Konten dari Pengguna

Nasib Perpustakaan

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
11 Maret 2024 9:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernahkah Anda mengunjungi perpustakaan? Berjalan melalui aula yang prestisus sebagai gua buku-buku yang secara terbuka menyambut Anda, menjadi tempat perlindungan bagi Anda dan membawa Anda ke dalam pikiran orang-orang hebat. Kapan terakhir kali Anda melakukannya?
ADVERTISEMENT
Hari ini perpustakaan publik tampak usang. Para kritikus besar juga berpikir begitu. Mereka merunjuk pada jumlah pengunjung yang terus merosot. Ada sekitar tiga juta perpustakaan di dunia. Kedengarannya banyak dan wah. Tapi ini tidak ada apa-apa dibandingkan dengan apa yang terjadi beberapa tahun yang lalu.
Coba lihat Inggris. Hampir seperlima dari perpustakaannya telah ditutup selama sepuluh tahun terakhir. Pada tahun 2005, 335 juta orang mengunjungi perpustakaan di Inggris. Pada tahun 2020 ada penurunan lebih dari 100 juta.
Sama dengan AS, dalam dua dekade terakhir kunjungan perpustakaan telah merosot sebesar 31%. Banyak yang telah ditutup. Perlu dicatat bahwa Inggris dan AS adalah negara-negara di mana perpustakaan merupakan tempat besar dan dahsyat.
ADVERTISEMENT
Di negara-negara lain situasinya bahkan lebih buruk, seperti di Afrika Selatan. Negara ini menghadapi krisis membaca. 78% anak-anak di sana tidak dapat membaca dalam bahasa apa pun, sementara kelompok dewasa mencapai angka 12%.
Dalam lima tahun terakhir, 60 perpustakaan telah ditutup di Afrika Selatan. Jadi mengapa perpustakaan dalam masalah besar di seluruh dunia?
Ada beberapa alasan. Pertama dan utama sekali, perpustakaan umum kekurangan dana. Perpustakaan tidak punya uang. Perpustakaan publik di Amerika Serikat menghadapi pemotongan anggaran besar-besaran.
Dalam satu dekade terakhir Inggris telah mengalami penurunan 30% untuk belanja buku dan lain-lain untuk perpustakaan. Terlepas adanya pemotongan anggaran atau tidak, perpustakaan haus akan sumber daya, seperti di India.
India adalah negara dengan jumlah perpustakaan tertinggi atau terbesar di Asia. Ada satu perpustakaan untuk setiap 30.000 orang di India. Ini tentu sebuah kabar baik. Tapi ketimpangannya sangat jelas.
ADVERTISEMENT
Negara bagian Madhya Pradesh hanya memiliki 42 perpustakaan umum, sementara Rajasthan dan Uttar Pradesh punya lebih banyak. Begitu juga dengan Tamil Nadu, Kerala dan Benggala Barat yang memiliki pustaka yang jauh lebih banyak lagi.
Tetapi jika digali lebih dalam, kita akan menemukan lebih banyak masalah. Dari setiap sepuluh perpustakaan, enam tidak berfungsi di Benggala Barat. Di atas kertas perpustakaan-perpustakaan ini tidak tutup, tapi keberadaannya tidak fungsional atau benar-benar mampu melayani tujuan yang diharapkan.
Karenanya amat menyedihkan bahwa perpustakaan masih merupakan masalah besar di India. Padahal perpustakaan adalah kuil untuk siswa yang membutuhkan buku untuk mempersiapkan ujian.
Digitalisasi telah mengubah banyak hal ini. Perpustakaan umum tidak lagi sakral untuk pengetahuan. Keunikannya sudah hilang. Dinding perpustakaan kian terbuka dan menganga lebar. Ada blog, perpustakaan daring, buletin, ebooks, artikel dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Lalu mengapa repot-repot pergi ke ‘bangunan fisik’ perpustakaan umum, duduk di kursi yang tidak nyaman dan berburu untuk satu informasi? Buat apa lagi orang melakukannya? Itulah sebabnya perpustakaan tengah sekarat. Nostalgia tidak cukup untuk menyelamatkan keberadaan perpustakaan.
Karenanya, perpustakaan membutuhkan gebrakan dan suasana yang lebih segara. Sebuah perbahaan (makeover) yang besar bisa ditelaah di Singapura. 78% penduduk Singapura mengunjungi perpustakaan. Mengapa perpustakaan Singapura hari ini berbeda dengan apa yang mereka lakukan puluhan tahun silam?
Perpustakaan di Singapura sekarang menyedikan calm pod sehingga pengunjung bisa lebih menikmati ketenangan, pertemuan inisiatif robotik 3 dimensi, akuarium stan (booth aquarium) untuk anak -anak dan lokakarya bercerita. Langkah-langkah ini telah berhasil menarik pelanggan muda dan menumbuhkan cinta untuk belajar.
ADVERTISEMENT
Poinnya cukup sederhana. Tidak ada lembaga lain yang dapat melakukan apa yang dilakukan perpustakaan. Perpustakaan memberikan akses terbuka menuju pengetahuan. Perpustakaan dapat membangun masyarakat yang lebih baik.
Maka perpustakaan layak diselamatkan. Tapi, seperti tempat-tempat lain di dunia, perpustakaan juga harus berkembang. Orang-orang yang pergi ke perpustakaan perlu merasakan kemudahan dan kenyamanan.
Identitas dan keunikan perpustakaan sudah lama hilang. Perpustakaan tidak lagi memiliki monopoli atas pengetahuan yang sudah lama ‘dirampok’ oleh internet. Namun demikian, internet atau dunia maya tidak akan dapat menggantikan rasa dan suasana ruang serta kegembiraan berada di perpustakaan.