak baik. Dan lambaat laun itu terbantahkan. Ndak ada yang salah dengan menjadi kaya. Uang tak bersalah, sikap kita terhadap uang yang belum tentu benar. Dan ternyata tak punya uang jauh lebih berbahaya jika punya uang. Ya kan?
Nelson masih mencari dan bela jar. Apa yang sebenarnya ingin Nelson lakukan. Selama Allah tidak marah, falaa ubali.