Larangan UNESCO soal Penggunaan Ponsel di Sekolah

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Konten dari Pengguna
2 Agustus 2023 5:41 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak main gadget. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak main gadget. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
UNESCO baru saja merilis laporan teknologi 2023 dalam pendidikan. Laporan itu berisi rekomendasi untuk melarang penggunaan ponsel di sekolah. Badan PBB ini meminta diakhirinya pemakaian ponsel di ruang kelas. Namun, apakah larangan ini praktis dan bisa diterapkan?
ADVERTISEMENT
Pernahkah Anda ketika berbincang dengan seseorang yang pada saat yang sama juga sibuk dengan ponselnya? Pesan atau notif yang masuk kerapkali mengalihkan dan menggagalkan percakapan yang sedang berlangsung.
Kebanyakan orang tua yang menghadapi masalah yang merepotkan ini agaknya berjalan seirama dengan UNESCO. Bahkan rekomendasi UNESCO ini membawa keceriaan bagi para guru di mana-mana.
Dalam penjelasannya, Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay mengatakan bahwa teknologi harus digunakan untuk kesejahteraan siswa dan guru, bukan merugikan mereka. Koneksi dan interaksi secara daring bukan pengganti interaksi manusia.
Ilustrasi anak bermain gadget. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sementara itu, Direktur Global Education Monitoring Report, Manos Antoninis, menambahkan bahwa kita perlu mengajar anak-anak untuk hidup dengan dan tanpa teknologi. “Teknologi harus mendukung, bukan menggantikan interaksi manusia dalam pengajaran dan pembelajaran,” ucapnya. Rekomendasi UNESCO ini tegak di atas logika yang kuat.
ADVERTISEMENT
Laporan tersebut menunjukkan hilangnya manfaat pembelajaran jika teknologi digunakan secara berlebihan atau saat guru yang berkualitas tidak hadir. Sebagai misal, membagikan komputer kepada siswa tanpa kehadiran guru ternyata tidak berdampak terhadap peningkatan kualitas belajar peserta didik.
Para siswa bisa saja menemukan hal-hal lain di laptop jika dibiarkan tanpa pengawasan. UNESCO menekankan bahwa ponsel terbukti mengganggu proses pembelajaran.
Tetapi kalangan yang mengkritik larangan ini juga punya pandangan tersendiri. Bagi mereka, susah membayangkan pendidikan tanpa Google atau Wikipedia, terutama bagi mereka yang lulus sekolah dalam dua dekade terakhir. Bisakah anak-anak membuat tugas tanpa akses ke internet?
Coba tengok saat terjadinya pandemi; konferensi video sangat membantu peserta didik menghadiri kelas dari rumah. Karenanya, bagaimana bisa UNESCO berpikir untuk melarang ponsel bagi anak-anak sekolah?
ADVERTISEMENT
Badan PBB tersebut bukan abai dengan kritikan itu. UNESCO menyebutkan sebagian besar informasi daring tersedia dalam bahasa Inggris. Materi pembelajaran atau bahasa studi yang bermanfaat sulit didapat bagi anak-anak terdidik dalam bahasa lain. Pandemi juga menyibakkan adanya celah antara yang kaya dan miskin.
Ini mendistorsi pembelajaran bagi mereka yang tidak memiliki ponsel atau laptop. Belajar dari jarak jauh harus menjadi pilihan terakhir. Selain itu, anak-anak sekolah tidak membutuhkan ponsel untuk pembelajaran jarak jauh jika mereka bersekolah.
Sejatinya sikap UNESCO sederhana; larang ponsel di ruang kelas dan biarkan para guru mengajar anak-anak. UNESCO melihat ponsel sebagai gangguan dan dapat menyebabkan situasi lain yang membahayakan perkembangan anak-anak, seperti intimidasi cyber. UNESCO menginginkan ponsel tidak digunakan di sekolah dan sejumlah negara sepakat dengan badan PBB ini.
Ilustrasi anak main gadget sambil makan. Foto: Shutter Stock
Pada 2018 Prancis telah melarang penggunaan ponsel di sekolah. Finlandia melarang ponsel bulan lalu. Belanda juga mengajukan larangan yang sama beberapa minggu yang lalu.
ADVERTISEMENT
Larangan penggunaan ponsel di sekolah secara resmi akan mulai berlaku tahun depan di Belanda. Tetapi akan ada pengecualian untuk siswa difabel dan siswa dengan kebutuhan medis.
Di India, aturan ini sudah berlaku selama bertahun-tahun—di sekolah ponsel tidak pernah diizinkan. India sudah berada di depan melewati waktunya. Di Srilanka, para siswa juga tidak diizinkan membawa ponsel ke sekolah.
Hal itu tidak menjadi masalah bagi mereka dan merupakan aturan yang terkendali di setiap sekolah pemerintah. Anak-anak merasakan betapa baik bagi mereka untuk bersama dengan teman-teman mereka tanpa ponsel.
Ilustrasi kursi dan menja sekolah. Foto: Shutterstock
Tetapi di sebagian besar negara, larangan tersebut belum dikeluarkan oleh pemerintah. Kebanyakan diserahkan kepada sekolah masing-masing. Sementara pihak sekolah merasa kesulitan untuk menerapkan larangan ini secara penuh atau utuh.
ADVERTISEMENT
Banyak orang tua setuju agar ponsel dinonaktifkan di sekolah, hanya sedikit yang menolak larangan itu. Boleh jadi karena orang tua ini hendak menghubungi anak-anak mereka saat mereka bepergian lewat ponsel.
Ini adalah salah satu hal positif ketika anak-anak sekolah dibolehkan membawa ponsel. Tapi tentu saja itu berarti bakal banyak anak-anak dengan satu atau banyak cara menggunakan ponsel selama jam sekolah.
Ini adalah masalah yang sulit untuk ditangani dan ponsel hanyalah permulaan. Orang sudah banyak memiliki jam tangan pintar, kacamata pintar, dan lain-lain. Kita tak tahu berapa banyak perangkat bertenaga kecerdasan buatan akan muncul ke depan.
Akankah dan sanggupkah kita melarang semua ini? Bagaimana para guru atau sekolah mampu melarang semuanya? Mengumumkan larangan memang gampang, yang tersulit adalah mengeksekusinya.
ADVERTISEMENT