Protes Petani di Eropa

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Konten dari Pengguna
5 Maret 2024 12:47 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi petani di sawah. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi petani di sawah. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Petani-petani di Eropa tengah bangkit. Mereka meninggalkan alat pertanian, menaiki traktor, memblokir jalan-jalan, dan menciptakan kekacauan. Petani Polandia adalah kelompok pertama yang turun ke jalan-jalan. Mereka mulai melakukan blokade tahun lalu. Aksi para petani Polandia ini menjadi preseden bagi tindakan selanjutnya.
ADVERTISEMENT
Sekarang hal ini sudah menyebar ke banyak wilayah di Eropa. Di Prancis, petani memblokir jalan raya menuju Paris. Mereka menjungkirbalikkan truk, mendirikan tenda, dan membakar hasil panen. Tujuannya sederhana, mereka ingin mengepung ibu kota.
Mereka akan pergi ke Paris untuk menunjukkan kemarahan, memperlihatkan ketidakpuasan, mengingatkan bahwa sesuatu harus dilakukan. Saat ini profesi sebagai petani dirasakan tidak bisa dipertahankan lagi. Para petani sedang dicekik.
Peristiwa serupa juga terjadi di Jerman. Ribuan orang berani menghadapi suhu beku. Mereka turun ke jalan dan memblokir bandara terbesar negara itu. Keadaan menjadi kacau balau. Gambarannya sama di seluruh Eropa.
Di Yunani, petani membuang hasil panen mereka. Di Belgia, mereka menargetkan lintas batas. Di Italia, petani melakukan aksi bakar dan di Portugal, ada antrean panjang truk. Sebagian besar aksi itu berjalan dengan damai.
ADVERTISEMENT
Tetapi di Brussels, para petani melampiaskan kemarahan mereka. Kota ini adalah markas besar Uni Eropa (UE). Petani datang ke kota itu, berkemah di luar Parlemen UE, membuat api, meniup klakson, dan melempar telur ke gedung parlemen. Tak menunggu lama situasi mulai memanas. Polisi datang dan menyiram petani yang marah dengan meriam air (water canon).
Pertanian hanya menyumbang 1,4% dari PDB Uni Eropa. Namun, blokade ini adalah gangguan serius. Aksi ini telah memangkas pasokan ke banyak negara. Hasil pertanian segar sulit ditemukan dan harga makin meningkat.
Petani yang murka bukanlah kabar baik. Dan ketika ini menyatu dengan inflasi, keduanya menjadi bencana yang menggiring kita pada tiga pertanyaan utama; mengapa petani Eropa melakukan protes? Apa yang dilakukan pemerintah terhadap ini? Dan apakah langkah-langkah ini akan cukup?
ADVERTISEMENT
Pertama-tama, mengapa protes ini berlangsung? Petani di seluruh UE menumpahkan keluhannya. Ada utang yang meningkat, impor murah, tekanan harga, perubahan iklim, dan regulasi UE yang berat. Petani harus mematuhi undang-undang yang ketat, yang sayangnya tidak berlaku di luar UE.
Undang-undang ini membuat hasil pertanian di Eropa lebih mahal. Hasil produksi mereka lebih mahal. Sementara di pasar, produk-produk Eropa harus bersaing dengan buah-buahan atau hasil tani impor yang lebih murah. Jelas buah-buahan Eropa bakal kalah.
Lalu ada masalah yang muncul dari kebijakan negara. Pemerintah mengurangi pemotongan pajak serta subsidi dan petani tidak menyukainya. Jadi mereka melakukan protes. Setelah berminggu-minggu melakukan protes, mereka mulai melihat secercah harapan. Pemerintah Eropa menawarkan kompromi dan petani merasa menang dalam ronde kali ini.
ADVERTISEMENT
UE ingin mengurangi penggunaan pestisida, sekarang mereka membatalkan rencana tersebut. Mereka juga membuat konsesi lain, plus negara-negara anggota mengambil langkah-langkah masing-masing.
Prancis ingin menaikkan pajak diesel, lalu rencana ini dibatalkan. Jerman akan memotong subsidi diesel, tapi akhirnya tidak jadi dilakukan. Lalu ada Yunani yang mengumumkan pengembalian pajak khusus pada diesel pertanian.
Konsesi diberikan, tetapi apakah itu cukup? Petani mengatakan mereka membutuhkan lebih banyak. Keluhan terbesar mereka adalah impor murah, sebagian besar berasal dari Ukraina.
Produk-produk pertanian dari Ukraina membanjiri pasar Eropa dan merugikan bisnis petani di Eropa. Mereka turun ke jalan-jalan untuk memprotes Eropa atas undang-undang baru tentang pertanian. Pertanian sudah terpuruk untuk waktu yang lama.
Para petani turun ke jalan-jalan karena mereka telah mencapai pada titik terendah. Mereka menuntut hari esok yang lebih baik dengan biaya produksi yang lebih rendah, harga bahan bakar yang lebih rendah, harga listrik yang lebih rendah, dan distribusi subsidi yang adil.
ADVERTISEMENT
Meskipun berita ini tentang Eropa, Kanada juga mencoba memancing kemarahan. Protes berlanjut selama berbulan-bulan. Akhirnya pemerintah menyerah. Pemerintah Kanada akhirnya juga membuat konsesi. Sekarang Eropa menyaksikan hal yang sama. Berita seperti ini muncul, “Police moved to end Dutch farmer protests” (Reuter, 6 Feb 24).
Apa pun yang terjadi pada kebebasan berekspresi, intinya sederhana; unjuk rasa adalah bagian integral dari demokrasi. Para pengunjuk rasa tidak diizinkan melampaui batas dan merusak ketertiban umum. Ketika mereka melakukannya, lembaga penegak hukum harus bertindak, baik di Eropa, Kanada, atau bahkan di Indonesia.