Mesir Melarang Cadar di Sekolah

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Konten dari Pengguna
19 September 2023 9:43 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Protes Warga Denmark Menentang Pelarangan Cadar Foto: REUTERS/Mads Claus Rasmussen/Ritzau Scanpix
zoom-in-whitePerbesar
Protes Warga Denmark Menentang Pelarangan Cadar Foto: REUTERS/Mads Claus Rasmussen/Ritzau Scanpix
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah Mesir baru-baru ini memutuskan untuk melarang penggunaan cadar (niqab) di sekolah-sekolah. Ini berbeda dari jilbab. Bila hijab menutup rambut, maka cadar menutupi seluruh wajah, kecuali mata. Pemerintah Mesir mengatakan jilbab itu opsional, artinya siswa dapat menutupi rambut mereka atau tidak sesuai keinginan. Ini adalah pilihan mereka, tetapi tidak demikian dengan cadar.
ADVERTISEMENT
Siswa tidak boleh menggunakan cadar ke sekolah. Aturan itu berasal dari Kementerian Pendidikan Mesir. Ini akan diberlakukan di tahun akademik yang akan datang. Seperti yang diduga banyak orang, hal ini tak pelak telah memicu perdebatan sengit.
Satu kelompok mengatakan kenapa harus ada orang atau pihak yang mewajibkan apa yang harus dipakai wanita, apalagi negara. Kelompok lain mengatakan ini berita bagus. Hal-hal seperti cadar tidak memiliki tempat dalam masyarakat modern. Jadi pihak mana yang benar?
Sebelum kita menjawab pertanyaan itu, mari kita lihat beberapa fakta. Kebanyakan wanita di Mesir memakai hijab. Mereka menutupi rambut di depan umum, tetapi cadar kurang umum. Hanya minoritas kecil yang menutupi wajah mereka dengan cadar.
ADVERTISEMENT
Persoalan ini perlu diperjelas. Banyak yang menilai bahwa kebiasaan ini berakar pada patriarki—memberi tahu atau mengharuskan apa yang harus dikenakan oleh perempuan. Dengan demikian, kembali ke pertanyaan kontroversial, sisi mana yang benar?
Ilustrasi Al-quran. Foto: Gatot Adri/Shutterstock
Jujur saja, pelarangan apa pun tidak pernah menyelesaikan masalah, bahkan memperburuk keadaan. Saat Anda memberi tahu seseorang bahwa dia tidak boleh melakukan sesuatu, reaksi pertamanya adalah mengapa tidak? Pilihan yang lebih baik adalah pemberdayaan. Berikan pengetahuan dan informasi kepada kaum perempuan.
Biarkan mereka membuat pilihan yang tepat. Misalnya, apakah Anda tahu apa dan bagaimana gagasan hijab berasal? Al Quran meminta wanita untuk menutup aurat dan memanjangkan jilbab. Tapi perintah menutup aurat juga untuk laki-laki.
Persoalannya adalah kenapa perintah ini kemudian hanya banyak berlaku untuk wanita saja? Di sinilah kemudian ditemukan bahwa para ulama dalam madzhab tertentu dianggap membajak hijab menjadi cadar. Kerudung maksimum (cadar) berkorelasi linear dengan keimanan dan kesalehan yang maksimum.
ADVERTISEMENT
Pemaksaan dengan kekuasaan selalu meninggalkan luka yang traumatis. Lihat saja Iran. Jika Anda tidak memakai hijab di Iran, Anda bisa kena hukum atau lebih parah lagi. Inilah yang terjadi pada Mahsa Amini, seorang gadis berusia 22 tahun. Dia disiksa dan dibunuh oleh polisi moral di Iran.
Seorang wanita memegang plakat selama protes menyusul kematian Mahsa Amini di depan markas besar PBB di Erbil, Irak, Sabtu (24/9/2022). Foto: Azad Lashkari/REUTERS
Setahun kematiannya diperingati hari Sabtu (16/9/2023) yang lalu. Apa yang berubah setelah kejadian tragis yang menimpa Mahsa Amini? Polisi moral kembali ke jalanan di Iran. Wanita harus memakai hijab di negara ini. Apakah pendidikan membantu Mahsa Amini?
Dia kuliah untuk menjadi pengacara. Mungkin itu membuatnya mempertanyakan hukum hijab di Iran. Namun pada akhirnya, dia membayar harga yang mahal untuk pendapatnya.
Intinya adalah pendidikan saja tidak akan cukup jika Anda tinggal di negara-negara seperti Iran. Anda bisa dihukum karena perbedaan pendapat atau pilihan yang Anda buat. Jadi kita perlu mencapai keseimbangan.
ADVERTISEMENT
Para pemimpin Muslim di Barat menyebut hijab sebagai simbol identitas mereka. Wanita di Iran mempertaruhkan nyawanya untuk memprotes hijab, tetapi di tempat negara-negara lain yang terjadi adalah reklamasi dan kebangunan hijab. Hijab menjadi lencana kehormatan.
Pesan apa yang bisa diberikan kepada para perempuan seperti Mahsa Amini? Betul bahwa konteks itu penting. Konteks di Iran dan Barat sangat berbeda. Tapi fakta juga tak kalah pentingnya. Meskipun bersumber dari teks keagamaan, tapi dalam pelaksanannya sulit disangkal bahwa hijab punya akar pada patriarki.
Perlu ada kesepakatan menyangkut hal itu di Barat, India, Iran, Mesir dan lain-lain. Setelah kita setuju barulah kita dapat mengetahui langkah selanjutnya, apakah akan melarangnya atau menghapusnya. Di situlah peran pemerintah sangat penting.
ADVERTISEMENT
Di Mesir pemerintah mengatakan larangan cadar terkait dengan upaya mengatasi ekstremisme. Di Prancis argumennya sama sekali berbeda. Pada tahun 2004 Prancis melarang hijab di sekolah. Pada 2010 Prancis melarang hijab di depan umum dan tahun ini Prancis juga melarang Abaya di sekolah.
Pemerintah Prancis mengatakan kebijakan ini untuk melindungi sekularisme. Agama tidak memiliki tempat di lembaga publik seperti sekolah. Dengan demikian, simbol-simbol agama juga tidak. Terus terang ini juga memiliki logika tersendiri.
Tapi bagaimana dengan pihak-pihak yang menentang pelarangan hijab di sekolah? Bila Anda melarang hijab di sekolah, orang tua akan membawa putri-putri mereka keluar dari sekolah. Pada akhirnya anak perempuanlah yang paling menderita, selalu perempuan yang menjadi korban. Ini juga punya logika tersendiri. Tidak ada jawaban sederhana untuk masalah ini. Setiap negara memiliki metode sendiri.
ADVERTISEMENT
Yang bisa kita lakukan adalah meletakkan beberapa aturan dasar. Ada yang mengatakan jilbab adalah wajah patriarki. Banyak pihak berpendapat hijab adalah simbol agama dan budaya. Ada juga yang memilih bahwa mengenakan hijab adalah pilihan. Mereka yang di Barat selalu mengidentikkan hijab dengan ekstremisme, sesuatu yang nyatanya tidak pas. Betapa banyak para teroris ISIS yang biasa berkeliaran dengan kemeja dan sepatu kets Barat.
Soal niat juga krusial. Anda tidak dapat menggunakan hijab sebagai alat politik; melarangnya saat Anda ingin disebut progresif dan memaksakannya saat Anda ingin dikenal sebagai konservatif. Kita membutuhkan kebijakan yang konsisten tentang hijab, termasuk cadar. Untuk itu kita memerlukan perdebatan berdasarkan fakta, bukan politik identitas dan korban-korban palsu.
ADVERTISEMENT