Konten dari Pengguna

Migrasi ke Amerika Serikat, Cari Cuan atau Hindari Diskriminasi?

Dr Sudjoko Kuswadji SpOk
Dokter Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran UI (1972), TNI AU Wamil (1974-1980), Chief Medical Officer Indomedika, Trainer dan Konsultan
9 Juli 2024 9:53 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dr Sudjoko Kuswadji SpOk tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Amerika Serikat. Foto: Lindsey Wasson/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Amerika Serikat. Foto: Lindsey Wasson/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Zaman saya lagi ranai-ranainya industri migas, dua kawan saya bekerja di KPS. Satu kawan sekelas dan yang satu lagi pendahulu saya sebelum masuk migas. Mereka berdua kakak beradik, sebelum saya masuk migas--si adik sudah lama berkecimpung di dunia migas.
ADVERTISEMENT
Saya ingat dulu ada dua cara pengangkatan dokter KPS (Kontraktor Production Sharing). Satu lewat Jakarta dan lewat Singapura, yang lewat Jakarta dibayar rupiah, sedangkan yang lewat Singapura dibayar US dolar.
Point of origin artinya kota asal kelahiran (karyawan atau istri) atau kota tempat pengangkatan. Gaji yang dolar lebih banyak dari yang rupiah. Saya kurang paham bagaimana status kawan saya yang adik itu. Lihat dari gayanya nampaknya dolar. Dia bolak balik Singapura dan Amerika.
Saya masih buta sama sekali mengenai pranata itu, setelah berapa lama saya baru tahu kalau dia sudah migrasi ke Amerika. Dapat green card, kartu hijau, yang secara resmi dikenal sebagai kartu penduduk tetap, yang mana artinya itu adalah dokumen identitas yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki izin tinggal tetap di Amerika Serikat. Pemegang kartu hijau secara resmi dikenal sebagai lawful permanent residents.
ADVERTISEMENT
Si kakak di Indonesia mengelola rumah sakit atau klinik bertempat tidur KPS Amerika. Tata caranya seperti pelayanan dokter keluarga Tidak semua pasien menemui dokter. Mereka disaring oleh seorang perawat senior, saya menggantikan dia di lapangan sementara dia bertugas di kantor Jakarta. Secara berkala dia melakukan site visit.
Setelah tiga tahun saya diundang kawan saya di KPS lain. BPPKA Pertamina melarang dokter pindah KPS, karena saya punya hubungan baik dengan dokter BPPKA. Saya diperbolehkan pindah KPS, sekarang saya tahu kalau gaji saya rendah. Di KPS baru gaji saya beberapa kali terlebih lagi ongkos tiket pesawat bolak balik Jakarta Balikpapan dibayar perusahaan.
Di Perusahaan baru saya bisa commuter, artinya saya 2 minggu di lapangan dan 2 minggu di rumah Jakarta. Ketika off saya mencari rumah si kakak. Ternyata penghuni adalah orang lain, rumah sudah dijual dan beliau sudah migrasi ke AS . Saya berusaha dapat kontaknya, dan ternyata dia tinggal di San Diego, AS bagian selatan.
ADVERTISEMENT
Menjelang 1998 saya dapat undangan pertemuan perusahaan asuransi di California AS. Pengawasan sangat ketat, name tag selalu diperiksa di setiap sesi. Peserta adalah pengusaha asuransi kesehatan di seluruh Amerika dan perusahaan yang sedang mencari provider untuk karyawannya.
Ada pembicara seorang wanita lulusan Harvard yang ceramahnya berapi-api. Mengapa asuransi tidak mau menanggung pengobatan tradisional? Padahal jumlah uang yang dikeluarkan oleh masyarakat Amerika untuk itu sama banyaknya dengan yang dipakai untuk pengobatan modern. Apa karena pengobatan tradisional tidak berkhasiat? Pengobatan modern juga belum tentu berkhasiat. Yang penting uangnya lewat asuransi. Hebat benar pemikiran wanita itu.
Saya telepon si kakak. Menurut jawabannya ditelepon kalau saya akan dijemput. Keesokan harinya saya dijemput di hotel, pakai Mercedes Benz punya si adik. Hebat sekali si adik ini. Apa usaha mereka di Amerika? Ternyata pompa bensin yang merupakan pekerjaan kotor.
ADVERTISEMENT
Orang Amerika tidak suka pekerjaan ini, mereka serahkan kepada pekerja asing seperti orang Asia dan Timur Tengah. Di sana tidak ada tukang bensin. Sopir harus mengisi sendiri, baru bayar di loket yang tertutup rapat jauh dari pompa.
Saya lihat nozzlenya beda dengan di Indonesia. Karetnya lebih rapat dari pompa kita. Pompa ada di perempatan jalan, masing-masing ada satu. Semua berasal dari perusahaan yang berbeda, tiap pompa ada warung kecil jual makanan dan minuman ringan.
Pompa milik kakak adik itu mempekerjakan dua orang Indonesia. Sore hari karyawan itu bikin laporan dengan catatan kecil mengenai omzet hari itu si adik yang dokter bilang kalau dokter praktik tak sebanyak ini. Pembayaran semua digital.
ADVERTISEMENT
Malam saya nginap di rumah adik yang bujang. Si kakak, istri, dan anaknya di rumah seberang tidak jauh dari situ, yang saya amati perilaku di adik dia selalu mematikan lampu kamar setelah selesai keperluannya. Saya pikir hemat energi, Amerika punya minyak namun tidak diproduksi. Dia lebih senang ngambil minyak dari Timur Tengah. Ketika minyak dunia habis Amerika masih punya cadangan. Amerika curang.
Agak siang saya inspeksi bersama kakak, kami menemukan puntung rokok dekat tangki. Wah bahaya juga pompa ini. Yah kata kakak, kami harus gaji lawyer. Pelanggan yang kepleset bisa menuntut pengusaha. Asuransi kebakaran juga perlu lawyer untuk meyakinkan kebakaran terjadi secara alami.
Nanti sama adik akan lihat pompa lain yang dikelola orang Yordan. Orang Yordan itu nawari saya minum dan ambil kue dari dagangannya, saya tak tahu harus bayar atau tidak. Paling aman saya tolak saja secara halus.
ADVERTISEMENT
Si adik ada pembicaraan dengan bos pompa itu, rupanya si adik jadi konsultan perusahaan lain soal izin, pajak, dan lain-lain. Tak lama kemudian kami mendatangi lawyer, pembicaraannya agak lama. Saya menunggu di ruang tamu saja. Saya tidak diperkenalkan kepada lawyer. Saya tak tahu tata kramamya.
Sorenya saya diantar pulang sambil mampir di satu rumah di mana banyak orang Indonesia berkumpul. Rupanya diaspora itu punya komunitas di mana-mana.
Saya diantar sampai hotel. Esok harinya Sabtu, jalan sepi sekali. Hari libur selalu dimanfaatkan oleh orang Amerika. Ke restoran hotel tadinya mau makan, saya lihat harganya Rp 350.000 sekali makan. Wah kebanyakan bukan makanannya, tapi uangnya. Saya coba jalan kaki di jalan yang sepi. Ada satu gerobak makanan berhenti. Rupanya jual hot dog. Dari bahasanya saya dengar dia Hispanik, saya tanya bagaimana berusaha gerobak dorong seperti? Izin tak gampang ada kursus, pajak, dan lain-lain. Dia menunjuk ke izin yang tertempel di gerobaknya.
ADVERTISEMENT
Saya tak tahu kapan kita ngajari warung jalanan seperti itu.
Saya merenung, mengapa banyak orang mau jadi emigran ke Amerika. Mau cari uang mungkin salah. Makanan mahal, apa saja mahal. Mestinya saya harus pakai pikiran Amerika. Si Adik bilang jual bensin lebih menguntungkan dari pada praktik dokter.
Mau bilang mau meninggalkan rasialisme. Amerika juga sangat rasialis. Ketika Obama jadi Presiden baru orang sadar kalau Amerika meninggalkan rasialisme. Jika Presiden Indonesia adalah orang keturunan baru bebas rasialisme.