Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Di Balik Kunjungan Prabowo ke China
4 April 2024 14:12 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
China menjadi tuan rumah bagi Prabowo Subianto, pemimpin baru yang akan menjadi presiden Indonesia. Beliau belum resmi diambil sumpahnya. Indonesia mengalami masa transisi yang panjang; meskipun beliau memenangkan pemilihan pada bulan Februari, upacara pelantikannya baru akan berlangsung pada bulan Oktober. Namun, hal ini tidak menghentikan Presiden China Xi Jinping untuk mengundang Prabowo guna melakukan kunjungan ke China.
ADVERTISEMENT
Xi Jinping sangat ingin bertemu dengan Prabowo. Oleh karena itu, beliau menyampaikan undangan kepadanya. Prabowo melakukan perjalanan sebelum diambil sumpah, sesuatu yang tidak lazim dan telah menarik perhatian dan pertanyaan besar di Tanah Air.
Alasan kedua adalah pesan politik yang ingin disampaikan. Jakarta menandakan kelanjutan hubungannya dengan Beijing, dan ini adalah hubungan yang penting bagi kedua belah pihak, meskipun bukan berarti tanpa tantangan.
China adalah mitra ekonomi terbesar bagi Indonesia. Dari tahun 2010 hingga 2020, Indonesia telah menerima investasi dari China sebesar US$15,9 miliar dolar, hampir 16 miliar dolar dalam 10 tahun. Prabowo ingin mempertahankan hubungan ini.
Selama pertemuan dengan Xi, Prabowo menyatakan bahwa dia ingin melanjutkan kebijakan-kebijakan yang telah dicanangkan oleh Presiden Jokowi. Dia bertekad menggunakan semua pencapaian Jokowi sebagai dasar untuk program-programnya.
ADVERTISEMENT
Kontinuitas kebijakan, itulah yang dijanjikan oleh Prabowo. Dia juga ingin untuk meningkatkan kerjasama bisnis dengan China, yang tentu saja akan menjadi manuver yang rumit.
Indonesia merupakan pemain kunci di ASEAN (Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara). ASEAN adalah blok penting di Asia Tenggara. Meskipun anggotanya menghadapi agresi dari China, sebagai blok, ASEAN belum berhasil menghadapi China secara bersama-sama.
Jika kita melihat negara-negara anggota secara individu, sebagian besar dari mereka menghadapi provokasi militer dari China, seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei. Semua negara ini memiliki sengketa di Laut China Selatan, dan China bahkan mengeklaim seluruh wilayah tersebut.
Klaim China di Laut China Selatan juga tumpang tindih dengan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. Jakarta telah menantang Beijing dalam beberapa kasus, tetapi memilih untuk tidak terlalu vokal mengenai hal ini. Jakarta berhati-hati dan bersikap berimbang.
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi berjalan di atas talian tipis. Beliau mendorong kebijakan persahabatan dengan China. Tujuannya adalah berinteraksi dengan Beijing dengan fokus pada hubungan ekonomi, sambil tetap menjaga jalur komunikasi dengan Barat.
Prabowo ingin melanjutkan kebijakan ini. China menjadi tujuan pertamanya dalam perjalanan ini. Berikutnya, beliau mengunjungi Jepang. Beliau juga bertemu dengan Fumio Kishida, Perdana Menteri Jepang, seperti yang dilakukan oleh Jokowi.
Prabowo ingin bekerja sama dengan China dan Barat, tetapi ini tidak akan mudah karena ketegangan terus meningkat di Laut China Selatan. Beijing telah meningkatkan kehadirannya di wilayah tersebut. Penjaga Pantai China menyerang kapal-kapal. Mereka hampir setiap hari menyerang kapal-kapal Filipina dengan meriam air.
Eskalasi serupa terhadap Indonesia dapat saja menggagalkan rencana Prabowo, menempatkannya dalam posisi sulit, persis di awal masa kepresidenannya. Itulah tantangan dalam berbisnis dengan China, yang berhasil hanya jika dilakukan sesuai dengan syarat-syarat ala Beijing.
ADVERTISEMENT