Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bilangan Arab Terbanyak: Haji 77, Tawaf dan Sai 7 Putaran, Langit ke 7
15 Juli 2024 9:34 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Dr Sudjoko Kuswadji SpOk tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebenarnya aku mendaftar haji ketika almarhum isteriku masih hidup. Yang mendaftarkan anakku yang nomor dua. Daftarnya ke travel Al Azhar. Semua anakku lima sekolah di Al Azhar, sebagai sarana dakwah. Aku tidak mampu mengajarkan agama secara baik. Begitu isteriku meninggal, timbul kesulitan untuk menentukan siapa yang akan menemani aku. Aku juga sudah tidak muda lagi. Akhirnya dicoba untuk mengusulkan anak dan mantuku yang mengantarkan aku.
ADVERTISEMENT
Aku punya enam paspor tapi yang terakhir tak tahu entah di mana. Anak saya memesankan paspor di konter sehari jadi. Paspor terahir harus ketemu hari ini. Saya telpon anak saya ketiga di rumah lama. Ada pa kata anak saya. Kirim pakai Go-Jek segera. Begitu sampai langsung saya urus ke konter. Alhamdulillah soal paspor selesai. Orang bilang walau punya uang cukup naik haji belum tentu jadi. Bergantung pada ijin Allah. Contohnya soal paspor tadi.
Tibalah hari manasik haji. Walaupun saya tidak terlalu mendalami agama, saya mendengarkan secara kritis penjelasan ustaz. Pemahaman saya dari guru-guru agama saya, haji itu adalah simulasi dari padang Mahsyar di mana manusia diadili. Tak ada pengacara. Semua anggota tubuh menjadi saksi mengenai perbuatan kita. Ternyata ustaz tidak sempat menjelaskan mengenai hal itu. Yang banyak diuraikan adalah napak tilas sejarah nabi Ibrahim dan Ismail. Yang lain saya buka di google.
ADVERTISEMENT
Sebelum naik haji kita diwajibkan sholat tobat nasuha, minta ampun atas semua dosa yang disadari atau tidak. Sebelum shalat diwajibkan untuk mandi. Saya bilang kepada Ustaz, mandi itu fisik saja, tidak cukup. Selain mandi kita harus bersihkan mental kita. Hilangkan rasa dengki, cemburu, dendam dan semua perasaan yang buruk.
Sesudah tawaf tujuh putaran di depan Hajar Aswad saya dipersilakan shalat oleh pendorong kursi roda. Saya bilang ke mantu pria saya, suami anak, kalau saya mungkin masih kuat jalan. Namun mantu saya cari aman, saya disewakan kursi roda. Saya nurut saja. Shalat tobat nasuha. Jika sholat biasa di rumah mata menatap sajadah, sekarang saya harus menatap kiswah. Saya pikir apa yang harus saya sampaikan dulu kepada Tuhan. Saya pikir adalah kelahiran saya ke dunia yang sampai bIsa mencapai usia 77 tahun. Saya bersyukur kepadanya, karena nyawa saya nyaris hilang dari muka bumi ini.
ADVERTISEMENT
Ketika itu saya baruulus dokter dan selesai Sedaspa, Sekolah Dasar Perwira. Saya lapor ke Perso Jankesau. Saya berdua dengan kawan saya Mohammad Sutomo. Kaperso bilang ada dua lowongan. Satu di Halim Jakarta dan satu di Husen Bandung. Ibu saya mengingatkan jika dibenoem (pengangkatan Bahasa Belanda) jangan memilih tempat. Jika nanti tidak cocok tidak bisa menolak, karena pilihan sendiri. Sutomo pilih Bandung karena cepat Cirebon, kampung halamannya.
Seminggu kemudian Sutomo dipindahkan ke Supadio Pontianak. Beberapa hari kemudian Sutomo dapat tugas ke Kapuas Hulu. Rombongan naik pesawat kecil chessna. Sesudah 15 menit terbang hilang kontak. Di cari selama 2 minggu tidak ketemu. Sampai dua tahun belum ketemu nuga. Sutomo dinyatakan gugur. Namanya sekarang menjadi nama RSAU Supadio. Tidak terasa air mata menetes, bersyukur saya telah diloloskan maut.
ADVERTISEMENT
Di Medinah saya ziarah ke Raudah makam Nabi. Saya bisa shalat persis di depan mimbar tempat nabi memberikan khotbah. Saya mengenang jasa nabi yang memberi petunjuk kepada kehidupan saya. Saya teringat bacaan surat pertama yang menyatakan, bahwa umat Islam harus percaya pada hal ghaib. Sesuatu yang sekarang tidak nelas. Dia mengajarkan Tuhan yang abstrak, bukan berhala yang dipukul hancur. Saya bersyukur dengan bilangan hexdecimal bilangan tujuhan, kita sampai ke abad digital. Saya bersyukur mulai Al Quran dihapal karena belum ada yang menulis. Gutemberg ketemu mesin cetak. Baru Al Quran dicetak. Sekarang dengan muslim pro, Al Quran bisa bersuara dengan tafsir, sehingga saya mudah membaca semua ayat suci.
Tak terasa air mataku berlinang. Seorang mutawif melihat saya dan menyogorkan selembar tissue. Alhamdullilah saya bisa ziarah ke makammu.
ADVERTISEMENT
Saya berdoa semoga hajiku mabrur. Yang dimaksud mabrur adalah orang yang senantiasa dimudahkan Allah dalam berbuat kebaikan, baik selama ibadah haji, bahkan setelahnya. Menurut saya, sebagaimana janji Allah, kalau orang senantiasa berbuat baik, maka balasannya adalah surga. Itulah makna haji. Amin.***