Konten dari Pengguna

Indonesia Melawan Stunting: Tantangan Terkini dan Strategi ke Depan

Donytra Arby Wardhana
Dokter lulusan Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta. Mendapat Gelar Ph.D. di Kobe Graduate School of Medicine, Jepang. Saat ini bekerja sebagai staf di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada.
6 Oktober 2024 8:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donytra Arby Wardhana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Permasalahan Stunting di Indonesia (Dibuat dengan aplikasi https://app.leonardo.ai/image-generation)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Permasalahan Stunting di Indonesia (Dibuat dengan aplikasi https://app.leonardo.ai/image-generation)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Salah satu modal penting untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 adalah generasi yang sehat seutuhnya baik fisik, mental maupun spiritual. Untuk itu setiap anak di Indonesia sudah semestinya mendapat asupan nutrisi yang baik, sehingga dapat tumbuh dan berkembang sesuai potensi optimalnya. Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang kurang memadai, baik dalam masa kandungan maupun awal masa kelahiran dapat berdampak pada kondisi yang dikenal dengan stunting. Kondisi stunting ditandai dengan tinggi badan yang dibawah rentang normal usianya, diikuti dengan terhambatnya perkembangan otak dan fungsi kognitif.
ADVERTISEMENT
Data UNICEF menyebutkan prevalensi balita stunting di seluruh dunia sebesar 22,3% atau sebanyak 148,1 juta jiwa pada 2022. Sementara hasil Survei Kesehatan Indonesia 2023 mencatat prevalensi stunting nasional sebesar 21,5% atau bisa dikatakan 1 dari 5 balita di Indonesia mengalami stunting. Nilai ini sebenarnya menunjukkan adanya penurunan yang cukup signifikan selama 10 tahun yaitu sebesar kurang lebih 16% jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang masih 37,2%. Ke depan, pemerintah menargetkan penurunan angka stunting terus berlanjut menjadi 19% di 2024 dan mencapai 10% di tahun 2030.
Dengan pertimbangan kondisi geografis, sosiokultural serta ekonomi saat ini, tentunya untuk menurunkan angka stunting sesuai target tersebut adalah suatu tantangan yang tidak ringan bagi bangsa Indonesia. Beberapa daerah di Indonesia secara geografis masuk dalam wilayah pelosok dan terpencil. Hal ini berdampak pada terbatasnya akses terhadap fasilitas kesehatan baik mulai dari infrastruktur, tenaga kesehatan hingga transportasi. Data Badan Pusat Statistik mencatat tingkat kemiskinan di Indonesia pada Maret 2024 adalah sebesar 9,03%. Kondisi ini menyebabkan keluarga miskin tidak hanya kesulitan untuk memenuhi asupan yang bernutrisi dan higienis tetapi juga terkendala akan akses kesehatan yang baik.
ADVERTISEMENT
Rendahnya tingkat pemahaman dan edukasi terutama terkait gizi dan tumbuh kembang anak juga merupakan faktor yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi bangsa Indonesia untuk mengatasi stunting. Di sisi lain, faktor kebudayaan yang melekat di masyarakat tertentu mengenai asupan makanan dan tradisi tertentu dalam berkeluarga juga perlu menjadi perhatian serius dalam menyusun strategi ke depan.
Untuk mencapati target penurunan stunting yang sudah dicanangkan, tentu diperlukan upaya yang serius dan strategis. Pemerintah melalui peraturan presiden No 72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting telah berupaya menyusun rencana aksi nasional yang diantaranya meliputi penyediaan data keluarga berisiko stunting, surveilans keluarga berisiko stunting, audit kasus stunting, pendampingan keluarga berisiko stunting, dan pendampingan semua calon pengantin atau calon pasangan usia subur.
ADVERTISEMENT
Disamping itu, beberapa upaya untuk mencegah stunting juga digalakkan mulai dari intervensi kepada ibu hamil melalui pemberian nutrisi tambahan dan sumplemen penambah darah. Intervensi langsung ke bayi dilakukan melalui edukasi dan pendampingan asi eksklusif di 6 bulan pertama pasca kelahiran dilanjutkan pemberian MP-ASI pada bayi usia 6 bulan sampai 23 bulan, pemberian tatalaksana khusus pada bayi gizi kurang ataupun gizi buruk dan pemberian imunisasi lengkap pada bayi. Beberapa strategi lain seperti penyuluhan dan layanan KB untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, pemberian jaminan kesehatan, kemudahan akses terhadap air bersih dan sanitasi, serta bantuan sosial juga menjadi bagian dari upaya secara tidak langsung untuk mencegah stunting.
Upaya implementasi kebijakan tersebut agar menyeluruh dan merata di seluruh wilayah Indonesia tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan kesungguhan dari pemerintah dan stakeholder, serta keikutsertaan dari tokoh masyarat, influencer, pemuka agama dan kesadaran dari masyarakat itu sendiri untuk terlibat menyukseskan program ini. Dengan begitu manfaat dari tercapainya target percepatan penurunan angka stunting berupa kesehatan, kecerdasan, serta tumbuh kembang yang optimal dapat dirasakan secara langsung oleh setiap individu. Lebih lanjut hal ini dapat menjadi modal yang sangat penting bagi tiap warga negara Indonesia untuk berkontribusi secara maksimal memajukan bangsa di masa depan menuju Indonesia Emas 2045.
ADVERTISEMENT