Konten dari Pengguna

Komunikasi krisis pada Sumber Daya Manusia di masa pandemi Covid 19

Enrico A Rinaldi
Dokter dan Doktor Ilmu Komunikasi dan pemerhati masalah hukum kesehatan serta praktisi sumber daya manusia
31 Januari 2022 12:41 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Enrico A Rinaldi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat ini kondisi alam yang tidak menentu menciptakan sebagian orang kesulitan dalam mengambil keputusan yang sempurna pada setiap aktivitas dan pekerjaannya. Usia bumi yang tidak muda lagi dimungkinkan sebagai penyebab berdasarkan aneka macam musibah yang terjadi. Ditambah lagi menggunakan konduite insan yang cenderung tidak memikirkan efek perbuatannya dan hanya mengejar ambisinya akan ilmu pengetahuan ilmiah. Tidak sedikit kerusakan yang lahir akibat perbuatan manusia yang melakukan beragam eksperimen yang melibatkan sumber daya alam, contohnya pandemi virus corona yang dikenal menjadi Covid-19 ini. Pandemi ini menyebabkan seluruh kegiatan warga terganggu, mulai berdasarkan kegiatan pendidikan, bekerja, gaya hidup, kebudayaan, ekonomi, dan komunikasi. Efek yang dikhawatirkan terjadi pada waktu-waktu ini adalah menciptakan kualitas sumber daya manusia semakin menurun dan tidak sanggup membangun sumber daya manusia yang unggul.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, berlaku Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pemerintah menghimbau dilaksanakannya berbagai aktivitas kerja dari rumah bagi pegawai pemerintah dan pegawai swasta. Ini disarankan terutama bagi pegawai yang berusia di atas 50 tahun, pegawai yang sakit misalnya flu, pegawai yang sedang hamil atau menyusui, dan pegawai yang berpergian ke tempat kerja memakai transportasi publik. Hal ini mungkin tidak terlalu bermasalah dengan pegawai yang punya penghasilan permanen karena perusahaan kantor masih membayar gajinya.
Saat ini, pelayanan publik yang paling jadi sorotan adalah rumah sakit, terutama rumah sakit yang sebagai rujukan pasien Covid-19. Sejak perkara positif COVID-19 semakin tinggi drastis hampir sebulan terakhir, banyak rumah sakit kewalahan menangani lonjakan pasien yang terinfeksi corona virus ini.
ADVERTISEMENT
Tak hanya Indonesia, pandemi Covid-19 mengakibatkan banyak rumah sakit di dunia mengalami kesulitan baik secara manajemen maupun sarana prasarana dalam menaruh pelayanan lantaran jumlah pasien melonjak dalam waktu singkat. Kondisi bencana Covid-19 membawa efek pada kualitas dan keamanan berdasarkan pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Pada kondisi normal, rumah sakit adalah organisasi yang kompleks secara desain dan sangat rentan terhadap terjadinya kesalahan. Pada kondisi pandemi ini, kejadian kesalahan kemungkinan menjadi lebih besar. Dan saat terjadi masalah ini maka komunikasi krisis terjadi.
ADVERTISEMENT
Aspek manusia memiliki peranan yang sangat penting dalam rumah sakit, karena mereka adalah penggerak rumah sakit sehingga dapat berjalan, berkembang, bertahan dan berimprovisasi dalam memajukan rumah sakit. Oleh karenanya, manusia adalah intangible assets atau sering disebut juga human capital yang meliputi tingkat pendidikan, knowledge, skill, kompetensi, sikap kerja, kemampuan berinovasi, motivasi, organizational citizenship behavior (OCB), hubungan dengan rekan kerja, konsumen, pemasok, dan sebagainya.
Krisis merupakan suatu permasalahan besar yang tidak terduga dan memiliki dampak negatif sekaligus positif. Permasalahan ini bisa menghancurkan organisasi, karyawan, hingga reputasi perusahaan.Pada masa berat seperti ini suatu rumah sakit membutuhkan karyawan yang akan melakukan lebih dari sekadar tugas biasa mereka yang akan memberikan kinerja yang melebihi harapan. Pernyataan tersebut sangat beralasan mengingat dunia kerja saat ini sangat dinamis dan sangat cepat berubah. Berbagai tugas yang dikerjakan oleh tim dan fleksibilitas pegawai sangat membantu perusahaan dalam mencapai kesuksesan. Oleh karenanya, organisasi atau perusahaan membutuhkan karyawan yang akan memperlihatkan perilaku OCB, seperti membantu individu lain dalam tim, mengajukan diri untuk melakukan pekerjaan ekstra, menghindari konflik yang tidak perlu, menghormati semangat dan isi peraturan, serta dengan besar hati mentoleransi kerugian dan gangguan terkait pekerjaan yang kadang terjadi. (Robbins dan Judge, 2008:40)
Jajaran manajemen terutama pengambil keputusan dalam hal ini direksi dan senior manajer harus memberikan perhatian yang cukup dalam hal OCB karena dapat merupakan kondisi yang sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja. Fakta menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai karyawan yang memiliki OCB yang baik, akan memiliki kinerja yang lebih baik. OCB telah mendapat banyak pengaruh positif pada organisasi seperti meningkatkan kepuasan karyawan, meningkatkan retensi dll. Tetapi secara bersamaan terdapat sisi negatif dari kondisi ini yang tidak boleh dilupakan karena dapat menyebabkan penurunan kinerja dan efektivitas organisasi. (Muhdar, H.M, 2015). Manajer sering tidak memahami arti pentingnya kepuasan pekerja bagi pekerja tersebut. Untuk mengetahui hasil tersebut manajer dapat melakukan survey teratur untuk mengurangi kesenjangan antara apa yang dipikirkan manajer mengenai apa yang dirasakan pekerja dan apa yang sesungguhnya mereka rasakan. Ini dapat memengaruhi hasil akhir dalam lokasi lisensi kecil sebagaimana di perusahaan besar. Selain OCB, berdasarkan teori dan bukti empiris dikatakan perilaku kepemimpinan, motivasi dan kepuasan kerja sangat mempengaruhi kinerja karyawan yang diharapkan menjadi akselerator untuk mencapai tujuan, visi dan misi perusahaan. Kinerja karyawan berkaitan dengan bagaimana pekerja bertindak di lingkungan kerja dan seberapa baik mereka menjalankan kewajiban kerja yang telah diwajibkan perusahaan kepada mereka.
ADVERTISEMENT
Dalam rumah sakit, masa pandemi Covid-19 ini lingkungan kerja sangat banyak berubah dari sebelumnya dan dalam hal ini sangat penting untuk diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap pegawai yang melaksanakan proses produksi tersebut (Cahyadi, 2013).
Dalam suatu rumah sakit beban kerja yang lebih besar pada masa pandemi Covid-19 tentunya mempengaruhi tingkat kepuasan kerja karyawannya. Namun dalam melaksanakan kegiatan kerja karyawan tidak akan terlepas dari loyalitas dan sikap kerja, sehingga dengan demikian karyawan tersebut akan selalu melaksanakan pekerjaan dengan baik. Karyawan merasakan adanya kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan.
Sumber daya manusia rumah sakit terdiri atas petugas medis dan nonmedis. Tenaga medis secara khusus telah diposisikan sesuai tugas dan fungsi dengan mempertimbangkan disiplin ilmu atau latar belakang pendidikan mereka, namun dapat saja tugas dan fungsi administrasi tidak dijabat oleh orang yang tepat sesuai kriteria yang ditentukan. Meskipun inti jasa pelayanan di rumah sakit adalah jasa kesehatan, pengguna jasa pelayanan kesehatan tersebut tentunya harus melalui tahap demi tahap dalam proses kegiatannya dan akan bertemu dengan bernagai bagian pelayanan tidak langsung seperti bagian informasi, administrasi, dll.
ADVERTISEMENT
Bagian pelayanan tidak langsung di rumah sakit dapat saja mengakibatkan pasien merasa tidak puas dan tidak nyaman.
Karakteristik kompetensi SDM berupa pengetahuan dan keterampilan merupakan kompetensi yang mendasar yang harus dimiliki SDM untuk menuju ke arah kompetensi yang lebih dalam dan tersembunyi. Artinya para karyawan tidak akan mempunyai konsep diri, motif dan ciri bawaan baik untuk menjadi SDM yang berkualitas, jika tidak mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik.
Jika SDM rumah sakit memiliki latar belakang pendidikan, pengetahuan, keterampilan yang sesuai, SDM tersebut belum dapat dikatakan mempunyai kompetensi yang tinggi karena kompetensi yang tinggi bukan hanya menyangkut pengetahuan / pendidikan dan keterampilan saja tetapi menyangkut banyak kondisi. Mengutip pernyataan Spencer et.al , karakteristik kompetensi yang harus dimiliki seseorang agar melakukan pekerjaan dengan baik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, meliputi motif, sifat / ciri bawaan (traits), konsep diri (self concept), pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill). Motif menyangkut daya dorong kemauan orang yakni karyawan rumah sakit untuk melakukan tindakan baik yang berasal dari dalam diri maupun luar diri.
ADVERTISEMENT
Ciri bawaaan menyangkut reaksi yang bersifat konsisten terhadap situasi misalnya seorang dokter harus mempunyai pandangan luas dalam mengambil keputusan yang tepat pada saat gawat darurat maupun masalah kesehatan yang tidak ada kepastian. Inti kedua kompetensi berada pada dasar personality iceberg sehingga sangat sulit untuk dinilai dan dikembangkan serta memakan biaya yang cukup besar untuk memilih karakteristik tersebut.
Semoga bermanfaat.
dr. Enrico A Rinaldi, MARS.,MH.,MM.,CHRM.,CPM(Asia)
(Pemerhati masalah kesehatan dan Doktoral Ilmu Komunikasi)