Konten dari Pengguna

Kecerdasan Buatan dan Antibiotik

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
17 Januari 2024 6:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Antibiotik pertama kali ditemukan pada tahun 1928, jadi hampir seabad yang lalu. Sejak itu obat-obatan mengalami revolusi. Infeksi umum tidak lagi mengancam jiwa, operasi juga bukan hal menakutkan. Pemulihan lebih cepat dan harapan hidup makin meningkat.
ADVERTISEMENT
Menurut sejumlah estimasi, antibiotik bisa menambah harapan hidup seseorang hingga 20 tahun. Jadi antibiotik pada dasarnya mengubah cara kerja obat-obatan. Tapi kemudian muncul masalah baru, yakni resistensi terhadap antibiotik yang selama ini menyelamatkan nyawa banyak pasien.
Ini biasanya disebabkan oleh penggunaan berlebihan. Sebuah studi pada 2016 menunjukkan bahwa 30% dari resep antibiotik tidak perlu, yang berarti kita tidak sering kali membutuhkannya.
Tapi hal itu tidak menghentikan orang-orang untuk menggunakannya, dan bahkan kadang-kadang menyalahgunakannya. Ini menciptakan masalah global berupa resistensi antibiotik. Secara global resistensi antibiotik adalah salah satu penyebab utama kematian setiap tahun.
Pada 2019 ia menewaskan lebih dari satu juta orang. Maka para ilmuwan membutuhkan sesuatu yang baru. Dan kecerdasan buatan (AI) hadir memberikan jalan keluar. Mereka telah menemukan kelas antibiotik baru. Ini untuk bakteri Staphylococcus Aureus yang resistan terhadap obat.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana AI ikut membantu? AI pada dasarnya mempercepat prosesnya. Menemukan senyawa baru adalah proses yang panjang. AI membuatnya lebih mudah. Ia mengidentifikasi calon obat potensial, membantu memprediksi sifat dan mengoptimalkan seluruh proses.
Sekarang para ilmuwan memiliki antibiotik baru dan pertama dalam 60 tahun terkahir. AI membuat prosesnya lebih mudah. Tetapi mengembangkan antibiotik baru masih sulit. Ada dua alasan untuk itu. Pertama adalah tantangan ilmiah dan kedua adalah masalah keuangan.
Mengembangkan antibiotik yang sukses membutuhkan dana US$ 1,5 miliar, ini untuk kebutuhan dari labaratorium hingga ke pasar. Tapi keuntungannya tidak terlalu bagus. Pendapatan tahunan per obat seringkali kurang dari US$ 50 juta. Karena tidak ada banyak uang. Maka banyak perusahaan farmasi menjauhinya.
ADVERTISEMENT
Tetapi antibiotik baru adalah kebutuhan saat ini, karena resitansi datang begitu mudah. Pada tahun 1960 antibiotik Methicillin dikembangkan. Pada tahun 1961 para ilmuwan menemukan bakteri resisten Methicilin. Kini setiap tahun penyakit yang disebabkan bakteri telah merenggut nyawa lebih dari 35.000 orang di Eropa. Sementara AI telah membantu menemukan kelas antibiotik baru.
Ada banyak tantangan yang tersisa sebelum dapat mencapai apotek. Ketika itu terjadi kita harus memperhatikan penggunaannya karena penggunaan berlebihan atau penyalahgunaan antibiotik akan menyebabkan resistensi.
Ia diprediksi sebagai pembunuh diam-diam (silent killer) pada tahun 2050. Ia bisa membunuh hingga 10 juta orang saban tahun. Jadi lain kali saat kita mengonsumsi pil berhati-hatilah, sebab bisa jadi ia lebih mendatangkan banyak mudarat daripada manfaat.
ADVERTISEMENT