Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Gereja Katolik dan Pernikahan Sesama Jenis
14 November 2023 14:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gereja Katolik Jerman telah lama dikenal mendobrak batas-batas keyakinannya. Mereka menunjukkan kesediaan untuk mempertimbangkan kembali sikap gereja dalam berbagai isu, termasuk isu selibat dan komunitas LGBTQIA+.
ADVERTISEMENT
Pada bulan Maret tahun ini, Gereja Katolik Jerman mengizinkan pernikahan sesama jenis untuk menerima pemberkatan dari para pendeta Katolik. Di Jerman ada perayaan pemberkatan bagi pasangan yang saling mencintai. Memberkati perayaan dengan restu gereja. Kini pasangan dari queer group yang saling mencintai dan orang-orang yang memberkati mereka atas nama gereja menunjukkan bahwa gereja telah keluar dari wilayah abu-abu yang selama ini terlarang. Gereja menganggap ini ekspresi dan tindakan cinta.
Namun di mata Vatikan, hal itu berbau hasutan dan menganggapnya sebagai penolakan langsung terhadap keputusan Vatikan yang mengatakan bahwa hubungan sesama jenis tidak boleh dirayakan atau diakui. Menurut Gereja Katolik, hubungan sesama jenis adalah dosa.
Sikap Gereja Katolik Jerman tersebut sudah lama memicu perdebatan. Selama berbulan-bulan, 1,3 miliar umat Katolik membincangkan hal ini. Dengan antusias mereka berdebat seraya bertanya-tanya apakah gereja Jerman sekadar tidak patuh atau menunjukkan haluan yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Akhirnya umat Katolik mendapatkan jawabannya. Awalnya Paus Fransiskus menyarankan agar orang-orang yang menjalin hubungan sesama jenis dapat diberkati oleh para imam Katolik. Hal ini dapat dilakukan berdasarkan kasus per kasus. Artinya ini bersifat subjektif dan diperbolehkan. Sepanjang keberkahan tersebut tidak berarti bahwa penyatuan pasangan sesama jenis berkorelasi linear dengan pernikahan heteroseksual. Tuhan melarang hal itu terjadi.
Namun Paus Fransiskus mengklarifikasi lebih lanjut. Dia mengatakan bahwa gereja Katolik tetap menganggap pernikahan sesama jenis secara objektif adalah dosa dan gereja tidak akan mengakui pernikahan tersebut.
Bagi sebagian besar warga Katolik usulan Paus Fransiskus ini terdengar setengah hati, namun bagi gereja ini adalah sebuah langkah besar. Homoseksualitas adalah masalah kontroversial bagi Vatikan. Hal ini menyumbang terhadap makin dalamnya polarisasi dalam gereja antara kelompok progresif dan konservatif.
ADVERTISEMENT
Paus Fransiskus tampak mendukung kedua belah pihak. Dia menyerukan masuknya queer group tapi pada saat yang sama berulang kali menyebut pernikahan sesama jenis sebagai dosa. Baru tahun ini dia mengatakan bahwa dia tidak bisa memberkati pernikahan sesama jenis karena dia tidak bisa memberkati dosa. Karenanya, saran Paus baru-baru ini adalah pembalikan dari peran dan pernyataan sepenuhnya.
Yang juga menarik adalah persoalan waktu. Komentar Paus Fransiskus muncul hanya sehari menjelang pertemuan besar Vatikan pada 5 Oktober lalu. Pertemuan tersebut membahas masa depan Gereja Katolik. Para pemuka Gereja Katolik seluruh dunia membicarakan hal-hal yang selama ini dianggap terlarang.
Mereka juga membahas langkah-langkah akuntabilitas. Akan ada lebih banyak pengawasan terhadap bagaimana para uskup menjalankan wewenang mereka. Hal ini terjadi setelah masifnya seruan untuk mencegah pelanggaran seksual di gereja.
ADVERTISEMENT
Upaya mempromosi uskup dan pastor perempuan juga menjadi bagian dari pertemuan tersebut. Sejauh ini Vatikan masih belum menyetujui kehadiran pastor perempuan. Masalah homoseksualitas juga masih belum jelas.
Ketika gereja hendak menerimanya, pernyataan Paus Fransiskus jelas telah mengobarkan ketegangan. Sebab pernyataan ini memberikan ruang untuk sebuah harapan, bahwa sikap Paus Fransiskus menunjukkan melunaknya larangan Vatikan terhadap pemberkatan pernikahan gay dan lesbian.