Konten dari Pengguna

Ada Apa pada Malam Jumat? (Part 1)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
26 Maret 2021 18:51 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi malam horor, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi malam horor, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
Kali ini Dukun Millenial mendapatkan izin menulis sebuah cerita fiksi horor yang menarik dan lumayan merinding. Kisah horor ini barangkali bisa menemani Sobat Dukun sambil santai dan jangan lupa untuk share, like dan komen konten-konten Dukun Millenial.
ADVERTISEMENT
Latar belakang cerita, ibu kos selalu bilang apapun yang terjadi, kita tidak boleh keluar rumah bahkan kamar pada malam jumat. Entah mengapa dan alasan apa yang membuat ibu kos melarang kita semua untuk keluar pada malam jumat.
Yang pasti, kami semua selalu menuruti peraturan tersebut. Kalau pun kami harus keluar pada malam jumat karena ada hal penting yang harus kami hadiri, ibu kos bilang lebih baik kita pergi dari siang atau sore saja dan jika ada sesuatu yang membuat kami lembur dan mengharuskan kami untuk pulang pada saat malam jumat, beliau akan mempersilahkan kami untuk menginap di rumahnya yang kebetulan, berada di samping kos kosan yang ia bangun.
Semua yang tinggal di kos tersebut selalu menuruti peraturan tersebut, apa pun yang terjadi. Walaupun begitu, entah mengapa setiap jam satu malam di malam jumat ada saja suara yang berasal dari luar kamar, entah suara dari dapur, dari ruang TV.
ADVERTISEMENT
Intinya ada saja suara orang yang beraktivitas dari luar Sampai suatu hari, gue penasaran dan akhirnya memutuskan untuk keluar pada malam itu sekalian untuk mengecek, siapa yang berada di luar kamar saat itu. Dari sinilah sebuah kisah malam jumat dimulai.
Hai nama gue Genta, dan hari ini gue akan menceritakan tentang misteri malam jumat. Semoga bisa dijadikan pelajaran bagi kita semua
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/griisellaa]
Di dalam kos gue memang ada 8 kamar yang tersedia. Walaupun begitu, hanya 5 kamar yang terisi. Kamar gue itu berada di samping dapur, jadi kamar gue itu paling pojok. Nah satu kamar itu diisi oleh dua orang, yang artinya, sebenarnya orang yang berada di dalam kos gue ada 10 orang.
ADVERTISEMENT
Cukup ramailah untuk sebuah kos kosan yang sederhana dan gue satu kamar dengan Raihan, salah satu teman kuliah gue juga.
"Han lo mau kemana?" tanya gue saat tiba-tiba saja Rehan mengemas barang-barang dan memasukkannya ke dalam tas.
"Hah?," Ia menoleh, " gue tiba-tiba disuruh pulang dua hari sama nyokap,"
"Ohh"
Gue melihat ke arah kalender yang menunjukkan tanggal 24 Mei, hari jumat.
"Cepet ya bre, bentar lagi malem jumat nih," gue mengingatkan.
"Iya iya,"
"Gue pergi ya," ucap Raihan yang lalu pergi menutup pintu.
"Ya,"
Dan itu adalah hari pertama Genta, tidur sendirian di dalam kamar kos
Saat itu Raihan pergi pada jam 5 sore. Terus, berhubung saat itu sedang malam jumat, jadi seperti biasa gue enggak bakal keluar kamar sampai besok pagi.
ADVERTISEMENT
Pukul 6 sore, kita semua para penghuni kos sudah mengunci kamar kita masing-masing.
"Kalo gak boleh keluar?, kalo haus gimana?" mungkin itu pertanyaan kalian.
Biasanya sebelum mengunci kamar, kita akan menyiapkan makanan dan minuman terlebih dahulu agar jika kita lapar mendadak, kita tidak harus keluar.
Kosan, dok: pixabay
Waktu berjalan begitu cepat, tiba-tiba saja jam sudah menunjukkan pukul 1 malam. Seperti biasa, gue terbangun karena ada suara orang yang sedang berjalan jalan di dapur.
Hal ini memang sudah sering terjadi, entah siapa yang berada di luar, gue juga tidak tahu. Tapi jika biasanya suara yang terdengar hanya sekedar orang yang beraktivitas di dapur, atau orang yang sedang menonton TV, kali ini berbeda.
Setelah mendengar suara orang yang sedang berjalan di dapur, tiba-tiba saja gue mendengar Raihan sedang berbicara sambil tertawa-tawa layaknya orang bertelepon.
ADVERTISEMENT
Ya tentu saja gue bingung,
"Bukannya Raihan tadi udah pergi?," pikir gue malam itu.
Awalnya gue ragu dan mengira bahwa ini semua hanya bagian dari halusinasi gue. Tapi lama kelamaan, suara Raihan tuh tambah kenceng. Dan semakin membuat gue yakin bahwa yang sedang berbicara di luar adalah Raihan.
Karena penasaran, akhirnya gue mencoba menempelkan kuping gue di dinding untuk mengecek bahwa orang yang sedang berbicara di luar memang benar benar Raihan. Sebelum akhirnya gue ikut keluar dan menghampiri.
Ketika gue denger lagi, ternyata itu emang bener suara Raihan akhirnya gue coba tuh keluar. Ternyata pas nengok ke arah dapur, gue melihat punggung Raihan yang sedang berdiri membelakangi gue.
Tapi pas gue liat, ternyata dia bukan lagi telponan, dia malah lagi nyuci piring. Karena gue yakin itu adalah Raihan, ya gue samperin lah.
ADVERTISEMENT
Walau pun begitu, entah mengapa semakin gue mendekat, hawanya tuh semakin aneh. Sebenarnya gue udah ngerasa sih ada sesuatu yang janggal, cuma gue mencoba berpikir positif bahwa gue ngerasa aneh dan merinding gara-gara gue habis bangun tidur.
"Weh bro," gue menepuk pundak Raihan, "Lu ngapain-"
Dugaan gue benar, ternyata sosok yang sedang berada di depan gue bukanlah Raihan, melainkan sosok yang matanya bolong dan mulutnya robek.
Ilustrasi hantu, dok: pixabay
"Ya Tuhan, dalam perantara Kudus-Mu aku memohon berkat, pertolongan, sembuhkanlah penyakit yang menyerang teman saya," Raihan berdoa.
"Assalamu'alaikum," Dzakwan membuka pintu.
"Eh iya, pagi,"
"Genta masih sakit?," tanyanya.
"Iya, udah tiga hari nih gak bangun-bangun," jawab Raihan cemas.
Semenjak kejadian tersebut, Genta tiba-tiba saja ditemukan dalam keadaan pingsan di dapur. Dan tak kunjung bangun untuk tiga hari ke depan.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, tidak ada satu pun orang yang tahu penyebab Genta pingsan serta apa yang terjadi.
"Emang dia sakit apa sih?,"
"Gue gatau,"
"Lu gak nanya bu Ina?, (Bu kos)"
"Nanya sih, cuma bu Ina juga gatau, katanya paling kecapean," jawabnya.
"Lah kan lu satu kamar,"
"Gue pergi ngab, gue mana tau dia kenape,"
"Ohhh bilang dong," ucap Dzakwan, "Yaudah gue pen ke masjid dulu, lu jaga kos ye," lanjutnya yang lalu pergi ke masjid bersama Ilham dan lainnya.
"Iya iya, hati-hati," Raihan membalas.
Saat itu Dzakwan dan yang lainnya, pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat isya dan membiarkan Raihan tinggal untuk menjaga Genta.
Bersambung...