Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Di Balik Gagalnya Misi Bulan Rusia
4 September 2023 4:58 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Saya ingin memulai tulisan ini dengan kilas balik. Saat itu, tahun 1976, Uni Soviet masih utuh. Leonid Ilyich Brezhnev masih menjadi penguasa nomor wahid di Kremlin. Moskow tengah bersiap untuk peluncuran wahana ke luar angkasa. Moskow mengirimkan Lunar 24 ke bulan. Ini adalah kesempatan terakhir Uni Soviet dalam perlombaan luar angkasa. Padahal negara itu sudah memimpin sedari awal.
ADVERTISEMENT
Namun tak lama kemudian Amerika Serikat (AS) mengambil alih. AS mengirim manusia ke bulan dan peta perlombaan luar angkasa tidak pernah sama lagi. Bisa dikatakan Lunar 24 merupakan upaya terakhir Uni Soviet pada 1976. Uni Soviet tidak menyadari bahwa Lunar 24 juga akan menjadi misi terakhir negara itu ke bulan. Melompat ke tahun 2023, 47 tahun telah berlalu. Rusia di bawah Vladimir Putin berupaya melakukan upaya selanjutnya.
Rusia meluncurkan misi Lunar 25. Ia lepas landas pada 11 Agustus. Pesawat itu seharusnya mendarat di Kutub Selatan bulan dan menjadi peristiwa bersejarah pertama bagi Rusia, namun ternyata itu tidak pernah terjadi. Pada tanggal 19 Agustus, Rusia kehilangan kontak dengan wahana tersebut. Wahana luar angkasa itu berputar di luar kendali dan segera jatuh ke bulan.
ADVERTISEMENT
Badan antariksa Rusia, Roscosmos, telah mengeluarkan pernyataan. Lembaga ini menyebut Lunar 25 tersebut berpindah ke orbit yang tidak dapat diprediksi dan lenyap karena tabrakan dengan permukaan bulan. Pada dasarnya pihak Roscosmos menyebutnya kesalahan teknis. Ia akan membentuk komisi untuk menyelidiki kegagalan tersebut. Apa pun kesimpulannya, ini merupakan pukulan besar bagi Rusia.
Uni Soviet adalah negara adidaya luar angkasa yang pertama. Ia meluncurkan satelit pertama ke luar angkasa, Sputnik 1. Ia mengirim manusia pertama ke luar angkasa, Yuri Gagarin. Ia mengirim wanita pertama ke luar angkasa, Valentina Tereshkova.
Ia bahkan mengirimkan anjing pertama ke luar angkasa, bernama Laika. Uni Soviet berada di balik perjalanan luar angkasa pertama, wahana antariksa pertama. Tinggal sebut saja dan Uni Soviet telah melakukannya. Moskow memimpin perlombaan angkasa luar.
ADVERTISEMENT
Namun kemudian terjadilah pendaratan Apollo di bulan pada 1969. Hal ini memberi AS sisi keunggulan. Pada 1991 keadaan kian memburuk bagi Moskow. Uni Soviet baru saja bubar dan Rusia terpaksa mengatur ulang program luar angkasanya.
Program ruang angkasa kini berada di bawah lembaga negara bernama Roscosmos. Tetapi suasana sudah berubah. Hal ini dikarenakan badan tersebut kekurangan dana. Pada tahun 2020, anggaran untuk badan antariksa Rusia hanya sekitar US$ 1,4 miliar, bandingkan dengan anggaran NASA pada tahun yang sama sebesar US$ 22,6 miliar.
Meski terdapat kesenjangan yang lebar, Roscosmos tidak menyerah. Ia berkolaborasi dengan lembaga lain, seperti NASA dan Badan Antariksa Eropa (European Space Agency). Tentu Roscosmos mempunyai pengetahuan dan keahlian, namun nyatanya ia gagal mengikuti perkembangan zaman. Situasi berubah ketika dunia mulai mengeksplorasi atau fokus pada eksplorasi Mars dan sekitarnya, sementara Rusia masih terjebak di orbit di masa lalu.
ADVERTISEMENT
Berita utama bukan lagi tentang peluncuran bersejarah. Sebaliknya Rusia menghadapi kegagalan teknis, keterbatasan anggaran, angkatan kerja yang menua, dan kelambanan birokrasi. Nasib yang paling ironis adalah peluncuran satelit.
Rusia pernah menikmati masa-masa ketika negara itu menjadi pilihan utama untuk meluncurkan pesawat ruang angkasa. Selama bertahun-tahun, Rusia bergantung pada negara lain. Rusia bahkan menyewakan fasilitas peluncurannya kepada negara-negara pesaing. Ini tak ubahnya seperti memiliki mobil sport antik dan meminjamkannya kepada orang lain untuk dikendarai.
Pada dasarnya, badan antariksa Rusia terjebak dalam keterpurukan waktu dan sibuk bernostalgia dengan kejayaan masa lalu. Perang di Ukraina memperburuk keadaan. Rusia menderita sanksi berat. Banyak sektor utama yang menderita.
Awalnya Rusia dan Eropa berencana bermitra dalam misi Lunar 25 ini, namun kemitraan tersebut pupus karena perang. Karenanya, misi Lunar 25 ini menjadi semakin penting dan segalanya bagi Rusia. Negara Beruang Merah punya alasan untuk membuktikan bahwa ia harus mendapatkan kembali kejayaannya yang hilang.
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya apakah Kremlin dan Kementerian Keuangan Rusia siap mendanai proyek seperti ini, karena pembangunannya memakan waktu lama? Ini akan membutuhkan waktu bertahun-tahun dan miliaran rubel, sementara hasilnya masih dipertanyakan.
Akankah Rusia bersedia menghabiskan waktu dan uang untuk hal yang bisa saja memalukan kembali? Dengan jatuhnya wahana ini, keruntuhan kosmik Rusia terlihat jelas, bermula dari negara adidaya luar angkasa hingga menyerupai roket yang terjun bebas. Misi pertama Rusia dalam hampir lima dekade berakhir dengan kegagalan, setidaknya hingga saat ini.