Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Kursus Bahasa Gratis Bagi Warga Negara Asing
12 Desember 2022 19:33 WIB
Tulisan dari PPI Swedia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berdasarkan beberapa fakta, seperti jumlah warga negara asing (WNA) di Indonesia, tingkat pengangguran warga lokal, dan potensi promosi budaya di skala internasional, program kursus bahasa Indonesia bagi warga asing sepertinya cukup menarik untuk dikulik lebih dalam.
ADVERTISEMENT
Bicara tentang pasar, per Mei 2021 tercatat ada 92.058 tenaga kerja asing di Indonesia. Sebagai gambaran, jumlah ini setara dengan hampir dua kali jumlah penduduk kota Padang Panjang di Sumatera Barat. Angka ini belum termasuk WNA non pekerja, seperti ibu rumah tangga atau mahasiswa.
Bagaimana dengan minat? Obrolan singkat penulis dengan WNA yang menikah dengan orang Indonesia dan pernah tinggal di Indonesia selama 12 tahun mengungkap bahwa umumnya WNA ingin belajar bahasa Indonesia, tapi sayangnya tidak ada akses pembelajaran formal yang memadai. Bercerita dari pengalaman pribadinya, waktu itu akhirnya beliau belajar secara otodidak melalui percakapan sehari-hari dengan tetangga dan keluarga suaminya.
Di Indonesia sangat jarang ada lembaga pendidikan bahasa untuk WNA yang diadakan oleh pemerintah secara gratis, padahal tidak sedikit WNA yang tertarik untuk mempelajarinya. Hal tersebut mungkin dikarenakan kurangnya sumber daya dan pengetahuan tentang pengelolaannya.
ADVERTISEMENT
Menilik dari negara lain, kita bisa mencontoh negara Swedia yang tetap gencar mempromosikan bahasa Swedia kepada warga asing walaupun banyak penduduknya yang bisa berbahasa Inggris. Warga asing memiliki kesempatan untuk belajar bahasa Swedia secara cuma-cuma dan juga diajari langsung oleh penduduk aslinya melalui program yang bernama SFI (Swedish for Immigrants).
SFI bertujuan untuk mengenalkan bahasa Swedia kepada para pendatang yang dikemas secara apik dalam konten-konten belajar yang menarik. Mulai dari dasar-dasar gramatik, hingga latihan mendengar dan bicara. Tidak menggunakan kurikulum formal seperti sekolah atau universitas, SFI memilih pendekatan casual dengan mengusung tema-tema populer, seperti lingkungan, kesehatan, makanan, dan keluarga.
Siapa saja sih yang boleh ikut program ini? Syarat mengikuti program ini sederhana; kamu adalah warga negara non-Swedia yang tidak berbahasa Denmark atau Norwegia dan berusia di atas enam belas tahun. Selain itu, kamu juga harus memiliki Swedish personal number yang bisa kamu peroleh jika kamu menetap di Swedia lebih dari dua belas bulan.
ADVERTISEMENT
Cara pendaftarannya pun mudah. Pertama, calon siswa melakukan registrasi online. Setelah registrasi berhasil, calon siswa akan mendapat jadwal wawancara. Dalam wawancara, akan ada proses verifikasi identitas, pertanyaan tentang motivasi, serta penjelasan singkat tentang program SFI.
Karena peminat SFI memiliki latar belakang yang beragam, mulai dari mahasiswa hingga pekerja, SFI menyediakan beberapa opsi model belajar, mulai dari pilihan media kursus; online atau offline, sampai pilihan intensitas; dari normal hingga sangat intens. Dari beberapa alternatif yang ditawarkan, calon siswa dapat memilih metode belajar yang dirasa paling sesuai.
Setelah wawancara, calon siswa diminta mengerjakan ujian penempatan, yang terdiri dari ujian mendengar, membaca, menulis, dan berbicara. Ujian penempatan ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan bahasa Swedia setiap calon siswa, sehingga nantinya siswa bisa ditempatkan pada level yang sesuai (A-D). Setelah evaluasi kemampuan, calon siswa akan ditempatkan pada antrian kelas. Karena banyaknya peminat program ini, biasanya calon siswa menunggu sekitar dua sampai tiga bulan sebelum mendapatkan kelas.
ADVERTISEMENT
Awalnya saya tidak mengerti mengapa Swedia mengalokasikan anggaran pemerintah kota untuk menyediakan kursus bahasa bagi imigran secara gratis. Program ini jelas menguntungkan imigran, namun apa manfaatnya bagi negara? Setelah menelaah lebih dalam, ternyata melalui SFI, Swedia berhasil menerapkan konsep ”freemium” untuk pelajaran bahasa Swedia, mempromosikan bahasa dan budaya lokal di skala internasional, serta mengurangi tingkat pengangguran.
Berbeda dengan bahasa Spanyol atau Perancis yang lebih jamak digunakan, bahasa Swedia hanya dipakai di satu negara. Selain itu, kemampuan bahasa Inggris warganya jauh di atas rata-rata global. Hal ini menyebabkan banyak imigran enggan belajar bahasa Swedia. Tetapi karena program SFI ini ditawarkan secara cuma-cuma, banyak pelajar dan pekerja yang mengambil kursus malam untuk bisa belajar bahasa Swedia. Dapat ilmu secara gratis, mengapa tidak?
ADVERTISEMENT
SFI bertujuan untuk mengenalkan dasar-dasar bahasa dan kosakata percakapan sehari-hari. Dengan kata lain, lulus dari SFI siswa tidak semerta-merta fasih berkomunikasi dalam bahasa Swedia. Untuk tahap lanjutan ada beberapa kursus berbayar yang bisa diikuti atau bisa juga mengambil kelas di universitas. Berkiblat pada sifat dasar manusia yang tidak suka usaha yang tanggung-tanggung, SFI ini menjadi sarana promosi efektif untuk pendidikan bahasa Swedia berbayar tahap lanjut.
Popularitas SFI tidak terbatas di kalangan imigran yang menetap di Swedia, tapi juga mahasiswa internasional yang mayoritas kembali ke negaranya usai studi. Dengan demikian, SFI berpotensi menjadi sarana pengenalan bahasa dan budaya Swedia ke banyak negara di dunia.
SFI juga memfasilitasi para pencari kerja untuk meningkatkan profil profesional mereka. Hal ini diharapkan bisa mengurangi angka pengangguran yang tentunya berdampak baik bagi negara, mengingat di Swedia biaya hidup para penganggur disubsidi oleh negara.
ADVERTISEMENT
Belajar dari konsep SFI, muncullah pertanyaan apakah konsep kursus bahasa freemium ini layak diterapkan di Indonesia?
Terkait konsep, sama seperti SFI, program kursus bahasa Indonesia dari pemerintah ini bisa diproyeksikan untuk memfasilitasi pembelajaran dasar-dasar bahasa, lalu nanti penduduk lokal bisa membuka kursus lanjutan untuk tahap selanjutnya. Selain membuka kesempatan kerja bagi warga lokal, bukankah ini sejalan dengan visi Pak Nadiem Makarim untuk menjadikan bahasa Indonesia bahasa pengantar di Asia Tenggara?
Di samping menjadi stimulan bisnis yang berpotensi menciptakan lapangan kerja, program ini pun bisa menjadi wadah promosi bahasa. Jika selama ini Indonesia terkenal karena keindahan alam serta budaya lokalnya, kali ini bahasa bisa menjadi tambahan aset kita di mata internasional.
ADVERTISEMENT
Ditulis oleh: Maria Fransisca Njoman
Editor: Nilahazra Khoirunnisa dari PPI Swedia