Konten dari Pengguna

Belajar dari Skandal Korupsi Singapura

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
24 Januari 2024 16:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi korupsi. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi korupsi. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Skandal korupsi mengguncang Singapura, sesuatu yang sangat serius. Kasus rasuah ini melibatkan seorang tokoh penting, Subramaniam Iswaranor, atau lebih kesohor dengan sebutan S. Iswaran. Beberapa hari yang lalu dia masih sebagai Menteri Transportasi Singapura. Dia juga menjabat sebagai menteri yang bertanggung jawab atas hubungan perdagangan.
ADVERTISEMENT
Kini dia telah mengundurkan diri dari kedua posisi itu dan juga berhenti sebagai anggota parlemen dan sebagai anggota partai penguasa, Action Party. Iswaran mengatakan bahwa dia sekarang akan fokus membersihkan namanya. Tetapi itu bukanlah tugas yang mudah.
Mantan menteri ini menghadapi sederetan tuduhan korupsi, tepatnya 27 dakwaan. Dia dituduh menerima hadiah dan bantuan bernilai sekitar 384.000 dolar Singapura (US$ 285.000) antara 2015 dan 2022.
Hadiah ini termasuk tiket ke pertunjukan drama atau musik di Inggris, tiket ke pertandingan sepak bola, tiket naik pesawat pribadi, tiket kelas bisnis, dan menginap di hotel gratis. Dan juga tiket ke Grand Prix Singapura. Totalnya bernilai 350.000 dolar Singapura (US$ 260.000).
Iswaran diduga menerima semua pemberian ini dari satu orang, Ong Bang Sang, seorang miliarder Malaysia, taipan hotel dan orang yang membawa F1 ke Singapura. Iswaran dituduh mengambil hadiah ini dan juga menggunakan pengaruhnya untuk memajukan kepentingan bisnis Ong.
ADVERTISEMENT
Sang miliarder memang bekerja mempromosikan olahraga. Dia membutuhkan bantuan dari Dewan Pariwisata Singapura. Iswaran adalah Menteri Perdagangan antara 2015 dan 2018.
Sang menteri juga menjabat sebagai Ketua dan kemudian Penasihat Komite Pengarah F1 Singapura. Kalau pun kegiatan F1 tidak ada, tindakan Iswaran menerima hadiah dianggap melakukan pelanggaran terhadap undang-undang korupsi Singapura.
Setiap pegawai negeri di Singapura dilarang menerima hadiah bernilai lebih dari 50 dolar Singapura. Setiap pegawai negeri harus mengembalikan hadiah atau pemberian di atas 50 dolar kepada pemerintah.
Jika seorang pegawai negeri ingin menerima pemberian di atas 50 dolar Singapura, dia harus membayar biaya penuh kepada pemerintah. Batasan ini berlaku untuk politisi juga. Tidak seorang pun dibenarkan menerima pemberian ‘mahal’ dalam bentuk apa pun.
ADVERTISEMENT
Singapura amat tegas tentang ini. Negara pulau ini terkenal karena sikapnya yang keras pada rasuah. Singapura membayar politisi dan pegawai negeri dengan gaji besar, sehingga mereka tidak tergoda untuk ikut-ikutan korupsi.
Gaji Iswaran lebih dari US$ 40.000 per bulan dan dia juga menikmati tunjangan sebagai anggota parlemen sekitar US$ 12000 per bulan. Sayangnya ini tidak mencegah Iswaran untuk menerima hadiah dari seorang miliarder Malaysia.
Iswaran mengeklaim dia tidak bersalah. Dia bermaksud melawan tuduhan itu. Bagaimana pun juga, dia tetap harus mengundurkan diri dari jabatannya.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong telah menerima pengunduran dirinya. Itulah mengapa Iswarar mengundurkan diri. Masyarakat Singapura menuntut kepastian dan mengharapkan para pemimpin mereka untuk walk the talk.
ADVERTISEMENT