Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Meluasnya Dedolarisasi
27 November 2023 7:39 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Arab Saudi kian mengencangkan hubungannya dengan China. Baru-baru ini keduanya menandatangani kesepakatan untuk melakukan perdagangan menggunakan mata uang masing-masing dan mengesampingkan dolar AS. Kesepakatan itu bernilai hampir US$ 7 miliar dan akan berlaku selama 3 tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
Kesepakatan ini pada dasarnya adalah perjanjian pertukaran mata uang (financial swap agreement), sebuah kontrak antara bank sentral China dan Arab Saudi. Ini berarti selanjutnya bank sentral China akan mempertahankan cadangan Riyal Saudi dan bank sentral Saudi akan menyimpan Yuan China. Maka saat ketika melakukan pembayaran setiap bank sentral akan menggunakan mata uang masing-masing; Saudi akan melunasi tagihannya dengan Yuan dan China pada saat yang sama bakal menggunakan Riyal Saudi.
Ini adalah upaya saling menguntungkan (win-win) bagi kedua negara. Siapa yang dirugikan? Tentu saja dolar AS. Tak pelak ini adalah upaya lain untuk melakukan dedolarisasi. China sangat mendorong upaya ini di mana-mana. China adalah mitra dagang terbesar Arab Saudi, terutama karena pembelian minyak bumi. Paket ini sebagian besar tentang perdagangan non-migas.
ADVERTISEMENT
Pada saat yang sama ini adalah langkah maju menuju dedolarisasi sebab ia akan menetapkan preseden bagi pemain regional lainnya, seperti Uni Emirat Arab dan Irak, yang juga merupakan produser minyak bumi utama. Negara-negara ini bakal melakukan perdagangan non-migas tanpa menggunakan dolar AS dan Yuan jauh lebih menarik bagi mereka.
Sebelum menorehkan kesepakatan dengan Arab Saudi, China sudah memiliki perjanjian pertukaran mata uang dengan 29 negara, termasuk dengan negara kaya Qatar dan sekutu Amerika di Timur Tengah, Mesir. Arab Saudi adalah yang terbaru bergabung. Sejatinya China sudah bergerak cepat memperdalam hubungan dengan Saudi. Pada bulan Maret lalu China menjadi perantara normalisasi hubungan antara Saudi dan Iran. Pada bulan Agustus lalu upaya ini meluas ke BRICS sebab China mendorong Saudi agar masuk menjadi bagian.
ADVERTISEMENT
Minggu lalu Menteri Luar Saudi mengunjungi Beijing meminta dukungan China untuk menghentikan Perang Gaza plus booming kesepakatan perdagangan bilateral. Ini semua berkat pembelian minyak mentah dari China.
Mari kita berbicara angka. Tahun lalu China membayar US$ 65 miliar ke Arab Saudi untuk pembelian minyak mentah. Ini merupakan 83% ekspor kerajaan Saudi ke China. Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman (MBS) ingin mendiversifikasi ekonomi Saudi untuk mengakhiri ketergantungannya pada minyak bumi. Dalam hal ini, China bisa membantu MBS mewujudkan impiannya ini.
Tahun lalu Xi Jinping mengunjungi Riyadh. Sejumlah perjanjian ditandatangani. Angkanya mencapai sekitar US$ 50 miliar. Banyak lagi kesepakatan akan diumumkan tahun ini. Riyadh menjadi tuan rumah acara besar, yakni KTT Bisnis Arab-China. 30 perjanjian telah ditandatangani, yang tersebar di bermacam sektor, seperti teknologi terbarukan, pertanian, real estate, perawatan kesehatan, dan pariwisata.
ADVERTISEMENT
Berkat perjanjian pertukaran mata uang, Yuan bisa menjadi kendaraan untuk merealisasikan investasi ini. Alih-alih mendepak dolar AS secara tiba-tiba, Saudi dan China perlahan-lahan bergerak meninggalkan dolar AS. Riyadh mungkin saja masih menggunakan mata uang AS saat ini, tetapi Yuan bisa jadi digunakan di masa depan.