Konten dari Pengguna

Overtourism sebagai Ancaman Global

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
29 April 2024 23:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kepulauan Canaria (The Canary Islands) terkenal dengan pantainya yang berpasir keemasan, ratusan gunung berapi, budaya yang kaya, dan petualangan tanpa akhir. Letaknya di lepas pantai Maroko. Kepulauan ini adalah bagian dari Spanyol dan kerap masuk dalam di daftar keinginan (bucket list) setiap wisatawan untuk berkunjung.
ADVERTISEMENT
Persoalan sekarang para wisatawan mulai tidak diterima di sana. Beberapa hari lalu puluhan ribu orang turun ke jalan, mengecam pemerintah, meneriakkan slogan-slogan yang semuanya menentang wisatawan.
Penduduk lokal percaya bahwa model pariwisata pulau itu tidak berkelanjutan. Mereka memprotes bahwa itu sangat membebani sumber daya, membuat hidup tidak terjangkau, dan tidak ramah lingkungan.
Sebetulnya mereka bukan hendak menentang wisatawan. Ini adalah pesan terhadap model pariwisata yang tidak menguntungkan kepulauan tersebut. Para pengunjuk rasa percaya model pariwisata seperti ini perlu diubah.
Perlu sebuah model guna mempertahankan lahan masyarakat untuk mengakhiri kehancuran di pulau ini, yang disebabkan oleh terlalu banyak orang. Jumlah wisatawan yang datang terlalu berlebihan untuk sebuah pulau kecil.
ADVERTISEMENT
Warga Kepulauan Canaria tengah berjuang untuk mendapatkan perumahan yang layak. Banyak yang tidak mampu membayar sewa yang terlalu tinggi. Para pengunjuk rasa mengajukan sejumlah tuntutan; batasi jumlah wisatawan, moratorium proyek pembangunan dan penghentian pembangunan berlebihan.
Mereka menegaskan bahwa mereka tidak menentang wisatawan. Mereka hanya ingin model pariwisata yang memberikan manfaat lebih bagi penduduk. Pertanyannya, apakah itu benar-benar mungkin?
Pariwisata menyumbang 35% dari perekonomian Kepulauan Canaria. Ia menyumbang 40% dari lapangan pekerjaan. Pulau ini memiliki populasi 2,2 juta, tetapi tahun lalu hampir 14 juta turis mengunjungi kepulauan itu.
Jadi jumlah wisatawan yang datang lebih dari 6 kali lipat jumlah penduduknya. Para pengunjuk rasa mengatakan wisatawan berlebihan ini memberi tekanan besar pada sumber daya yang terbatas.
ADVERTISEMENT
Kepulauan Canaria bukan satu-satunya yang mengeluh. Overtourism dikeluhkan di seluruh dunia. Banyak kota yang lelah dengan padatnya para wisatawan dan ingin para wisatawan ini menjauh.
Pelbagai kota telah menerapkan bermacam tindakan. Venesia mengenakan biaya masuk kota kepada wisatawan. Hawaii mengenakan pajak iklim kepada wisatawan.
Bali memberlakukan pajak wisata baru. Amsterdam melarang pembangunan hotel baru. Italia dapat mendenda wisatawan karena terlalu lama untuk berswafoto. Kyoto akan menolak akses wisatawan ke gang-gang pribadi.
Jadi hotspot wisata sudah muak dengan wisatawan, tetapi apakah pembatasan ini akan benar-benar membantu? Pariwisata global sedang dalam rekor tertinggi. Tahun ini rekornya mencapai tingkat sebelum pandemi. Aktivitas wisata menambah rekor 11 triliun dolar ke ekonomi global.
Pada tahun 2024, menurut Organisasi Pariwisata Dunia, wisatawan internasional akan melampaui 2 miliar pada tahun 2030. Jadi wisatawan tidak akan pergi ke mana pun, sebab mereka ingin mengunjungi tempat yang sama.
ADVERTISEMENT
Hal itu memberi tekanan besar pada sumber daya dan warga tempatan, yang berarti pemerintah harus mengambil tindakan. Pariwisata sangat penting bagi perekonomian, jadi melarangnya tidak masuk akal. Tetapi pemerintah dapat mengambil langkah-langkah untuk membuat wisata lebih berkelanjutan.
Pemerintah kota dapat memprioritaskan ekonomi dan kesejahteraan penduduknya. Negara harus mempromosikan wisata yang bertanggung jawab.
Fokusnya harus pada pengalaman berkualitas dan bukan pada trotoar yang ramai dengan orang yang saling mendorong untuk mencapai titik selfie berikutnya.