Konten dari Pengguna

RUU Taylor Swift menjadi UU Minnesota

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
30 Mei 2024 6:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Tulisan ini bukanlah terkait dengan The Tortured Poets Department, album studio ke-11 dari Taylor Swift. Nama Taylor Swift belakangan ini menjadi sentral di Minnesota Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Negara bagian ini tengah menyaksikan perseteruan sengit antara legislator Partai Republik Kelly Moller dan raksasa penjualan tiket, Ticketmaster.
Pada tahun 2023, Moller ingin membeli tiket konser Taylor Swift, sang ikon pop miliarder. Tiket konsernya tersedia di portal Ticketmaster. Moller memiliki kode yang menjamin tiketnya, tetapi tiket itu tidak pernah muncul.
Alih-alih pasrah, Moller justru memprakarsai undang-undang bernama House File 1989 berdasarkan tahun kelahiran Swift.
Beberapa minggu yang lalu, undang-undang tersebut disahkan. Ini menyisakan ‘karma’ yang pantas diterima oleh Ticketmaster. Apa yang dinyatakan undang-undang Taylor Swift ini?
Undang-undang ini mengharuskan penjual tiket untuk mengungkapkan semua biaya di awal dan melarang pihak penjual menjual kembali lebih dari satu tiket. Tentu ini bakal meningkatkan transparansi, kontrol, dan pilihan kepada konsumen yang bakal membeli tiket.
ADVERTISEMENT
Undang-undang ini akan berlaku di Minnesota, baik untuk tiket yang dibeli di sana maupun acara live yang diadakan di negara bagian tersebut. Undang-undang ini akan mulai berlaku pada 1 Januari 2025.
Semuanya akan berubah, tidak hanya untuk Swifties, sebutan buat penggemar Taylor Swift, tetapi untuk semua orang yang membeli tiket secara daring; konser, acara olahraga, dan acara live lainnya di Minnesota.
Pihak Ticketmaster telah menerima cibiran dan kritikan tajam selama beberapa tahun terakhir. Mereka bermarkas di AS tetapi beroperasi di banyak negara di seluruh dunia. Seiring berjalannya waktu, mereka telah menjadi raksasa dalam penjualan tiket.
Celakanya mereka tidak menawarkan pengalaman pembelian tiket yang dijanjikan. Portal Ticketmaster dipenuhi tiket palsu. Pihak penjual mengambil kembali tiket sebelum pembeli mendapatkan kesempatan membelinya. Ini memaksa penggemar untuk membayar hingga 10 kali lipat harga aslinya.
ADVERTISEMENT
Ticketmaster tidak pernah mengungkapkan harga akhir, sehingga orang-orang harus antri berjam-jam untuk mendapatkan kesempatan membeli tiket.
Ketika konsumen hendak membeli tiket, mereka menemukan biaya tersembunyi. Ini membuat tiket jauh lebih mahal. Intinya konsumen merasa tertipu.
Untuk acara olahraga, membeli tiket di platform Ticketmaster semakin sulit. Laporan demi laporan membuktikan hal ini dan ini adalah masalah yang sangat familiar bagi para Swifties. Taylor Swift memulai The Eras Tour pada tahun 2023.
Sebelum itu 14 juta pengguna mencoba membeli tiket pada November 2022. Akibatnya, situs penjualan tiket macet sehingga mendorong Ticketmaster membatalkan penjualan tiket.
Sementara itu, pihak Ticketmaster kembali memanfaatkan situasi ini. Kegagalan ini mendorong penyelidikan dari anggota parlemen AS. Namun, tetap saja tidak banyak yang berubah sejak saat itu. Monopoli penjualan tiket terus berlanjut.
ADVERTISEMENT
Sekarang Minnesota mengambil tindakan tegas dan bergabung dengan negara bagian Maryland di AS dan Brasil untuk meloloskan undang-undang perlindungan pembeli tiket.
Ticketmaster jelas berada dalam situasi yang rumit. Jika tidak ada perbaikan, Ticketmaster dan penggemar acara live mungkin tidak akan pernah bisa akur kembali.