Konten dari Pengguna

Ketika CEO Kelebihan Bayar

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
7 Agustus 2023 7:27 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Basuki T Purnama mengunjungi Dockyard PT. Pertamina Trans Kontinental saat melakukan kunjungan kerja ke Sorong, Papua Barat, Senin (25/10/2021). Foto: Instagram/@basukibtp
zoom-in-whitePerbesar
Basuki T Purnama mengunjungi Dockyard PT. Pertamina Trans Kontinental saat melakukan kunjungan kerja ke Sorong, Papua Barat, Senin (25/10/2021). Foto: Instagram/@basukibtp
ADVERTISEMENT
Belakangan geger jika gaji Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mencapai Rp8,3 miliar per bulan. Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto meminta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengaudit struktur gaji serta tunjangan Komisaris Utama, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang mencapai miliaran rupiah per bulan. Mulyanto mengatakan bahwa audit diperlukan agar tidak menimbulkan berbagai macam polemik di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Besarnya gaji dan tunjangan pemimpin perusahaan juga menjadi isu global. Terlepas apakah di saat terjadinya booming atau lesunya sektor keuangan, ada satu kelompok yang selalu tetap untung, yakni pemimpin bisnis—CEO dan para direktur perusahaan. Ini adalah sebuah kontradiksi besar dalam dunia korporat. Banyak perusahaan yang merumahkan para pekerja, tapi bonus jutaan dolar tetap diterima oleh CEO dan para direktur. Bagaimana kita memahami realitas ini?
Saat terjadinya penurunan pendapatan di dunia bisnis atau kelesuan sektor keuangan, bukankah semua pihak seyogyanya kena imbas? Secara teknis ya, tetapi dalam praktiknya bukan itu yang berlaku. Bagi sejumlah petinggi perusahaan, permainan belum tentu berakhir. Belum lama ini, dewan direksi Tesla menyelesaikan sengketa dengan para pemegang saham. Tebak berapa CEO dan direktur lainnya memperoleh bayaran? US$ 735 juta.
ADVERTISEMENT
Para direktur Tesla ini akan mengembalikan uang ini kepada perusahaan. Pertanyaannya Kenapa? Karena mereka menetapkan gaji terlalu tinggi buat mereka sendiri. Sejak 2017 mereka ini sudah menikmati US$ 11 juta dalam bentuk saham. Begitu para pemegang saham mengetahui hal ini, mereka melayangkan gugatan bahwa kompensasi buat CEO dan direktur lainnya terlalu tinggi.
Ilustrasi pabrik Tesla. Foto: Shutter Stock
Sekarang Tesla telah merampungkan perkara ini. Perusahaan tidak menguraikan detailnya, tetapi dokumen pengadilan menyebutkan para direktur tersebut bertindak dengan itikad baik. Elon Musk sendiri juga menghadapi kasus serupa. Dia menikmati US$ 56 miliar dalam bentuk saham, dan itu juga mendapatkan tantangan dari para pemegang saham.
Tapi ini bukan semata tentang Tesla. Hal yang sama juga menimpa banyak perusahaan raksasa. Mengapa banyak CEO dan direktur perusahaan mendapatkan bayaran tinggi yang terbilang konyol? Mengapa itu dilakukan di tengah gelombang pemotongan hubungan kerja?
ADVERTISEMENT
Pertama mari kita lihat jumlahnya. CEO perusahaan Amerika dibayar sekitar US$ 27 juta berupa gaji ditambah saham. Jumlah ini 399 kali lebih tinggi dari apa yang diperoleh rata-rata pekerja atau karyawan perusahaan. Kesenjangan ini tidak selalu tinggi. Pada tahun 1965, para CEO memperoleh 20 kali lebih banyak, lalu pada tahun 1989 angkanya meningkat 59 kali. Jadi apa yang berubah setelah itu
Di Barat masa itu masa mesin ekonomi memanas, yakni era 1980-an. Pemerintah AS dan Inggris menerkam serikat buruh dan mendewakan pasar bebas. Karenanya, kesenjangan melebar. Alasan lain adalah jatuhnya bisnis yang dimiliki oleh keluarga atau individu. Saat itulah para pemegang saham masuk. Lalu pemegang saham ini menuntut lebih. Mereka ingin melihat hasil yang instan. Mereka ingin lekas menikmati keuntungan.
ADVERTISEMENT
Jadi apa yang dilakukan pemegang saham? Mereka rela membayar mahal CEO. Asumsinya adalah CEO dan direktur lainnya ini akan mendorong perusahaan ke depan, seperti yang kita saksikan hari ini. CEO dengan bayaran tinggi adalah kenyataan hari ini. Pata pendukung mengatakan biarkan pasar secara bebas memutuskan gaji.
Ilustrasi menerima gaji. Foto: Shutterstock
Jika kalangan bisnis bersedia membayar jutaan, artinya CEO ini memang pantas dan sepadan dengan keahliannya. Namun para pengkritik mengatakan sebaliknya. Mereka mengeklaim tidak setiap CEO adalah jantung industri, perusahaan atau bisnis.
Tidak sedikit dari kalangan CEO ini yang sekadar membonceng faktor-faktor lain, seperti tim teknologi yang hebat, industri yang sedang booming atau mungkin juga pemotongan pajak.
Hebatnya, bayaran raksasa bagi CEO ini tidak berubah bahkan di masa-masa kritis. Lihatlah perusahaan-perusahaan raksasa. Meta memberhentikan 10.000 orang tahun ini, ditambah 11.000 akhir tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Tetapi perusahaan yang sama memberikan bonus jutaan dolar kepada eksekutif senior, bukan gaji, tetapi bonus. Netflix memberhentikan sekitar empat persen dari tenaga kerja mereka tahun lalu. Tapi CEO Netflix menikmati bonus senilai US$ 14 juta.
Ilustrasi Google. Foto: REUTERS/Aly Song/File Photo
Hal yang sama juga terjadi dengan Google. Perusahaan raksasa ini memberhentikan sekitar 12.000 karyawan mereka, sekitar enam persen dari tenaga kerja yang ada. Tapi silakan tebak berapa pendapatan total yang diterima Sundar Pichai, CEO Google? US$ 226 juta tahun lalu.
Bagaimana pihak perusahaan membenarkan kontradiksi ini? Argumennya adalah CEO adalah figur sangat terampil dan kecerdasannya adalah kunci untuk pertumbuhan perusahaan. Tetapi jika Anda merumahkan ribuan orang, maka sangat jelas bahwa perusahaan tidak berkembang.
ADVERTISEMENT
Sama sekali tidak ada akuntabilitas. Mari kembali kita telaah krisis keuangan 2008. Bank-bank Amerika saat itu dipimpin oleh sosok terbaik dari yang terbaik (the best of the best). Lalu apa yang mereka capai?
Mereka menjerumuskan seluruh dunia ke dalam resesi. Puluhan ribu orang kehilangan pekerjaan, tetapi sekali lagi tidak ada akuntabilitas. Yang terjadi mereka masih menikmati keadaan.
Pemerintah AS harus menghabiskan miliaran dolar untuk menyelamatkan bank-bank Amerika. Dan coba tebak apa yang dilakukan bank-bank ini dengan uang itu? Mereka membayar bonus. 5000 bankir top mendapat US$ 5 miliar dalam bonus. Inilah salah satu letak masalahnya.
Sekali lagi, tidak ada pengawasan independen. Sebagian besar paket CEO diputuskan oleh komite kompensasi. Siapa mereka? Yakni dewan direksi dan eksekutif dari perusahaan lain. Ini layaknya meminta seorang aktor untuk menilai peringkat (rating) filmnya sendiri. Jelas saja hasilnya bintang lima.
ADVERTISEMENT
Yang kita butuhkan adalah atmosfer dan kebijakan yang jauh lebih transparan dan rasional atas angka-angka ini. Tentu kita tidak sepakat CEO menerima penghasilan dengan jumlah yang sama dengan pekerja atau karyawan biasa.
Seorang CEO memiliki dan membawa keahlian yang berharga. Ia harus dibayar lebih dari pekerja atau karyawan lainnya. Pertanyaannya, berapa banyak? Yang pasti bukan 400 kali lipat dari gaji karyawan atau pekerja rata-rata.