Konten dari Pengguna

Amerika Serikat Kian Meredup di Timur Tengah

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
24 November 2023 9:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto: https://www.shutterstock.com/image-photo/china-saudi-arabia-flags-on-cloudy-2190048071
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: https://www.shutterstock.com/image-photo/china-saudi-arabia-flags-on-cloudy-2190048071
ADVERTISEMENT
China resmi melibatkan diri dengan konflik Gaza. Beberapa hari lalu Beijing mengadakan pertemuan dan menjadi tuan rumah bagi pemain regional utama dari Timur Tengah. China berupaya memainkan perannya sebagai mediator. Ini adalah misi yang penting dan Beijing telah mempercayakan diplomat teratasnya, Menteri Luas Negeri Wang Yi untuk tampil.
ADVERTISEMENT
China menyerukan diakhirinya genosida, menggemakan sentimen dari para pemain regional. Tapi ini bukan hanya tentang upaya untuk mengakhiri perang. Ada sejumlah rencana yang hendak dicapai oleh China. Pergeseran besar sedang berlangsung di mana Amerika Serikat kehilangan pengaruhnya berhadapan dengan China. Jadi ini adalah kesempatan baik bagi Beijing untuk memperdalam pengaruhnya di Asia Barat dan mengikis pengaruh AS sehelai demi sehelai.
China menjadi tuan rumah para pemain regional utama di negara-negara Muslim. Agenda utamanya adalah mengupayakan gencatan senjata antara Israel-Hamas. Di antara negara-negara yang hadir adalah Yordania, Arab Saudi, Mesir, Indonesia dan Otoritas Nasional Palestina.
Juga hadir pimpinan Organisasi Konferensi Islam, sebuah organisasi yang beranggotakan 57 negara Islam. Negara-negara Muslim ini sudah mengirimkan wakil-wakil topnya ke Beijing untuk pertemuan dua hari. Tujuannya adalah memberi tekanan pada Israel untuk mengakhiri permusuhan.
ADVERTISEMENT
Negara-negara Muslim menuntut segera diadakannya gencatan senjata. Dunia Arab sekali lagi meneguhkan posisinya menentang Israel dan mereka ingin dukungan China. Menteri Luar Negeri Mesir mengatakan Dunia Arab menginginkan peran yang lebih kuat dari China mengingat ada negara-negara besar yang berupaya menutupi kejahatan serangan Israel atas Jalur Gaza. Tidak susah menebak siapa yang dituju di balik pernyataan ini, yakni mitra terbesar Israel di Barat, khususnya Amerika Serikat.
Amerika Serikat adalah pendukung setia perang Israel. Dalam prosesnya AS kian jauh mengasingkan sekutunya di Timur Tengah. Arab Saudi, misalnya, adalah salah satu dari pemain regional terpenting di kawasan ini. Apa yang dikatakan Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi pangeran Muhammad bin Salman (MBS) cukup jelas, “Kami mengutuk agresi militer dan pemindahan paksa di Jalur Gaza. Kami menekankan kebutuhan dan prasyarat untuk mengembalikan stabilitas dan mencapai perdamaian.” Pernyataan ini disampaikan dalam KTT Arab-Islam.
ADVERTISEMENT
Pada puncak KTT itu, negara peserta tidak bisa menyetujui tindakan selanjutnya. Iran ingin mempersenjatai kelompok anti-Israel, semisal kelompok pembebasan Hamas. Iran juga menginginkan embargo minyak terhadap Israel, namun negara-negara anggota lain termasuk Arab Saudi menolak usulan ini.
Namun demikian, semua harus dilihat sebagai tekanan kritis terhadap Israel. Pangeran MBS menyebut Netanyahu sebagai penjahat perang. Riyadh juga telah bergabung dengan pemangku kepentingan lain untuk membangun kampanye tekanan ini dan mereka ingin China mendukungnya.
Awal tahun ini China memediasi hubungan antara Arab Saudi dan Iran. Kedua negara menormalisasi ikatan setelah 7 tahun terputus. Ini sebuah langkah besar. Bulan lalu China meluncurkan misi diplomatik yang istimewa. Utusan Beijing dikirim ke wilayah Timur Tengah dengan mengunjungi banyak negara untuk memperkuat posisinya di sana.
ADVERTISEMENT
Akhirnya China merebut peluang itu. Dalam pernyataannya, Mao Ning dari Kementerian Luar Negeri China menyatakan, “Kami siap untuk terus membuat upaya yang tak henti-hentinya bersama dengan sejumlah besar negara Arab dan Islam untuk mendorong gencatan senjata awal dan mengakhiri perang di Gaza.
Bagaimana ini harus dilihat? Yang jelas ini adalah kemunduran pengaruh AS di kawasan Timur Tengah. Kekuatan AS mulai menyusut dan sebetulnya Washington menyadari hal ini. Minggu lalu ketika Xi Jinping bertemu Joe Biden, AS meminta China untuk menggunakan pengaruhnya berbicara dengan Iran untuk menghindari konflik regional yang lebih luas.
Keterbatasan AS menjadi kian jelas, bahkan sebelum perang ini dimulai, AS kalah telak dari China. Konflik ini hanya semakin memperluas pergeseran tersebut dan memberi China lebih banyak peluang untuk melibatkan diri dan memperpanjangnya pengaruhnya. China boleh saja berhasil atau tidak mendorong genjatan senjata. Tetapi, satu hal jelas bahwa negara-negara Arab dan Islam tidak percaya lagi kepada AS.
ADVERTISEMENT