Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dusun Angker: Kejaran Harimau Gaib (Part 10)
5 Januari 2022 20:28 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pak Tohar dan yang lain segera menghampiri Arkim sembari melihat ke arah mayat yang terpampang yang masih dalam kondisi lengkap. Bahkan wajah mayat tersebut terlihat jelas saat terkena cahaya lampu senter.
ADVERTISEMENT
"Usda? Saya mengenal orang ini," ucap Pak Ihsan seraya menatap ke arah sosok mayat laki-laki bernama Usda itu.
"Kenapa harus ada kampung ini! Kenapa harus ada orang-orang barbar seperti mereka! Saya tidak tahan ingin membakar dusun ini sampai lenyap!" Arkim berteriak seraya menengadah ke udara.
"Tenangkan dirimu, kim. Jangan berkata sembarangan. Kita harus tahu sedang di mana kita," kata Pak Tohar berupaya menenangkan Arkim.
"Mereka telah membunuh Usda, sepupu saya yang paling dekat dengan saya! Mereka harus menerima pembalasannya!" Arkim mendadak meninggalkan tempat itu dengan tergesa-gesa ke arah gerbang.
"Arkim, mau ke mana kamu? Jangan pergi begitu saja. Bahaya, masih ada di antara mereka di luar sana," seru Pak Ihsan seraya berlari menyusul Arkim.
ADVERTISEMENT
Sementara Pak Tohar dan Dani segera menyusul Pak Ihsan. Mereka tampak gempar saat Arkim pergi dengan cepat keluar dari dusun.
"Kenapa harus menjadi begini, sih? Apa memang kita seharusnya tidak kemari?" gerutu Dani saat berjalan di belakang Pak Tohar.
"Tunggu dulu. Astaga, kita kehilangan mereka. Pak Ihsan dan Arkim sudah tidak kelihatan. Hari masih gelap, dan. Ini gawat. Kita terpencar," kata Pak Tohar.
Dani dan Pak Tohar kemudian mencapai gapura dari tumpukan batu di mana mereka kini sedang kebingungan, mencari-cari Pak Ihsan dan Arkim yang kini menghilang.
Sayup-sayup mereka mendengar suara seperti dengusan dari banyak makhluk yang diperkirakan berukuran sangat besar.
"Pak Tohar, itu suara dengusan apa, ya? Kok saya jadi membayangkan kalau itu suara dengusan harimau," kata Dani seraya merungkut ketakutan.
ADVERTISEMENT
Ia juga tidak berani menyorotkan senternya ke arah tempat-tempat dari sumber dengusan berasal.
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/@acep_saep88]
"Kita sebaiknya segera meninggalkan tempat ini, Dan. Kita harus segera menemukan Pak Ihsan dan juga Arkim. Selalu saja rencana berubah. Tempat ini memang tidak beres," tukas Pak Tohar seraya beranjak sembari menarik lengan Dani. Mereka berdua berjalan dengan tergesa.
Sementara suara dengusan-dengusan tersebut semakin keras terdengar. Bahkan kini diiringi suara gemerisik dedaunan kering yang terinjak serta semak-semak yang ditabrak sesuatu yg besar.
"Kita harus lari, dan!" ucap Pak Tohar setengah terpekik saat melihat setidaknya dua pasang mata besar yang sedang melihat dengan garang ke arah mereka tepat beberapa meter di belakang.
"Lari, dan! Itu harimau!" pekik Pak Tohar seraya berlari sekencang mungkin diikuti Dani.
ADVERTISEMENT
Mereka berlari pontang-panting di dalam kegelapan dengan hanya cahaya senter yang menerangi jalan. Sementara kedua makhluk yang adalah sepasang harimau tersebut mengejar kedua orang tersebut dengan kecepatan yang pastinya tidak dapat ditandingi oleh manusia.
Saat itu baik Pak Tohar maupun Dani sudah pasrah jika harus berakhir di mulut kedua binatang buas itu. Apalagi salah satu di antara yaitu Dani, tersandung akar pohon hingga terpelanting kemudian jatuh terguling.
"Dani!" pekik Pak Tohar seraya berbalik ke arah Dani dengan maksud hendak menolong pemuda itu.
Namun sial, kedua harimau itu tinggal beberapa meter lagi mencapai mereka berdua.
"Ya Tuhan!" ucap Pak Tohar saat menyaksikan kedua harimau tersebut melompat, menerjang ke arah mereka berdua.
ADVERTISEMENT
"Lakukan saja secepatnya tanpa menyiksa kami! Lakukan!" teriak Pak Tohar tiba-tiba sambil menyorotkan senternya ke wajah salah satu harimau itu.
Mendadak kedua harimau itu menghentikan terjangannya kemudian mengaum dengan keras dan saling bersahutan di antara keduanya. Mereka terus mengaum kemudian membungkuk seperti dua ekor kucing yang sedang bersiap untuk menerkam mangsanya.
"Gaurrrrrrrrr!"
Kedua harimau itu mengaum kemudian melompat dengan kencang ke arah Pak Tohar dan Dani yang sedang merunduk karena ketakutan namun tidak sempat untuk lari.
Kedua harimau itu tampaknya hari ini akan makan besar. Kemungkinan mereka akan mendapatkan mangsanya sangat besar persentasenya.
Namun, tiba-tiba Dani menarik Pak Tohar kemudian berlari ke arah samping kiri. Baru dua langkah berlari, mereka berdua terjun bebas ke dalam ngarai di mana ternyata di bawahnya adalah sungai yang mengalir dengan derasnya.
ADVERTISEMENT
Mereka pun terjun ke dalam aliran sungai yang deras. Mereka berdua langsung terbawa arus air sungai. Mereka berdua menggapai-gapaikan kedua tangan di dalam derasnya arus air yg menyeret mereka.
"Uppp! Ulpppp!"
Mereka berdua kelabakan saat air terus menyeret mereka hingga ke hilir, ke suatu tempat di mana sungai itu melewati suatu wilayah kota dengan jembatan panjang di atasnya.
Saat diselamatkan oleh warga setempat, mereka berdua telah kehilangan kesadarannya.
"Dua orang ini kami temukan hanyut di sungai yang sedang banjir, pak. Mereka berdua sepertinya telah menelan banyak air. Kita harus mengeluarkan air dari perut mereka agar mereka tersadar," ujar salah seorang warga yang turut menolong Pak Tohar dan Dani.
"Mereka hanyut di sungai?" ucap seorang laki-laki yang mengenakan baju batik serta mengenakan kopiah berwarna putih.
ADVERTISEMENT
"Betul, Pak Lurah. Mereka bukan warga sini. Mungkin mereka pendatang atau bisa jadi mereka tersesat kemudian tidak sengaja jatuh ke sungai," tukas warga yang tadi.
Saat itu hari menjelang sore. Sebelumnya saat Pak Tohar dan Dani masih berada di hutan dan dikejar harimau, hari dalam keadaan gelap seperti di malam hari. Tampaknya efek magis yg melingkupi hutan itu tidak mencapai kota itu.
Pak Lurah bersama para warga pun membawa Pak Tohar dan Dani yang masih belum siuman ke puskesmas terdekat untuk diberikan perawatan.
"Arus air sungai membawa mereka hingga kemari. Jangan-jangan mereka jatuh ke sungai saat berada di tengah hutan itu. Sungai ini kalau tidak salah melewati suatu situs yang dianggap keramat. Ada juga yang bilang kalau situs tersebut adalah sebuah dusun yang sangat tertutup dengan warganya yang tidak ramah," kata Pak Lurah saat berbincang dengan warga di luar puskesmas. "Pertanyaannya untuk apa mereka di sana?"
ADVERTISEMENT
"Palingan juga sedang mencoba membuktikan keberadaan dusun itu, Pak Lurah. Saya sudah sering mendengar obrolan-obrolan tentang dusun terpencil yang berada di dalam hutan. Tidak jarang saya mendengar ada orang yang ingin membuktikan kebenaran tentang dusun itu," tukas warga.
"Bisa jadi, Pak Lurah. Tapi belum tentu juga. Bisa juga mereka adalah anggota rombongan para offroader yang tersesat. Sebab, saya sempat mendengar kabar mengenai para offroader yg mengambil rute ke pedalaman hutan yang mengarahnya sih ke lokasi yang diduga dusun itu berada," tukas Pak Subhan.
"Tapi mereka tidak memiliki semacam kartu anggota kelompok offroader itu, Pak Subhan. Saya menemukan kartu identitas mereka atas nama Toharudin Mahmud, Spd. dan Muhidani Fery, di dompet mereka masing-masing," sahut warga yang lain yang turut nimbrung.
ADVERTISEMENT
"Pak Solikhun sudah memeriksa identitas mereka? Syukurlah kalau sudah. Saya dari tadi mau menanyakan itu malah lupa lagi lupa lagi," tukas Pak Lurah.
Bersambung...