Konten dari Pengguna

Kuasa Samsung di Korea Selatan

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
4 Maret 2024 13:43 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Samsung. Foto: Anthony Wallace/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Samsung. Foto: Anthony Wallace/AFP
ADVERTISEMENT
Pengadilan di China terkenal sangat ketat, tetapi mahkamah Korea Selatan malah menghadapi masalah berbeda, terlalu lembek. Beberapa hari yang lalu, pengadilan di Seoul memberikan putusan mengejutkan; membebaskan pimpinan puncak Samsung, Lee Jay-yong.
ADVERTISEMENT
Kasus ini bermula pada tahun 2015. Lee menggabungkan dua perusahaan yang terafiliasi dengan Samsung; Samsung CNT dan Cheil Industries. Namun, penggabungan itu dinilai tidak bersih alias sarat skandal.
Jaksa mengatakan kesepakatan itu dilakukan untuk memperkuat posisi Lee. Lee dituduh memanipulasi dan memalsukan laporan keuangan. Namun akhirnya dia dibebaskan. Putusan ini sangat melegakan bagi Lee karena aktivitas merger tahun 2015 itu seperti kriptonit baginya.
Kasus yang sama lagi-lagi membuatnya dibui pada tahun 2017. Saat itu tuduhannya berbeda. Lee dituduh memberi suap kepada mantan Presiden Korea Selatan, yaitu Park Geun-hye. Lee menawarkan US$6,4 juta kepada Park. Sebagai imbalannya, dia ingin persetujuan pemerintah atas merger ini. Lee dihukum 5 tahun penjara, tetapi 18 bulan kemudian dia dibebaskan.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2021, Lee kembali ditangkap dengan kasus yang sama namun dengan tuduhan yang berbeda. Sekali lagi dia dihukum penjara, tetapi beberapa bulan kemudian Lee keluar dengan pembebasan bersyarat. Satu tahun kemudian Presiden Korea Selatan memberinya pengampunan.
Jika ini bukan hal yang mencurigakan, lalu apa? Satu orang, satu merger bermasalah, dan banyak vonis. Tetapi entah bagaimana dia lolos dari semuanya. Pertanyaannya adalah bagaimana ini bisa terjadi?
Untuk memahaminya, kita perlu memahami Samsung. Bagi Anda dan saya, Samsung hanya nama sebuah perusahaan, tetapi di Korea Selatan, ia jauh lebih dari itu. Samsung dan pelbagai perusahaan yang terafiliasi dengannya menyumbang 20% dari Bursa Saham Korea Selatan, 18% dari total PDB, dan 16,6% dari total ekspor. Angka-angka tersebut mengesankan.
ADVERTISEMENT
Tetapi pengaruh Samsung tidak terbatas pada statistik. Sebutkan industri apa saja. Jejak-jejak Samsung selalu melekat; rumah sakit, pusat medis, sekolah, tekstil, elektronik, universitas, konstruksi, dan asuransi.
Samsung memiliki tangan di semua bidang ini. Akibatnya, Anda tidak bisa menghindari Samsung. Jika Anda tinggal di Korea Selatan, ini bukan hanya sekadar perusahaan biasa. Ia adalah bagian dari kehidupan Anda sehari-hari.
Lalu, bagaimana Samsung mencapai posisi ini? Ceritanya dimulai pada tahun 1938. Samsung, yang memulai sebagai toko perdagangan grosir, didirikan oleh Lee Byung-chul. Samsung memproduksi mie dan mengekspornya ke China. Itu adalah bisnis pertama mereka. Tetapi Perang Korea mengubah segalanya. Korea Selatan hancur akibat peperangan, sehingga negara harus dibangun kembali.
Lee melihat peluang ini. Sejak akhir 1950-an, dia melakukan aksi pembelian besar-besaran. Lee membeli tiga bank komersial, perusahaan semen, perusahaan pupuk, perusahaan asuransi, pabrik tekstil, toko serba ada, dan kilang minyak.
ADVERTISEMENT
Kebijakan Korea Selatan membantu Lee melakukan semua ini. Saat itu rezim yang berkuasa bersifat proteksionis. Mereka ingin membantu pertumbuhan bisnis di Korea Selatan dan melindunginya dari persaingan luar.
Bisnis seperti ini di Korea Selatan disebut chaebol, yakni bisnis besar yang dimiliki keluarga, dan Samsung adalah salah satunya. Pada akhir 1960-an, Lee mencoba peruntungannya di dunia elektronik.
Produk pertamanya adalah televisi hitam putih, kemudian ada divisi kedirgantaraan, teknologi informasi, telekomunikasi, dan nanoteknologi. Jadi Samsung berkembang pesat.
Pada tahun 1987, Lee meninggal dunia. Perusahaan itu dipecah menjadi lima. Putra tertua Lee mendapatkan divisi elektronik. Namanya adalah Lee Kun-hee. Lee Jr. membawa perubahan besar menyangkut sikap.
Dia pernah mengatakan kepada karyawannya, "Ubahlah segalanya kecuali istri dan anak-anakmu." Untuk sementara waktu resep itu berhasil. Kualitas produk meningkat dan hasil akhir terlihat bagus. Tetapi di balik semua itu terbit budaya korporasi yang beracun.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, suap adalah masalah besar. Pada tahun 1996, Lee diadili. Dia memberi suap Presiden Korea Selatan saat itu. Putranya melakukan hal yang sama pada tahun 2015. Tetapi baik ayah maupun anaknya sama-sama memperoleh grasi.
Melalui semua ini, Samsung terus berkembang. Hingga tahun lalu, Samsung adalah pembuat smartphone terbesar di dunia, bahkan mengalahkan Apple.
Itulah mengapa bos-bos Samsung lolos dari semua ini. Korea Selatan tengah berlaga dalam perlombaan chip. Korsel ingin mendapatkan bagian dari pasar semikonduktor. Untuk itu negara membutuhkan Samsung. Korsel membutuhkan Lee Jae-yong di puncak. Apakah itu situasi yang ideal? Tentu tidak.
Ini adalah definisi telanjang dari apa yang kita sebut sebagai Penyanderaan Negara dan Kapitalisme Kroni (State Capture and Crony Capitalism). Tapi tidak ada pihak yang disalahkan di sana. Korsel memilih jalur ini untuk pertumbuhan. Sekarang mereka harus menghadapi konsekuensinya.
ADVERTISEMENT