Adum Racun, Ramuan Ilmu Hitam dari Melayu

Ilustrasi racun mematikan, dok: pixabay

Dalam era kehidupan serba teknologi sekarang tidak dipungkiri masih banyak angka kejahatan yang sulit diredam. Biasanya kejahatan yang dilakukan berangkat dari berbagai macam persoalan seperti perekonomian dan saling kompetisi tidak sehat.

Kejahatan yang terjadi bahkan bukan hanya di dunia yang tampak saja, melainkan juga kejahatan di dunia gaib yang tak kasat mata. Percaya atau tidak di Indonesia sendiri unsur magis memang masih kental di tengah-tengah masyarakat.

Seperti misalnya salah satu bentuk kejahatan mistis yang sempat populer di kalangan masyarakat Melayu khususnya di bagian Sumatera tepatnya di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.

Ilustrasi kematian, dok: pixabay

Konon katanya ada sebuah ramuan mistis yang bisa melumpuhkan nyawa seseorang dengan seketika, ramuan tersebut dikenal dengan Adum Racun.

Menurut kesaksian orang-orang yang mengetahui Adum Racun ini diyakini sangat mematikan, dengan hanya meniatkan dalam hati, konon katanya racun ini akan langsung tertanam di tubuh si target.

Cara kerja dari Racun ini diyakini menyerang organ-organ vital manusia seperti jantung dan paru-paru. Dampak dari racun ini biasanya akan dirasakan si korban hanya dalam beberapa menit setelah ditanamkan oleh si pemilik racun.

Ilustrasi sakit jantung, dok: pixabay

Gejala-gejala yang dirasakan biasanya adalah sesak nafas, batuk berdarah serta gagal jantung yang mengakibatkan kematian mendadak.

Menurut beberapa catatan, adum racun biasanya diperoleh oleh seseorang yang melakukan ilmu pesugihan. Ilmu untuk meracik racun ini akan didapatkan oleh pelaku ketika semua tahapan proses menimba ilmu hitamnya sudah dilakukan.

Tidak banyak yang mengetahui pasti kandungan apa saja yang ada di racun mematikan tersebut, yang jelas masyarakat juga meyakini bahwa tidak sembarangan orang akan terkenda dampak dari racun ini karena Adum racun dinilai memiliki aura yang mampu mendeteksi sifat kebencian manusia sehingga jika orang yang ditarget adalah manusia yang dasarnya baik, maka itu tidak akan berefek.