Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
MTQ Nasional : “Prospeknya Sebagai Bagian Diplomasi Keagamaan”.
20 November 2020 13:51 WIB
Tulisan dari Dr Muchtar Ali M Hum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Muchtar Ali,
Meskipun Penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an Tingkat Nasional disingkat MTQ-Nasional ke 28 tahun 2020 dalam situasi adapatasi kebiasaan baru yaitu di tengah dunia dilanda Pandemi Covid-19, namun dengan spririt kebersamaan dan penerapan protokol kesehatan, MTQ Nasional telah setelesai dilaksanakan.
ADVERTISEMENT
Tiga puluh tujuh tahun lalu, tepatnya pada Mei 1983, Sumatera Barat untuk pertama kalinya dipercaya sebagai tuan rumah Musabaqah Tilawatil Quran Nasional disingkat MTQ ke 13. Setelah 37 tahun berselang, Sumatera Barat kembali diberi kepercayaan sebagai tuan rumah MTQ Nasional ke 28 dipenghujung tahun 2020. Upacara penutupan MTQ Nasional secara resmi telah dilakukan pada tanggal 20 November 2020.
Pola dasar konsep upacara pembukaan MTQ Nasional ke 28 Sumatera Barat dengan tema ‘Syahadat Mengangkat Harkat’, karya almarhum Uda Nazif Basir dan Uni Elly Kasim Budayawan dari Ranah Minang. Tema ini sesuai dengan filosofi hidup Orang Minangkabau “Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah”.
Cabang-cabang yang diperlombakan mengalami perkembangan yang cukup dibandingkan pada awal kemunculannya pada tahun 1968. Dewasa ini MTQ tidak lagi menjadi ajang perlombaan tilawah seni baca al Quran, tahfiz, tulis karya ilmiah, cerdas cermat al Quran, pemahaman dan tafsir al Qur’an, kaligrafi, pameran budaya dan kesenian lokal.
ADVERTISEMENT
Dari pengematan di lokasi even MTQ Nasional, penulis menemukan para peserta Musabaqah adalah para generasi muda tunas bangsa. Cabang Lomba kaligrafi klasik dan kontemporer semakin diminati peserta dan pengunjungnya pada umumnya para seniman kaligrafi generasi muda dan terbilang cabang lomba yang cukup menyedot perhatian publik. Karya-karya seni kaligrafi terpampang di arena Musabaqah.
Memang jika mengutip pendapat Isma’il R. Al-Faruqi dan Lois Lamya bahwa jika dipandang dari sisi seni dan perasaan bahwa Al-Qur’an yang merupakan firman Tuhan, harus ditulis dengan gaya layak bagi isinya. inilah salah satu di antara alasan mengapa berkembangnya beragam gaya kaligrafis. .( Ima’il R. Al-Faruqi dan Lois Lamya dalam Atlas Budaya Islam ). Kedua, karena para tokohnya yaitu para seniman kaligrafi giat melakukan improvisasi melahirkan kreatifitas –kreatifitas barunya.
ADVERTISEMENT
Jika kita menjelajah dinamika khazanah perkembangan kaligrafi , menurut Sesungguhnya menurut Isma’il R. Al-Faruqi langkah ini telah dimulai pada pertengahan abad ke 8 Masehi. Sejarah mencatat Ketika kaum Muslim mempelajari cara membuat kertas dari bangsa Cina sesudah tahun 751 M, banyak sekali gaya berkembang dalam tulisan tangan kursif yang umumnya disebut naskh. Bentuk huruf-hurufnya dibakukan oleh Ibnu Muqlah ( w.940 ) dalam sisitem segi tiga, lingkaran dan setengah lingkaran yang bagus. Sistem ini dikembangkan lebih lanjut oleh Ibn Al-Bawwab (1020) dan mencapai puncaknya pada tulisan Yaqut al-Musta’shim (1298).( Isma’il R. Al-Faruqi dan Lois Lamya dalam Atlas Budaya Islam ).
Oleh karenanya tidak heran jika Unicef menambahkan beberapa karya kaligrafis Arab klasik dan modern pada motif-motif kartu-kartu hari raya mereka. Banyak sampul buku yang dicetak di negara-negara Islam dihiasi dengan kaligrafi yang beragam kualitasnya, dan buku-buku Eropa atau Amerika tentang topik Islam lebih sering dihiasi dengan kaligram-kaligram kalsik atau modern. Bahkan ada komputer yang menawarkan berbagai gaya tulisan Arab. Ini memperlihatkan peluang tuliasn Aran digunakan untuk tujuan-tujuan dekoratif suatu eksperimen inovatif. (John Elposito , Dunia Baru Islam hlm. 80-82).
ADVERTISEMENT
Ekspresi puncaknya MTQ Nasional ini adalah malam final tilawatil Quran seni lantunan baca al-Qur’a’n (qira’ah). Istilah Qira’ah jika dipandang dari sisi seni menurut Ima’il R. Al-Faruqi dan Lois Lamya Al-Faruqi merupakan jenis handasah al-shawt (seni suara) religius yang sangat penting. Ia dipakai setiap hari pada dalam pelaksanaan shalat, ibadah wajib Islam. Ia juga terdengar pada kesempatan lain yang mempunyai arti religius. Namun menurutnya qira’ah bukan saja digunakan dalam konteks religius. Ia juga terdengar dalam majelis umum, dalam pertemuan sosial, pada kesempatan hajatan dan pada program harian radio dan televisi. Qira’ah menentukan karakteristik aliran lain seni suara dalam budaya islam. ( Isma’il R. Al-Faruqi dan Lois Lamya dalam Atlas Budaya Islam ).
ADVERTISEMENT
Jadi, Al Quran sebagai kitab suci dengan yang mempunyai fungsi sebagai petunjuk (hudan li an-Nas) sekaligus juga menjadi sumber inspirasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan keseniaan serta peradaban manusia yaitu Masyarakat Madani yang sarat dengan nila-nilai kemanusiaan dan perdamaian.
Ketika pertama kali diluncurkan di Kota Makasar, MTQ bertujuan dan memiliki fungsi antara lain menumbuhkan kesadaran betapa pentingnya tradisi, membaca dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al Quran. Yaitu suatu keadaan yang belum disadari oleh umat manusia betapa pentingnya teks dan literasi ketika ayat pertama Al Quran diwahyukan kepada Muhammad SAW di masa 14 abad yang silam. Inilah sesungguhnya agenda yang tersisa setelah MTQ, atau dengan ungkapan lain bagaimana memaknai tujuan dan fungsi MTQ dalam turut mengatasi persoalan-persoalan kemanusiaan baik dalam skala lokal atau pun global.
ADVERTISEMENT
Tujuan dan fungsi MTQ ini, jika merujuk pendapat Syahrullah Iskandar, maka pelaksanaan MTQ memiliki empat fungsi, yaitu fungsi integratif, fungsi simbolik, fungsi edukatif, dan fungsi politik (Iskandar, Syahrullah, MTQ dan Negara: Sebuah Tinjauan Hegemonik, dalam Irwan Abdullah (ed.), Dialektika Teks Suci Agama: Strukturasi Makna Agama dalam Kehidupan Masyarakat,Yogyakarta, Sekolah Pascasarjana UGM, 2008.
Prospek fungsi MTQ Nasional memainkan perannya sebagai fungsi politik, yaitup politik yang berorientasi kepada kemasalahatan kemanusiaan secara global ( al-maslahah al’ammah) adakah peluangnya?. Karaketer Agama Islam sebagai rahmatan lil a’alamin sebagai karakterteristik Islam yang yang telah dikumandangkan ke penjuru dunia oleh International Conference of Islamic Scholars (ICIS) sejak 2004.
Seperti ditulis oleh Muhammad Sayid Thanthawi Salah satu manifestasi kebajikannya terhadap orang-orang adalah bahwa Allah swt mengutus Nabi - semoga Tuhan memberkatinya dan memberinya kedamaian - untuk menjadi rahmat bagi manusia. Term Islam itu sendiri memiliki makna kedamaian. Dari sinilah konstribusi dan peran MTQ dapat dimulai untuk mengamil bagian memberikan konstribusi bagi misi perdamaian, kemanusiaan dan keharmonisan pada skala nasional maupun global.
ADVERTISEMENT
Jika dilacak secara historis, seperti ditulis oleh Abdul Hadi dan peran MTQ sebagai diplomasi keagamaan sebenarnya merupakan sebuah sebuah proses yang sudah dimulai pada tahun 1955 ketika berlangsung Konfrensi Asia Afrika (KAA) –Asia Africa Conference- di Bandung diusulkan kepada peserta dari berbagai negara diadakan lomba membaca tingkat internasional, dan disetujui oleh peserta KAA. Ketika KAA berlangsung tahun 1955 ustadz Basori tampil sebagai salah sattu qori mewakili Indonesia dan disiarkan langsung oleh RRI dan sejumlah radion luar negeri. ( Biografi KH. Basori Alwi).
Sepuluh Tahun kemudian dilangsungkan Konfrensi Islam Asia Afrika (KIAA)- Asia Africa Islamic Conference pada bulan Maret 1965, bersamaan dengan itu dilangsungkan Musabaqah Tilawatil Qur’an Internasional pertama di Bandung sebagai realisasi dari komitmen yang disepakati dalam KAA pada tahun 1955 (115).
ADVERTISEMENT
Qaari-qari ternama seperti Abdul Aziz Muslim dan Fuad Zein dan Basori ditugaskan bermuhibah ke sebelas negara Islam; Arab saudi, India, Pakistan, Irak, Iran Syiria, Lebanon, Mesir Tunisia, Aljazair dan Libiya setelah Indonesia sukses menyelenggarakan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ ) Tingkat Internasional pertama pada KIAA tahun 1965 di Bandung. Jadi, untuk mewujudkan fungsi politik MTQ Nasional untuk memainkan peranmya dalam misi kemanusiaan, perdamaian, kehidupan yang harmoni dan penuh kedamaian melalui diplomasi keagamaan dan budaya (Religious and cultural diplomacy ) sangat memungkinkan.
Oleh karenanya tidak perlu pesimis dengan kemungkinan MTQN atau STQN memainkan peran tersebut. Ada argumen lain dapat mendukung . Pertama Serangkaian prestasi Qari dan Qariah Indonesia pada sepanjang 2019 ada lima qori Indonesia yang meraih juara 1 di MTQ yang digelar di berbagai negara. Mereka adalah Ihsan Ramadan (MTQ Internasional di Qatar), Salman Amrillah (Iran), Syahroni (Bahrain), Syamsuri Firdaus (Turki), dan Miftah Farid (Maroko). Selain itu, dua qari meraih juara 2, yaitu Qadar Asmadi di Kuwait, dan Wardah di Malaysia. Dua qori lainnya meraih juara 3, yaitu: Rifki Hawari (Inter Studen di Iran) dan Siddiq Mulyana (MTQ Internasional Tafsir di Iran.
ADVERTISEMENT
Sisi lainnya yang dapat menjadi dukungan adalah karekateristik Islam di Asia \Tenggara utama di Indonesia. Mengutip pendapat Masykuri Abdillah, bahwa secara empiris, karakteristik Islam yang damai dan moderat ini dapat dilihat dari tiga perspektif. Pertama, dalam konteks hubungan antara warga, umat Islam di wilayah ini sangat toleran terhadap kelompok lain. Kedua, dalam konteks hubungan antara Islam dan negara, umat Islam akomodatif terhadap ideologi negara dan sistem demokrasi. Ketiga, dalam konteks kehidupan dan perkembangan dunia, umat Islam dapat menerima modernisme meski tetap memiliki orientasi keagamaan. (Masykuri Abdillah, Jumat 18 Dec 2015
Dialog dengan tema "the First ASEM Interfaith Dialogue" yang awalnya diselenggarakan di Bali pada 2005 itu kini sudah banyak dilakukan di berbagai negara di dunia. Pemerintah bahkan menjadikan dialog ini sebagai program unggulan dalam diplomasi publik yang merupakan second track diplomacy, dengan melibatkan para intelektual dan tokoh berbagai organisasi keagamaan (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu). Mereka bisa menjelaskan dan memberikan testimoni tentang kondisi objektif dan pengalaman kehidupan beragama di Indonesia yang damai dan toleran.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks ini, pemerintah (Kementerian Luar Negeri dan Kementeriaan Agama) telah menginisiasi penyelenggaraan dialog antaragama (interfaith dialogue) baik tingkat internasional maupun regional, multilateral, maupun bilateral.