Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ketemu Rano dalam perjalanan ke Kongres Wonca London 1986
29 Agustus 2024 13:29 WIB
ยท
waktu baca 3 menitTulisan dari Dr Sudjoko Kuswadji SpOk tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ayah Rano, Soekarno M Noor adalah bintang film kawakan. Saya diajak mas Soetrisno ke rumah beliau di bilangan Tebet. Beliau sangat sederhana. Rumahnya masih ngontrak. Sementara, Rano kecil sudah melejit bintangnya. Mas Tris adalah pimpinan Gudep Jakarta Pusat 001 (putra) dan 002 (putri). Tempat latihan Gedung Pola dekat jalan Borobudur. Kami sedang menyiapkan skenario permainan Pramuka yang berjumlah ribuan. Mirip penyerangan sekutu ke Eropah lewat pegunungan Normandia. Nazi Hitler sama sekali tidak menduga serangan itu akan melewati pegununungan yang sangat terjal itu. Suatu pertempuran yang sangat seru. M Noor sebut masa itu sebagai The Longest Day, nama sebuah film yang sangat terkenal. Masalahnya sekarang bagaimana mencari investor.
ADVERTISEMENT
Soekarno kecil ketika itu sudah jadi bintang kecil. Sesuai peraturan honornya harus ditabung oleh ibunya. Tujuannya agar tidak termasuk pekerja anak (kurang dari 15 tahun). Ada pengecualian untuk bidang kesenian dan film. Mereka diperbolehkan asal mereka tetap bersekolah dan honornya harus ditabung. Bisa dibayangkan berapa banyak bintang dan figuran anak yang akan main dalam film Pramuka itu.
Ketika itu saya tergabung dalam Bakolak Inpres no 6 1971. Lembaga yang dibuat Soeharto untuk menangani HTAG Hambatan Tantangan Ancaman dan Gangguan. Masalah yang dihadapi ketika itu adalah: kenakalan remaja, narkotika, orang asing, uang palsu, penyelundupan, dan lain-lain. Dalam team ada unsur Pusat Pengendalian Operasi Penerapan (Pusdalopen). Mereka biasa terlibat dalam pembuatan film penerangan, seperti Metro 77. Film operasi narkoba dengan bintang polwan cantik Jane Mandagi. Kami undang M Noor untuk mengajukan proposalnya. Ketika itu sedang ramai film anak-anak. Diskusi berjalan lancar, sayang belum ada kesepakatan mengenai unsur finansialnya.
ADVERTISEMENT
Sekitar bulan Agustus 1986 saya berkesempatan membawa rombongan 25 dokter ikut Kongres Wonca sedunia di London. Saya naik pesawat murah Air Ceko. Ketika itu refuelling di Mumbai India. Penumpang bisa turun dari pesawat. Di bawah saya lihat Rano bersama seorang teman wanita Rano memperkenalkan wanita itu sebagai kawannya yang bakal turun di Praha. Rano juga menuju London. Saya tanya sudah punya hotel? Dia jawab belum. Saya ajak saja ikut rombongan. Dia bersedia. Tak perlu mengenalkan nama nya ke kawan2. Semua sudah pada kenal. Suatu malam Rano kesulitan makan. Dia minta diantar saya. Saya ajak ke restoran Cina dekat hotel. Tidak cocok juga. Di perjalanan dia di sapa oleh beberapa pejalan kaki dalam bahasa Indonesia. Rupanya mereka adalah pelajar Malaysia yang lagi studi di Inggris. Film Rano paling laku di Malaysia. Karena itu mereka kenal betul dengan muka Rano.
ADVERTISEMENT
Rombongan dokter berkesempatan berkunjung ke rumah dubes RI. Rano diajak. Tentu saja Dubes sudah mengenal Rano. Kawan-kawan menyebut Rano sebagai maskot rombongan. Selesai makan petugas menawarkan teh atau kopi. Dr Soeharto anggota rombongan yang mantan dokter pribadi Presiden Soekarno bisik-bisik ke saya. Dik, kita sudah disuruh pulang. Tawaran teh dan kopi adalah isyarat menyuruh pulang. Itu protokolnya.
Rano harus berpisah dari rombongan. Dia mau terus ke Paris. Sebelum pergi dia ngomong pada saya. Mas, saya kadang bingung. Dalam film peran saya banyak berganti-ganti. Sekali jadi dokter, sekali jadi sopir. Seolah saya mengalami multi pribadi. Namun demikian menurut ilmu yang saya pelajari. Belum abnormal karena masih bisa kembali sendiri. Ketika masuk parpol dia jadi wakil Gubernur. Kemudian jadi Gubernur. Pernah mau keluar, ibu Mega suruh bertahan. Dia berhasil dengan sukses.
ADVERTISEMENT
Kali ini mau mencalonkan untuk jadi wakil Gubernur Jakrta. Si Doel anak Betawi pulang kampung. Semoga sempat perbaiki sekolah di Jakarta. Tak usah khawatir akan berkepribadian ganda***