Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Konten dari Pengguna
Jembatan Gantung
30 September 2023 10:37 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Trisha Kober adalah seorang mahasiswa Washington State University ketika sebuah peristiwa penting yang mengubah hidupnya terjadi. Dia ingin pergi mendaki gunung (hiking). Biasanya orang lebih suka bergerombol melakukan aktivitas ini, tapi Trisha lebih suka melakukannya sendiri. Baginya kesendirian ini mendekatkannya dengan alam. Tak ada hal-hal aneh ketika dia mulai mendaki, hanya dia dan hasratnya untuk menyendiri dengan alam. Dia menganggap semuanya baik-baik saja. Rupanya inilah awal kesalahannya.
ADVERTISEMENT
Orang tuanya menyukai suasana di luar ruangan (outdoor). Mereka mengajarkan Trisha banyak hal hingga bagaimana untuk bertahan di hutan. Dia bahkan sudah mendaki Gunung Ranier dengan kedua orang tuanya saat masih berusia 12 tahun. Seperti biasanya, Trisha selalu mengecek prakiraan cuaca dan berharap langit terang. Ia selalu diajarkan untuk menghormati alam. Ayahnya kerap mengingatkannya, "Alam ini punya wajah yang cantik tapi mood-nya bisa berubah dalam sepersekian detik."
Trisha mulai merasakan perubahan udara menjelang sampai di sebuah jembatan gantung. Dia sudah mendengar jembatan ini tapi belum pernah menyeberangnya sebelumnya. Yang dia ketahui jembatan ini mulai dibangun pada awal Perang Dunia Kedua. Jadi dia merasakan suasana kesejarahan ketika kakinya makin dekat dengan jembatan itu. Begitu sampai di pinggir jembatan, dia melihat jembatan ini sangat sederhana. Tapi tak ada cara lain untuk sampai ke seberang kecuali melewatinya. Tekadnya bulat dan dia memutuskan menyeberangi jembatan ini.
ADVERTISEMENT
Begitu dia mencacahkan kaki di jembatan itu, dia merasa ada kekuatan luar biasa yang menahannya. Dia merasa tidak dalam kondisi berbahaya, tapi pada saat yang sama juga tidak merasa aman. Seolah-olah dia kehilangan kemampuan mengendalikan situasi. Jembatan ini tampaknya ingin mengakhiri hidupnya sendiri. Trisha tak pernah takut ketinggian sebelumnya, tapi dia tiba-tiba merasa pusing dan lunglai. Setiap kali melangkahkan kakinya dia seolah berjalan di atas karet.
Jantungnya berdetak kencang dan napasnya tertahan di dada. Seolah-olah ada pertanda dari tubuhnya untuk segera berlari kencang ke seberang. Tapi dia tak kuasa berlari. Goyangan jembatan membuatnya nyaris tak bisa berjalan. Dia berupaya keras untuk tidak menyerah kepada ketakutannya. Dia merasa semua usahanya untuk bertahan selamat mustahil karena keadaan kian buruk. Jembatan bergoyang kian kencang dan dia menjadi korban ketakutannya sendiri. Dia panik, merasa hidupnya akan berakhir dan tak akan bertemu lagi dengan kedua orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Di tengah kekalutan pikirannya, tiba-tiba saja ada seorang wanita berpakaian perawat muncul di hadapannya. Dia berkata, "Jangan khawatir. Aku akan menolongmu." Trisha membatin dari mana wanita ini datang. Dia ingat betul tak ada orang lain di jembatan selain dirinya. Tapi yang pasti dia mengucapkan terima kasih kepadanya. Dari tanda pengenal di dadanya, Trisha mengetahui namanya Margaret Lange. Sebuah nama yang tak akan pernah dia lupakan.
Margaret menyuruh Trisha untuk lari balik meninggalkan jembatan. Ucapannya memberi Trisha semangat dan keberanian untuk melangkah kembali. Begitu dia meninggalkan jembatan, jembatan gantung itu serta merta ambruk. Trisha berteriak dan menangis memanggil Margaret. Dia yakin Margaret jatuh ke bawah bersama tali jembatan yang putus. Dia berutang nyawa kepada Margaret.
ADVERTISEMENT
Tak lama kemudian regu penyelamat dan kedua orang tua Trisha datang. Mereka menangis bahagia Trisha selamat. Tatkala Trisha bertanya kepada salah seorang tim penyelamat bagaimana dengan perawat yang telah menyelamatkannya, anggota tim itu hanya mengatakan tak ada tanda-tanda mengenai keberadaannya. Ibu Trisha keheranan ketika putrinya menyebut sosok perawat. Trisha menjelaskan seorang perawat di jembatan telah menyelamatkan hidupnya. Dia sadar ini kedengaran gila dan mungkin kedua orang tuanya tak percaya, tapi yang pasti seorang berseragam perawat telah menyelamatkan hidupnya. Namanya Margaret Lange, RN.
Mendengar nama ini, ibu dan ayah Trisha tersentak. Mereka menjelaskan bahwa sebetulnya Trisha bukan anak kandung mereka. Kedua orang tua Trisha meninggal dalam kecelakaan pesawat terbang. Dia diadopsi ketika berusia enam bulan. Mereka takut menyibakkan fakta bahwa Trisha adalah anak adopsi, khawatir Trisha tak akan mencintai mereka lagi. "Kenapa kalian baru menceritakan sekarang?" tanya Trisha. Ayahnya menjawab, "Sebab ibumu adalah seorang perawat (Registered Nurse/RN). Namanya adalah Margaret Lange."
ADVERTISEMENT
Ketika sampai di rumah, ibunya memperlihatkan Trisha foto ibu kandungnya dengan seragam perawat. Benar ternyata foto ibu kandungnya adalah wanita yang sama yang telah menyelamatkannya di jembatan.