Konten dari Pengguna

Florida: Kapitalisasi Sejarah Perbudakan

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
27 Juli 2023 22:22 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perbudakan. Foto: Morphart Creation/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perbudakan. Foto: Morphart Creation/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Perbudakan jelas adalah sejarah kelam dalam peradaban mana pun. Namun cerita kegelapan ini mulai dipelintir di Florida, Amerika Serikat. Florida adalah negara bagian asal dua kandidat presiden dari Partai Republik, mantan Presiden AS Donald Trump pernah pindah ke sana beberapa tahun yang lalu dan Ron DeSantis yang kini juga menjabat sebagai gubernur Florida. DeSantis tengah mengumumkan perang melawan akal sehat karena kurikulum baru sekolah di Florida dan bagaimana sejarah perbudakan akan diajarkan di sekolah-sekolah di negara bagian itu.
ADVERTISEMENT
Di Florida, para guru harus mengajar para siswa tentang manfaat perbudakan dan bagaimana perbudakan membantu para budak. Ini bukan mengada-ada. Ron DeSantis pernah mengatakan Florida adalah tempat di mana “woke goes to die”—dia menekankan bagaimana semua aktivisme progresif tidak bisa tumbuh di sana. Agaknya akal sehat juga bernasib sama di sana. Tidak hanya akal sehat, kejujuran pedagogis dan hati nurani juga akan (di)rontok(an).
Apa yang biasanya kita pikirkan ketika seseorang menyebutkan perbudakan di AS? Jutaan orang dari Afrika secara paksa dibawa ke daratan Amerika. Warga kulit hitam ini dibawa dengan rantai untuk bekerja di perkebunan yang dimiliki oleh penjajah kulit putih. Tak terhitung jutaan kematian, pemerkosaan dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Bagaimana kemanusiaan dirampok dan budak-budak ini menjadi milik penjajah. Itulah yang sebenarnya terjadi.
ADVERTISEMENT
Tetapi menurut Dewan Pendidikan Florida, memahami kengerian perbudakan saja tidak cukup. Dewan ini ingin agar masyarakat juga mengakui satu isu yang jarang dibahas; manfaat perbudakan. Dewan ini memandang perlu para peserta didik mengetahui tentang bagaimana para budak mengembangkan keterampilan yang mereka dapatkan. Artinya, perbudakan bermanfaat bagi para budak, bahkan untuk keuntungan pribadi mereka.
Inilah bagian dari kurikulum baru Florida. Kita perlu bertanya, apakah pembuat dan pemuja kurikulum ini ataupun DeSantis mengerti bahwa para pekerja tanpa bayaran dipaksa bekerja di bawah ancaman pemukulan, kelaparan dan kematian? Apakah mereka memahami hal-hal seperti memetik kapas di bawah terik matahari atau dipaksa untuk membangun perkebunan dan rumah majikan atau menyapu lantai tuan tanah sementara kaum penjajah ini menghasilkan banyak uang di atas punggung budak-budak? Florida ingin para siswa mengetahui bagaimana semua kekejaman ini adalah program pengembangan keterampilan bagi para budak. Mereka ingin anak-anak di sekolah mendapatkan gambaran perbudakan secara utuh.
ADVERTISEMENT
Meski tampak tidak masuk akal, konyol dan jauh dari kepatutan, apa yang coba dilakukan Florida tak ubahnya ikhtiar untuk membenarkan perbudakan. Poin-poin kurikulum baru Florida ini menegaskan bahwa siswa perlu belajar tentang perbudakan di banyak tempat lain di dunia. Ini menyangkut pasar budak di negara-negara Muslim, perbudakan di Amerika sebelum penjajahan Eropa dan bahkan perbudakan di Asia. Bagian Asia secara khusus menyebutkan kode hukum dari 4000 tahun yang lalu dan sistem kasta India. Semua ini akan menunjukkan kepada para siswa bahwa perbudakan bukan hanya fenomena Amerika. Bahwa perbudakan telah ada sepanjang sejarah manusia adalah fakta yang tak bisa disangkal. Tetapi apa yang ingin dijejalkan dalam kurikulum pendidikan di Florida ini sama saja dengan membantah realitas masif dan getir dari perdagangan budak transatlantik. Ini merupakan penghinaan terhadap kenangan jutaan orang yang kehilangan nyawa sebagai budak.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan yang krusial, mengapa Florida melakukan ini? Jawaban sederhananya adalah politik. Agaknya Ron DeSantis terinspirasi dari pola pendidikan di Korea Utara; cuci otak anak-anak dengan mengajari mereka versi sejarah yang bengkok, hapus kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dengan menjejali mereka informasi yang sudah disaring dan tidak lengkap.
Dengan jumlah sekitar 86 persen siswa di Florida yang akan mendapatkan materi kurikulum ini di sekolah-sekolah negeri, DeSantis Major berhasil melumpuhkan kelurusan sejarah dan mengacaubalaukan pikiran anak-anak. Tahun lalu dia memperkenalkan undang-undang yang disebut Stop Woke Act. Dengan ini, dia berusaha menjamin bahwa tidak bakal ada siswa yang merasa bersalah, bersedih atau mengalami tekanan psikologis ketika belajar topik-topik semisal perbudakan di Amerika Serikat. Karenanya, kurikulum baru inilah hanyalah bagian dari perang besar menantang akal sehat. Yang dijalankan oleh Florida adalah upaya memanfaatkan (kapitalisasi) sejarah perbudakan dengan sudut pandang yang tidak rasional dan manusiawi.
ADVERTISEMENT
Para politisi perlu dipaksa untuk menjauhi dunia pendidikan. Mereka selalu memiliki motif dan kepentingan tertentu ketika memutuskan apa yang harus diajarkan kepada publik. Serahkan saja urusan pendidikan dan pengajaran ini kepada para profesor karena materi-materi ajar seperti perbudakan membutuhkan nuansa—mendorong kita berhadapan dengan kesalahan dan brutalitas masa lalu pada satu sisi dan pada saat yang sama menuntun kita untuk bergerak menuju masa depan yang lebih cerah di sisi lainnya. Orang yang yang tidak belajar dari sejarah ditakdirkan akan mengulangi kesalahan dan kekejaman masa lalu.