Konten dari Pengguna

Mengapa Human Metapneumovirus (hMPV) Masih Jarang Dibicarakan?

Rasyadira Mazaya
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
7 Januari 2025 17:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rasyadira Mazaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketika kebanyakan orang mendengar tentang infeksi saluran pernafasan, mereka langsung berpikir tentang influenza, pneumonia, atau RSV (respiratory syncytial virus). Namun, ada satu virus yang jarang dibicarakan, meski sering menyerang Ini adalah virus metapneumo manusia (hMPV). Virus ini pertama kali ditemukan oleh peneliti Belanda pada 2001, tetapi diyakini telah ada selama beberapa dekade. Faktanya, hMPV merupakan penyebab utama infeksi saluran pernapasan akut, terutama pada anak-anak, orang lanjut usia, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Mengapa hMPV masih relatif belum diketahui?
Ilustrasi Gambar Virus (Source: rawpixel.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gambar Virus (Source: rawpixel.com)
Salah satu alasan utamanya adalah minimnya perhatian dari media dan masyarakat. Virus seperti influenza atau COVID-19 lebih sering mendapatkan sorotan karena dampaknya yang langsung terlihat pada populasi luas. Sebaliknya, hMPV jarang menjadi berita utama karena gejalanya sering kali ringan dan mirip dengan infeksi pernapasan lainnya, seperti batuk, pilek, atau demam. Akibatnya, orang sering menganggapnya hanya sebagai “flu biasa.”
ADVERTISEMENT
Selain itu, diagnosis hMPV jarang dilakukan. Di banyak negara, terutama di wilayah dengan keterbatasan fasilitas kesehatan, infeksi saluran pernapasan biasanya ditangani tanpa pengujian laboratorium. Tes spesifik untuk hMPV hanya dilakukan pada kasus berat atau pada pasien dengan risiko tinggi. Padahal, tanpa diagnosis yang akurat, penyebaran hMPV sulit dipantau dan potensi bahayanya kerap diabaikan.
Fokus penelitian yang terbatas juga menjadi faktor mengapa hMPV jarang dibahas. Meskipun virus ini dikenal sebagai penyebab signifikan infeksi pernapasan pada anak-anak, penelitian tentang hMPV masih kalah jauh dibandingkan influenza atau RSV. Hal ini mungkin karena banyak kasus hMPV yang ringan hingga sedang sehingga virus ini dianggap bukan prioritas untuk dikembangkan vaksin atau terapi spesifik.
Hingga saat ini, belum ada vaksin atau obat khusus untuk hMPV, dan penanganannya hanya bersifat suportif, seperti pemberian cairan, obat penurun demam, atau oksigen. Ketidakhadiran solusi medis spesifik ini membuat perhatian terhadap hMPV baik di kalangan masyarakat maupun tenaga medis relatif rendah. Bahkan, di kalangan profesional kesehatan, pengetahuan tentang hMPV masih terbatas dan sering dianggap hanya sebagai salah satu dari sekian banyak penyebab infeksi pernapasan.
ADVERTISEMENT
Yang memperumit lagi, gejala hMPV sering kali tumpang tindih dengan virus lain. Misalnya, seseorang dengan demam, batuk, atau sesak napas mungkin terinfeksi RSV, influenza, atau bahkan COVID-19. Tanpa pemeriksaan mendalam, sulit untuk memastikan bahwa penyebabnya adalah hMPV. Hal ini semakin memperkuat anggapan bahwa hMPV tidak lebih dari sekadar penyakit ringan.
Namun, terlepas dari kurangnya perhatian, hMPV tetap penting untuk dipahami. Virus ini tidak hanya menyebabkan gejala ringan, tetapi juga berisiko menimbulkan komplikasi serius, seperti bronkiolitis atau pneumonia, terutama pada kelompok rentan. Meningkatkan kesadaran tentang hMPV dapat mendorong penelitian lebih lanjut, termasuk pengembangan vaksin dan terapi spesifik.
hMPV adalah pengingat bahwa tidak semua virus yang berdampak signifikan mendapatkan perhatian yang pantas. Dengan mengenali dan memahami virus ini lebih baik, kita dapat lebih waspada terhadap ancaman yang mungkin tersembunyi di balik gejala flu biasa. Sudah saatnya hMPV mendapatkan tempat dalam diskusi kesehatan global agar tidak lagi menjadi virus yang terlupakan.
ADVERTISEMENT