Konten dari Pengguna

Bencana Iklim: Sini dan Kini

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
23 Juli 2023 11:12 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi cuaca panas. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cuaca panas. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Dunia kita makin panas dan rusak. Banjir bandang, suhu laut yang ekstrem, rekor panas, kebakaran hutan dengan asap di luar kendali, dan sebagainya terjadi di mana-mana. Satu dekade silam, salah satu dari bencana ini hanyalah penyimpangan, tetapi sekarang semuanya terjadi secara bersamaan.
ADVERTISEMENT
Setiap hari ada saja petaka iklim baru. Ini menjadi apa yang disebut normal baru (new normal). Jika Anda berada di Eropa, cuaca bisa dikatakan panas mendidih. Peringatan cuaca panas telah dikeluarkan oleh lebih dari sepuluh kota-kota besar.
Minggu ini suhu terpanas diprediksi akan terjadi. Jika Anda berada di AS maka 63 juta orang akan menghadapi level panas yang berbahaya. Sekitar 113 juta orang, sepertiga dari jumlah penduduk AS saat ini, berada di bawah ancaman panas dahsyat.
Jika Anda berada di California situasi akan menjadi lebih buruk. The Death Valley kini adalah salah satu tempat terpanas di dunia, mendekati suhu terpanas yang pernah dicatat di muka bumi.
Kebakaran Hutan di Riau Foto: FB Anggoro/Antara
Jika Anda di Kanada, kebakaran hutan sudah menggerogoti lahan. Sekitar 24 juta hektare hutan telah hangus. Asap telah menyelimuti banyak negara bagian di sana. Ini menjadi musim kebakaran terburuk yang pernah ada di Kanada.
ADVERTISEMENT
Mari kita menoleh ke Asia. Jepang baru-baru ini telah mengeluarkan peringatan serangan udara panas yang mempengaruhi puluhan juta orang. Banyak daerah di Jepang menghadapi rekor suhu tinggi, sementara itu kawasan lain dihantam oleh hujan deras.
Artinya, Jepang diguncang dua peristiwa cuaca ekstrem secara serempak. Warga India tengah berjuang mengatasi banjir dan tanah longsor yang disebabkan oleh perubahan iklim. Di Korea Selatan, banjir telah menewaskan sedikitnya 40 orang. Sementara Tiongkok bersiap menghadapi badai tropis yang parah.
Suka tak suka, secara global sebagai warga dunia kita perlu menyadari bahwa di mana pun kita berada atau di bagian mana pun kita di dunia ini, lonceng alarm iklim sedang berdering.
Ilustrasi kekeringan akibat perubahan iklim. Foto: Shutter Stock
Sudah waktunya kita bangun dan mendengarnya karena bumi ini kian panas. Saban hari kita membayar mahal atas ulang tangan manusia atas kerusakan di muka bumi.
ADVERTISEMENT
Biaya perubahan iklim teramat mahal. Pada tahun 2050, perubahan iklim akan menelan biaya ekonomi dunia 23 triliun dolar selama lima dekade ke depan. Jumlah ini akan meningkat menjadi 178 triliun dolar. Beberapa negara akan membayar harga yang lebih mahal dari negera-negara yang lain.
Bumi yang lebih panas menjadi pukulan besar bagi produk domestik bruto. Suhu yang lebih panas menyebabkan hasil panen menurun. Banjir menghancurkan infrastruktur seperti jalan, yang harus dibangun kembali. Jaringan listrik lama tidak dapat menahan iklim ekstrem, sehingga jaringan yang baru harus dibangun. Ini akan menelan biaya ratusan juta dolar.
Ini hanya beberapa contoh. Perubahan iklim menimbulkan masalah ekonomi yang hebat pada tahun 2050. Ini mencukur sekitar 14 persen dari output ekonomi global, dan itu merupakan kerugian sekitar 23 triliun dolar pada 2050.
Ilustrasi perubahan iklim. Foto: Shutter Stock
Memburuknya perubahan iklim berdampak kepada biaya ekonomi tinggi. Angka 178 triliun dolar yang akan dikeluarkan akibat bencana iklim selama lima dekade ke depan adalah biaya keseluruhan di dunia. Perubahan iklim tidak berdampak sama bagi setiap orang.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2050 AS bisa kehilangan 7 persen dari potensi output ekonominya. Kanada, Inggris, dan Prancis juga akan kehilangan 6 persen hingga 10 persen. Perlu di catat, mereka adalah negara-negara Barat yang kaya.
Adapun bagi negara-negara yang berkembang, konsekuensinya akan lebih buruk. Kelompok yang disebut terakhir ini akan menghadapi suhu yang lebih panas dengan kemampuan yang lebih rendah untuk menyesuaikan infrastruktur yang ada pada mereka.
Jelas kelompok negara-negara berkembang akan menderita. Ekonomi mereka akan terpukul lebih besar. Malaysia, Filipina dan Thailand bisa kehilangan 20 persen dari estimasi kekayaan yang mereka miliki. Ekonomi India bisa tergerus 35 persen dan ekonomi Indonesia bisa menyusut 40 persen.
Pakistan baru saja diterpa banjir bandang yang luar biasa. Kerugian ditaksir mencapai 40 miliar dolar. Tahun 2021 banjir di India menyebabkan kerugian 3 miliar dolar.
ADVERTISEMENT
AS meningkatkan pengeluarannya lebih dari 1 miliar dolar untuk menghadapi bencana karena cuaca. Pada tahun 1980 interval waktu antara bencana yang berbiaya miliaran dolar ini adalah 82 hari, tetapi tahun lalu hanya 18 hari.
AS saja sudah mengalami 22 aneka bencana. Perubahan iklim ternyata mendatangkan bencana. Para ahli memprediksi bencana di masa depan tetap akan berat. Jelas ini akan memberikan efek luas pada ekonomi dunia. Maka, kita perlu bersiap menghadapi lebih banyak turbulensi di hari-hari esok.