Demit Politik (Part 4)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
30 November 2020 20:47 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi hantu, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hantu, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
Di luar dugaan kami, tubuh Nala terasa sangat berat untuk diangkat sesekali bahkan Nala juga bergerak sepertinya mahluk tersebut kembali menguasai tubuh gadis tersebut.
ADVERTISEMENT
Dengan cepat kami angkat menuju mushola, lokasi yang dekat mempermudah kami.
"Bluggg," tubuh Nala diturunkan.
Diiringi orang orang yang di luar masuk ke mushola, sepertinya mereka menjadikan kejadian ini seperti tontonan aku masih greget melihatnya namun ditahan saja karena aku sadar posisi di sini hanya tamu.
Anda mulai bergerak ke kanan ke kiri sambil sesekali mengangkat tangan dengan maksud membuat pager di sekeliling mushola agar tidak ada gangguan dari energi luar ketika proses netralisir.
Aku sedikit menjauh dari lingkaran kerumunan itu, berusaha berdzikir dan membantu mengeluarkan mahluk tersebut dengan memberikan sedikit energi kepada Yaya.
Tangan Yaya mulai mengurut dari ujung kaki Nala sampai ke kepala, namun nyaris tak ada hasil apa pun. Mahluk itu memang kuakui sangat kuat karena aku tidak bisa melihat kelemahannya.
ADVERTISEMENT
Yaya kembali berusaha mengurut secara gaib lagi mulai dari ujung kaki Nala. Sambil gemetaran tangan Yaya terlihat mulai kehilangan tenaganya sedikit demi sedikit. Nala masih saja mengamuk dan meracau, tiba-tiba
"Cuih, apa urusanmu dengan wanita ini," teriak Nala sambil meludah tepat di wajah Yaya.
Yaya terlihat kesal dan mencekik Nala.
"Bangsat kau kenapa beraninya pake tubuh pacar saya!, ayok keluar kita tanding di luar," balas Yaya.
"hahahahaha," Nala hanya tertawa.
Yaya mulai kebingungan ditambah orang di sekitarnya tidak ada yang membantu hanya menonton saja sambil sesekali mengingatkan Nala untuk dzikir.
Yaya memegang kepalanya, menggaruk kepala tapi terlihat bukan sebuah rasa gatal. Kondisi Nala juga sama sekali tidak bisa melawan karena efek seharian bekerja jadi sangat lelah, jadi mustahil Nala bisa melawan secara pribadi dirinya.
ADVERTISEMENT
Yaya mulai celingak-celinguk seperti seolah mencari keberadaan seseorang, dan benar saja ketika matanya tertuju kepadaku ia langsung melambaikan tangannya memintaku untuk mendekatinya.
Sambil berjalan menyeret lututku karena tak mau berdiri, sedikit demi sedikit kudekatkan tubuhku mendekati Yaya.
"Na gue pindahin aja ini mahluk ke badan lo yah," ucap Yaya.
"Oke bang yang penting urusan runyam ini cepet kelar biar kita bisa mediasi tenang," jawabku.
"Hahaha, mau kau apakan wanita ini? dasar bajingan," tiba-tiba Nala mengetahui maksud tujuan kami.
"Haaaah diam kau setan cepat pindah ke tubuh lelaki ini biar aku bisa musnahkan kau!," teriak Yaya pada puncak emosinya.
Tangan Yaya mulai mengurut mengumpulkan energi dari mahluk yang ada di tubuh Nala. Tubuh Nala juga mengjang dan mengangkat bagian punggungnya ke atas mengijuti arah gerak tangan Yaya.
Ilustrasi marah, dok: pixabay
Tangan kanan Yaya sudah menggenggam gumpalan energi diiringi basuhan ludah keluar dari mulut Nala. Yaya terlihat membaca sebuah mantra seperti zikir menahan agar mahluk yang telah ia kumpulkan tidak buyar kembali memasuki Nala.
ADVERTISEMENT
Tangan kiri Yaya masih mengarah 5 jari ke dadaku seolah tubuh Yaya menjadi kabel penghubung antara tubuh Nala dan tubuhku.
"Na maaf yaa gue repotin, bismillahirahmanirahiim," ucap Yaya.
Tangan Yaya diarahkan menyatu dengan tangan kirinya lalu seketika tubuhku mengejang.
"Arrrrghhhh," tubuhku terasa sangat sakit.
"Sakit bang, pantesan Nala gakuat... Hahahaha mahluk bajingan kau bocah," campur aduk mahluk tersebut sudah mulai menguasai area mulutku.
"Tahan ya Na bentar gue sambil magerin tubuh si Nala nih biar gak ketarik lagi ke badannya,"
Belum sempat Yaya menetralisir mentransfer semua energi dari mahluk tersebut, tiba-tiba tubuhku berdiri.
"Minggir kalian semua ada urusan apa di sini, urusanku dengan mereka berdua," ucapku sambil menunjuk pak bos dan bu bos.
ADVERTISEMENT
Terlihat saat itu Nala memang sudah terkapar lemas namun sesekali tubuhnya bisa bergerak untuk minum air yang diberi oleh bu bos. Aku kembali duduk ke posisi semula namun tanganku berposisi seolah seperti macan yang ingin menerkan mangsanya.
Pandanganku dipaksa mahluk sialan ini mengarah ke pak bos dan bu bos, sepertinya ia sudah masuk 80%menguasai tubuhku. Sengaja aku tahan di angka tersebut agar aku bisa mengendalikan gerak gerikku.
"Ppppp....pak bos sssssebai....knya keluar dari sini," ucapku memaksakan mulut.
Pak bos dan istrinya terlihat panik dengan gerak-gerikku dan keluar dari ruangan itu tersisa orang-orang yang menonton dan Yaya masih menetralkan Nala. Aku dipaksa melihat kondisi rumah pak bos oleh sosok mahluk ini.
ADVERTISEMENT
Samar-samar aku juga melihat tubuh asli mahluk ini dan rupanya mahluk ini memiliki perawakan yang sangat besar dan hitam pekat nyaris tak ada warna lain di tubuhnya. Aku melihat kondisi ini lewat pandangan si mahluk tersebut.
"Hey dari mana kamu?," tanya Anda kepadaku.
"Hahaha aku dari jauh kamu tak usah tahu menahu," jawabku.
"Bangsat kau, jangan suka mengganggu hidup kami kalo kau tak ingin menerima akibatnya," sambar Yaya yang sudah melepaskan urusannya dengan Nala.
Yaya emosi sambil mencekikku, tampaknya ia kini lebih leluasa menyiksa mahluk tersebut lewat tubuhku.
"Siapa yang menyuruhmu iblis?!, tunjukkan lokasinya!," teriak Yaya menginterogasi mahluk itu.
"Aku berasal dari gunung yang jauh, tak usah ikut campur," jawabku.
ADVERTISEMENT
"Tunjukkan apa saja yang majikanmu kirim selain dirimu!," Yaya memaksa sambil mengeluarkan pusaka gaibnya.
Tampaknya Yaya berniat menguliti informasi soal santet kiriman yang selama ini meneror keluarga pak bos. Pusaka tersebut diajukan ke leherku, perasaanku yang tadinya berani melawan Yaya tiba-tiba ciut seketika dan membeberkan semua informasi yang ia punya.
"Ammmmpuuun, aku sudah mengirim benda-benda santet di sekitaran rumah ini, di sana, di sana dan di sana, sudah lepaskan aku, aku berjanji akan pulang ke majikanku," ucapku yang ketakutan.
"Ahhh tak sudi aku mempercayaimu, mati saja kau iblis!," ucap Yaya sambil menggorok leher dan menekan tubuhku ke lantai hingga terbaring seperti hewan qurban.
Aku mengorok seperti sedang disembelih, terdengar ucapan takbir dan zikir lainnya yang terlantunkan dari mulut Yaya. Aku sembari membantu Yaya lewat energiku yang tersisa agar mahluk ini tak keluar dari
ADVERTISEMENT
tubuhku.
"Arrrrrgghhhhhh sakiiiiiit sakiiiiit, ampuuun rgrgrgrgrgr," teriakku.
Sentuhan terakhir yang dilakukan Yaya adalah menghancur leburkan mahluk hitam itu dan membersihkan semua area bekas aktivitas kami malam itu.
Bersambung...