Konten dari Pengguna

Empat Wajah Wanita, Satu Kekuatan Keluarga:Telaah The Wrath of Grapes

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
21 April 2025 9:39 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Koleksi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Koleksi Pribadi
ADVERTISEMENT
Wanita memainkan peran penting sebagai perekat keluarga. Di masa sulit, mereka sering menjadi pilar utama untuk bertahan. Kekuatan unik wanita memungkinkan mereka bergerak ke berbagai arah demi memperkuat ikatan keluarga. Dalam novel The Wrath of Grapes (Anggur Kemurkaan) karya John Steinbeck—yang diterbitkan dalam edisi bahasa Indonesia oleh Gramedia Pustaka Utama (2025) setebal 796 halaman—peran wanita ini digambarkan melalui empat tipe menurut Carl Jung: Ibu Alam (sumber kekuatan), Perawan (kemurnian), Penyihir Muda (fisik), dan Penyihir Tua (spiritual). Empat wanita dalam novel ini mewakili tipe-tipe ini dalam perjuangan mereka meraih impian keluarga.
ADVERTISEMENT
Ma Joad adalah contoh Ibu Alam, sumber kekuatan dan harapan keluarga. Kemampuannya memimpin dan ketangguhannya di masa sulit menjadikannya tulang punggung keluarga. Steinbeck menggambarkan kekuatannya melalui detail fisik seperti "Ma terbilang berat tapi bukan gemuk; padat lantaran mengasuh anal-anak dan bekerja…pergelangan kakinya maupun kakinya yang kuat, luas dan tanpa alas bergerak cepat dan tangkas di atas lantai." Kaki telanjangnya yang menyentuh tanah melambangkan perannya sebagai Ibu Alam yang menghidupi dan mempertahankan keluarga.
Ma Joad memahami betul kekuatannya dan perannya. Ia tahu kapan harus membantu dan kapan harus membiarkan suaminya mengambil alih. Semua orang tahu bahwa "Ma sangat berkuasa" dan menjadi tempat bertanya untuk keputusan. Pendapatnya selalu dinantikan, dan emosinya sangat mempengaruhi seluruh keluarga. Sebagai teladan, Ma Joad sering mengontrol reaksinya.
ADVERTISEMENT
Ma Joad seringkali harus menahan perasaannya demi menjaga semangat keluarga. Ketika Tom ditahan, ia menyembunyikan kesedihannya agar tidak menambah beban yang lain. Namun, Al dan Tom tahu "ia bersedih ketika kamu pergi... seolah air matanya sesak di dalam dadanya". Keinginan Ma sederhana: kebahagiaan keluarganya. Namun, sebagai ibu, ia harus belajar melepaskan anak-anaknya untuk mengambil jalan mereka sendiri. Saat Rose of Sharon membuat keputusan penting untuk membantu orang lain, Ma hanya bisa menatap dengan tangan terkunci, menyadari bahwa itu adalah pilihan putrinya. Sikap Ma ini justru memberikan kekuatan pada Rose of Sharon untuk belajar dari keputusannya.
Rose of Sharon, pengantin muda yang hamil, awalnya penuh harapan akan masa depan di California. Keadaan sulit membuatnya kehilangan keyakinan, dan bayinya meninggal karena kekurangan. Di tengah kesulitan, ia melakukan tindakan luar biasa: menyusui seorang pria yang kelaparan. Tindakan ini bisa dilihat sebagai simbol pengorbanan dan kekuatan wanita di saat krisis. Bahkan dalam situasi terburuk, wanita memiliki kemampuan untuk memberikan solusi yang menyelamatkan.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, Rose of Sharon adalah gadis muda yang mencari bimbingan. Ia lebih seperti Perawan, kurang berpengalaman, dan perlahan belajar menjadi ibu yang baik dari Ma Joad, hingga akhirnya bijak dalam mengambil keputusan sendiri. Ia adalah "pembawa kehidupan" bagi orang-orang di sekitarnya, bukan hanya bayi dalam kandungannya. Sikapnya yang rela berkorban demi orang lain mengingatkan pada Kristus, bahkan digambarkan dengan "rambut... menjadi sebuah mahkota pirang keabu-abuan... ia mengandung dunia dan dengan kehamilan ini ia bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang-orang lain". Ia mengutamakan kebutuhan orang lain di atas dirinya sendiri, seperti Kristus yang berkorban untuk umat manusia.
Tokoh selanjutnya adalah Ruthie, yang mewakili Penyihir Muda, lebih fokus pada fisik. Ia gadis remaja yang mencari jati diri. Karena masih muda, ia banyak belajar dari yang lebih tua. Namun, ia merasa di antara keinginan menjadi dewasa dan hasrat kekanak-kanakan. Ia merasakan kekuatan dan tanggung jawab tumbuh seiring perkembangan fisiknya. Ia ingin dianggap dewasa, tapi tingkah lakunya seringkali bertolak belakang. Ketika diberi sedikit tanggung jawab, ia merasa penting, padahal reaksinya masih kekanak-kanakan. Ruthie belajar menjadi dewasa dari contoh orang-orang di sekitarnya, meskipun perlahan.
ADVERTISEMENT
Tokoh terakhir adalah Grandma Joad, sebagai Penyihir Tua. Ia adalah wanita paling berpengalaman dan berpengetahuan dalam keluarga Joad, sosok spiritual yang membimbing. Ia menjadi teladan bagi wanita lain. Namun, setelah suaminya meninggal, ia merasa kehilangan segalanya: suami, tanah, masa lalu, dan kenangan. Ia menjadi tidak waras, merasa tak berguna tanpa suaminya. Ia tak bisa menerima kematian ini dan hanya menunggu kematiannya sendiri. Ia menjadi Penyihir Tua yang hanya bertahan secara spiritual karena kehadiran suaminya dan kehilangan alasan untuk hidup, meskipun semangatnya masih terasa dalam keluarga Joad.
Meski penuh kesulitan, keluarga Joad akhirnya mencapai California dan tetap utuh. Mungkin tidak sesuai impian, tapi mereka berhasil melewatinya bersama. Ketika harapan menipis, Ma Joad selalu menjadi pemecah masalah dan penunjuk jalan. Bersama, dengan optimisme dan kerja keras, setiap kesulitan selalu menemukan jalan keluar. Di tengah kehilangan, selalu ada harapan baru. Saat krisis datang, pertolongan pun muncul. Keempat wanita tangguh ini—Ma Joad, Rose of Sharon, Ruthie, dan Grandma Joad—adalah pilar yang mengantarkan keluarga Joad ke California. Tanpa kekuatan wanita dengan keempat arketipenya—Ibu Alam, Perawan, Penyihir Muda, dan Penyihir Tua—keluarga Joad mungkin takkan pernah bertahan dan meraih harapan serta impian mereka.
ADVERTISEMENT