Konten dari Pengguna

Gangguan Nyi Ratu Blorong

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
25 Mei 2020 23:02 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Ratu Blorong, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ratu Blorong, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
Sobat Dukun, dalam tulisan kali ini saya ingin berbagi pengalaman horor pribadi ketika berkutat dalam penulisan isu-isu horor. Soal percaya atau tidak saya yakin itu adalah kebebasan setiap pembaca dan bebas untuk berkomentar.
ADVERTISEMENT
Kala itu aku berada di mess yang disediakan oleh kantorku, tempat biasa aku menginap apabila seharian penuh lelah karena urusan kerjaan. Sekitar pukul 21.30 WIB saat itu aku niatkan membuka laptop dengan maksud akan melanjutkan menulis cerita horor tentang Nyi Ratu Blorong.
Ukuran messku tidak terlalu luas memang, ya sekitar 3x3 Meter karena memang konsep kantor tempat kerjaku itu seperti vila dan homestay. Bahkan setiap kamarnya yang ada 6 dibuat dengan setelan bilik bambu agar terlihat nuansa alamnya.
Malam itu aku ingat sekali malam Jumat, sehingga kawan-kawan kantorku yang juga menginap di mess biasa pergi ke mushola untuk mengikuti pengajian bersama masyarakat. Awalnya aku biasa saja ketika hendak menulis cerita horor yang satu ini, namun lama kelamaan nafasku sudah tak terasa enak dan pengap seperti terisi penuh di sekitar kamar messku itu.
Ilustrasi bilik bambu, dok: pixabay
Lalu kemudian ketika aku melanjutkan di bait kedua, listrik di kantorku tiba-tiba mati meski hanya 5 menit aku kaget karena ditambah suara angin di luar yang kencang disertai suatu benda jatuh di belakang kamarku.
ADVERTISEMENT
[Entahlah] pikirku menyikapi kejadian itu. Aku memang bisa merasakan keberadaan 'mereka' para mahluk yang tak kasat mata. Biasanya kehadiran mereka ditandai dengan beredengungnya kupingku sambil tetiba leherku bergerak (tanpa disengaja), dan beberapa menit setelah listrik kembali menyala, aku merasakan kupingku yang berdengung sangat sakit berbeda pada biasanya dan disusul dengan leherku yang gerak ke kanan ke kiri.
Kata teman seperjuanganku di padepokan, pintu gaibku memang berada di leher, jadi ketika ada sosok mahluk yang mendekat dan ingin interaksi pintu itu biasanya diketuk.
Ilustrasi pundak, dok: pixabay
Aku mulai memegang kepalaku sambil mengucapkan 'istigfar' beberapa kali.
"Ada apa ini?," tanyaku dalam hati.
Aku tetap melanjutkan menulis tentang Nyi Ratu Blorong itu hingga akhirnya aku memaksakan untuk mem publish cerita itu sekitar pukul 11 malam lebih. Jujur, aku merasa ini adalah gangguan dari para pengikut Nyi Blorong pikirku saat itu. Karena ada beberapa mahluk yang masuk dalam pikiranku dan mampu mengeluarkan energi yang mengundang kepada para mahluk astral.
ADVERTISEMENT
Setelah ku posting cerita itu kupikir tak akan ada lagi gangguan mistis yang menghampiriku. Ternyata salah besar, justru gangguan semakin meningkat. Aku memaksakan diriku untuk tidur dan istirahat karena mungkin saja beberpa yang kejadian tadi hanya karena diriku yang lelah.
Lampu kamar aku matikan, dam tiba-tiba jendela kamarku yang sudah dikunci dibuka paksa hingga terbanting menghantam bilik bambu [bruak]. Tidak berpikir negatif, aku langsung menutup jendela itu sambil ngomong "duh angin kencang sekali malam ini," niat menghibur diri sendiri.
Leherku semakin menjadi-jadi gerak ke kanan dan ke kiri percis seperti orang gila yang merasakan pegal di pundaknya. Aku berusaha berdzikir dan memejamkan mata lalu bunyi cakaran di belakang kamarku terdengar begitu jelas.
ADVERTISEMENT
[kreeek krauuuk]
"Mampus gua!," ucapku dalam hati
Ilustrasi cakar hewan, dok: pixabay
Lalu klimaksnya disusul dengan suara rauman aneh dari balik kamar ku.
"Hmmmmmm Arghhhhh,"
Tubuhku mendadak lemas seketika, karena saat itu aku merasakan yang hadir semacam siluman namun aku tidak mau merasakan aura dari bentuknya karena akan memicu si mahluk masuk ke tubuhku (mediasi).
Karena aku sering sekali menjadi mediator dalam acara-acara dukun yang ada di sekitaran kota ku. Begitulah pengalaman hororku dalam menulis cerita ini, tidak semuanya memiliki gangguan dan tidak semuanya ketika menulis itu aman.