news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Herd Immunity?

Dr CSP Wekadigunawan
Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat IAKMI, Ketua Komite Etik Penelitian Kesehatan dan Ketua Senat Universitas Esa Unggul.
Konten dari Pengguna
10 September 2020 8:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dr CSP Wekadigunawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
'Herd Immunity' sering kita dengar. Belakangan ini malah makin kerap terdengar dan seperti tuduhan ke Pemerintah bahwa sebenarnya Pemerintah telah melaksanakan, dengan diam-diam, strategi 'herd immunity' ke warganya. Pengertian mereka tentang 'herd immunity' adalah semua warga negara sengaja dibiarkan terpajan oleh virus COVID-19 dan nanti siapa yang kuat saat terkena paparan virus itu akan mampu bertahan, sementara yang tidak kuat akan mengalami sakit dan ada yang tetap selamat hidup atau merasakan sakit kemudian meninggal dunia. Apakah demikian?
ADVERTISEMENT
Saya kira masyarakat awam perlu diberi pengertian sebaik-baiknya tentang 'herd immunity', supaya tidak melulu menyalahkan pemerintah atau bahkan menuduh pihak Rumah Sakit dan tenaga kesehatan sengaja melakukan upaya-upaya tertentu dengan tujuan bisnis. Dokter dan rumah sakit sempat dituduh melakukan 'aji mumpung' dengan mengutip biaya Rapid Test dan Swab Test yang cukup mahal, sementara untuk bepergian dengan kapal dan pesawat terbang mewajibkan dilakukan rapid test terlebih dulu. Pemberitaan soal ini sempat mewarnai media.
Pemerintah telah mengambil jalan yang baik, yakni tidak mengumumkan lagi jumlah kasus positif COVID-19. Untuk beberapa waktu kita pernah sangat merasa akrab dengan wajah CKM Kolonel dr. Achmad Yurianto, MARS yang mengumumkan jumlah kasus tersebut. Pengumuman tentang kenaikan jumlah kasus ternyata dianggap tidak menjadikan pemirsa TV merasa nyaman. Kemudian untuk meringankan suasana sempat dipilih dr. Reisa yang jelita untuk membacakan jumlah kasus positif COVID-19. Tapi, itu tak berdampak banyak. Kecemasan tetap merebak di kalangan awam.
ADVERTISEMENT

Media Arus Utama

Media sempat tidak memberitakan kasus positif COVID-19 itu, dan untuk sesaat terasa sekali masyarakat mulai dapat berbincang-bincang tentang hal-hal yang ringan, yang patut disyukuri di masa wabah ini. Itu terlihat dari status-status di media sosial. Tapi, itu hanya sesaat! Tiba-tiba pemberitaan tentang kematian 100-an dokter merebak. Pemberitaan itu dibagi dengan cepat ke seluruh grup WhatsApp dan media sosial lainnya. Kali ini kecaman lebih ke Pemerintah dan kemudian pemberitaan yang deras tentang tidak cukupnya tempat tidur di rumah-rumah sakit rujukan untuk menangani pasien COVID-19 di Indonesia. Masyarakat awam kembali ketakutan dan malam ini, seperti menjawab kecemasan warga Jakarta, Gubernur Anies Baswedan menyatakan kembali melaksanakan PSBB dengan ketat.
ADVERTISEMENT

Herd Immunity dengan Vaksin

Herd immunity sebenarnya kita dapatkan dari Vaksin, Vaccine-induced 'herd immunity'. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pengujian Vaksin baru memasuki tahap ke 3. Itu artinya kita boleh berharap vaksin segera tersedia namun kita tetap perlu untuk menginformasikan kepada masyarakat awam bahwa vaksin bukan satu-satunya jalan keluar.
Ketika seseorang mendapatkan vaksinasi maka ada tiga hal yang kita harapkan terjadi selain tentu saja vaksin itu jelas aman bagi dirinya. Yang pertama adalah individu yang telah divaksinasi diharapkan sudah terlindungi dari penyakit akibat COVID-19. Yang kedua perlindungan ini diharapkan bersifat selamanya. Betulkah?Perlindungan seumur hidup dengan vaksin Covid-19 belum bisa dipastikan, mengingat ini memang baru uji coba. Berapa lama proteksi itu? Perlukah 'booster' atau vaksinasi ulang yang terjadwal? Yang ketiga adalah kenyataan yang harus disadari bahwa orang-orang yang divaksin itu terdapat virus yang dilemahkan di dalam tubuhnya. Maka, perlu juga dilihat apakah orang-orang yang sudah divaksinasi ini tidak akan menularkan pada kelompok yang 'vulnerable' seperti bayi, ibu-ibu yang tengah hamil dan atau penderita kanker?
ADVERTISEMENT
Yang pertama dan kedua adalah keuntungan bagi individu yang mendapatkan vaksinasi. Tetapi yang kedua adalah tanggung-jawab sosial yang harus dikenakan kepada orang-orang yang telah divaksinasi. Dan ini harus dijelaskan sebaik-baiknya kepada masyarakat.
Vaksin, bisa jadi, tidak memberi proteksi seumur hidup
Semua orang rentan akan menularkan dan ditulari virus. Virus adalah mahluk bersel satu yang mudah sekali bermutasi. Berubah dari waktu ke waktu apalagi adanya perubahan iklim yang tiada menentu seperti sekarang ini. Setiap tenaga kesehatan harus terus-menerus memberikan informasi mengenai ini. Tujuannya apa? Tujuannya adalah memberi informasi yang jelas dan tepat ke masyarakat awam dan tidak membuat kepanikan dan kecemasan. Mengapa? kepanikan dan kecemasan akan menyebabkan sel-sel tidak bekerja dengan optimal termasuk juga sel-sel darah yang bertanggung jawab memberikan kekebalan tubuh alami kepada kita semua. Pesan utama masih, tetap memakai masker, jaga jarak, makan minum yang bergizi dan tetap berolahraga!
ADVERTISEMENT
Penulis:
Cri Sajjana Prajna Wekadigunawan, Ph.D
Alumnus Fakultas Kedokteran Universiti Kebangsaan Malaysia
Penulis berdiskusi tentang penanganan Covid-19 dengan Ketua PMI Drs.Jusuf Kalla