Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Cerpen: Anjing Pemandu Tunanetra
23 September 2023 12:41 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Lloyd Weeks sudah buta sejak lahir. Hal terpenting dalam kehidupan Lloyd adalah anjingnya, Buff. Tidak hanya sebagai teman dekatnya, Buff telah menjadi matanya selama delapan tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
“Hei. Lloyd, apa kabar?” sapa Rick pengawas apartemen.
“Akhirnya kamu selesai juga mengecat,” balas Lloyd.
“Ya, bagaimana kamu tahu itu?” tanya Rick penasaran.
“Aku memang buta, kawan, tapi aku masih bisa mencium bau cat,” jawab Lloyd.
”Bisakah kamu mencium warna apa catnya?” ucap Rick seraya mengulum senyum.
“Tentu saja, sepanjang cat itu memang memang pernah dijual,” Lloyd ketawa.
“Hei, Buff, bagaimana kabarmu, sayang?” Rick mengelus Buff.
“Dia harta terbaik-ku. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpanya,” ujar Lloyd.
Semua penghuni apartemen menyukai Lloyd dan Buff. Sampai suatu malam ketika Buff mulai melolong. Di malam saat Buff melolong, para penghuni apartemen gelisah. Mereka berkumpul dan mengeluh kepada Rick. Lalu Rick dan warga menuju kamar Lloyd. Ia mengetuk pintu Lloyd.
ADVERTISEMENT
“Lloyd, ada apa dengan Buff? Ia tak henti-hentinya meraung. Aku menerima banyak keluhan dari penghuni di sini. Bisakah kamu menenangkan Buff?” pinta Rick.
“Suami saya dan saya tidak bisa tidur karena anjing itu melolong seperti itu,” Ny Nanny menimpali.
“Aku tahu. Dan aku mohon maaf. Tapi aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. (Buff menyalak) Lihat, Buff tidak meraung lagi. Sepertinya dia baik-baik saja sekarang. Ada yang membuatnya takut. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya,” Lloyd berusaha menenangkan.
“Baiklah, Lloyd. Selamat malam. Pastikan dia tetap diam,” Rick menutup pembicaraan.
“Selamat malam, Rick,” balas Lloyd.
Esok dini hari, Rick menemukan kejadian yang mengerikan. Pada malam hari, warga kamar 1B ditemukan gantung diri di kamar mandinya. Pihak penyelidik memperkirakan dia tewas sekitar tengah malam, tepat satu jam setelah anjing Lloyd berhenti meraung.
ADVERTISEMENT
Lima hari kemudian Buff melolong lagi. Dan penghuni lain meninggal. Selama dua minggu ke depan, keadaan berubah tenang. Dan kemudian Buff mulai melolong kembali.
“Rick. Rick, Tolong suami saya Roy. Dia pingsan,” Ny Nanny memohon.
Rick mencoba membangunkan Roy. Tapi sia-sia. Dia meninggal karena serangan jantung. Menurut istrinya, Ny Nanny, dia mulai tak sadarkan diri persis satu jam setelah Buff berhenti meraung.
Kematian Roy ingin mengundang ketakutan warga apartemen. Mereka mengungkapkan kekhawatirannya kepada Rick.
“Ada yang salah dengan anjing itu. Setiap kali dia melolong, kemudian ada yang meninggal di apartemen ini. Kami tidak mengatakan bahwa dia adalah penyebabnya. Kami hanya ingin dia keluar dari sini,” David berkata marah.
“Lloyd tidak mungkin mengusir Buff pergi. Anjing itu adalah matanya. Apa kamu mau membuang matamu?” tanya Rick.
ADVERTISEMENT
“Ada yang tidak beres di sini. Lihat, orang-orang sekarat. Jika Lloyd tidak mau menyingkirkan anjing itu, maka Lloyd harus diusir,” Sam mengancam.
“Dia buta. Aku tidak bisa mengusir orang buta,” Rick menjawab tegas.
“Kalau begitu kami yang akan minggat,” David ikut menggertak.
“Hei, anjing itu tidak melolong seminggu ini. Mengapa kita tidak memberinya satu kesempatan lagi? Mudah-mudahan saja semuanya sudah berakhir,” Rick berupaya menahan.
“Bagaimana jika ini semua belum berakhir? Siapa yang akan mati selanjutnya? Kamu? Aku? Dia? Atau siapa saja dari kita?” ungkap Sam dengan panik.
“Maafkan aku atas semua ini. Kalian tidak perlu khawatir tentang Buff dan aku lagi. Kami segera pindah,” ujar Lloyd yang tiba-tiba muncul.
Pada hari Lloyd pindah, Rick merasa bersalah dan marah pada dirinya sendiri. Sebelum Lloyd meninggalkan kamarnya, Rick merasakan hawa ketakutan.
ADVERTISEMENT
“Perasaanku tidak enak dengan ini semua. Ke mana kamu akan pergi?” tanya Rick.
“Buff dan aku akan mengunjungi adik perempuanku. Dia selalu ingin aku datang. Sekarang saatnya,” jawab Lloyd tenang.
“Bagaimana dengan puzzle itu?” Rick menunjuk sebuah puzzle berisi wajah yang belum terbentuk sempurna.
“Kamu saja yang menyimpannya, karena aku akan kembali ke sini suatu hari nanti. Dan kita akan menyelesaikan puzzle ini bersama-sama,” Lloyd meyakinkan sahabatnya.
“Baiklah. Ini kartuku. Hubungi aku kapan pun kamu membutuhkanku” Rick berucap sambil memeluk Lloyd.
Tiba-tiba Buff mulai meraung lagi.
“Tenang sobat, kamu tidak akan memulainya lagi, kan?” Lloyd mengusap Buff.
Rick tidak bisa menahan apa yang dia rasakan. Dia tidak yakin semua akan baik-baik saja. Rick menduga jangan-jangan dialah yang akan mati berikutnya. Rick lega melihat Lloyd pergi. Raungan terakhir membuatnya takut. Mudah-mudahan lotre kematian telah berakhir. Namun dia tidak bisa menghalau rasa takut yang dirasakannya makin dalam.
ADVERTISEMENT
Keesokan harinya, dua orang polisi datang ke apartemen Rick. Mereka memberitahunya bahwa seorang pria terbunuh oleh truk yang kabur. Kartu Rick ditemukan di sakunya. Dia pergi ke kamar mayat dan mengidentifikasi tubuh Lloyd Weeks. Hal ini menyayat hatinya.
Lloyd dan anjing kesayangannya meninggal tepat satu jam setelah lolongan terakhir. Dan sekarang sudah jelas untuk siapa Buff melolong terakhir kalinya, Lloyd Weeks dan Buff.