Konten dari Pengguna

Gelut dengan Dukun (Part 1)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
30 Oktober 2020 20:25 WIB
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dukun, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dukun, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
Kali in Mbah kedatangan cerita dari Sobat Dukun yang biasa sehari-hari ia melakukan aktifitas gaib dan lainnya. Hegar namanya, pakar supranatural alias dukun asli Banten juga sebagai rekan Mbah.
ADVERTISEMENT
Hegar baru saja melakukan aktifitas rutinnya saat itu, yakni melakukan pengobatan gaib atau sering kami sebut berikhtiyar atau "nyare'at" ke gusti allah untuk mendapatkan keberkahan dan keselamatan.
"Duhh yah mau malem minggu gini bukannya cewek yang ajak jalan malah ada panggilan gaib," keluh hatiku saat itu ketika mendapatkan informasi bahwa ada seseorang yang meminta untuk nyare'at kepadaku.
Perkenalkan, namaku Hegar seorang pemuda peccinta kucing yang kebetulan juga aku diberikan sebuah keberkahan dari gusti Allah dalam kewajiban menumpas hal-hal gaib yang merugikan kehidupan manusia.
Saat itu pas sekali malam minggu harusnya aku bisa jalan-jalan, yaa meskipun tidak ada pasangan, setidaknya nongkrong di kafe bersama teman juga bisa melepas penat setelah beberapa hari kemarin sibuk dengan urusan kerjaan.
ADVERTISEMENT
Tapi niat untuk bertemu kawan-kawanku malam itu harus aku tunda, selain tempat rekomendasi kumpulnya rame banget aku juga tiba-tiba memiliki agenda dadakan yang lebih penting dan menyangkut dengan keselamatan seseorang.
Arya (nama samaran) tiba-tiba sekitaran jam 4 sore mengirim pesan whatsapp kepadaku.
"A punten, malem bisa ke rumah Arya enggak?, ayah kena masalah a kayaknya enggak beres nih butuh bantuan aa," kata Arya.
"Oh iya , insyaallah aa ke sana abis solat isya gapapa kan?," balasku karena memang aku biasa melakukan kegiatan seperti ini malam hari selepas solat isya dan amalan lainnya.
"Iya a gapapa ditunggu ya a, berkabar kalo udah berangkat," tutup arya.
Arya merupakan kenalanku lewat hal-hal gaib seperti ini, pada saat dulu ia juga pernah berurusan denganku terutama karena masalah yang sedang ia alami. Waktu itu masalah yang dirasakan keluarga Arya seperti santet bentuk boneka pocong dan tanah kuburan yang ada di sekitaran rumahnya, alhamdulillah saat itu selesai dan lancar karena kehendak Allah.
ADVERTISEMENT
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/amaaisan]
Hingga saat itu aku dan Arya berteman baik dan aku anggap sebagai keluarga sendiri. Namun, setelah beberapa bulan terakhir ini ia sering cerita kepadaku bahwa keluarganya mengalami hal-hal aneh serta klimaksnya aku dipanggil kembali untuk memeriksa kondisi ayah Arya.
Setelah membaca pesan darinya aku langsung mempersiapkan segalanya baik perlengkapan seperti sepatu dan tas kecil andalanku karena menurut teman tongkrongan aku lebih keren kalo pakai tas ini. Juga tak aku lupakan ialah menyempatkan menerawang sedikit ke sumber masalah agar aku bisa menyiapkan cara menghadapi masalahnya.
Singkat waktu, jam 9 malam aku tiba di rumah Arya, di sana ia langsung menceritakan kronologis masalah yang ayahnya alami selama ini. Menurut keterangannya, ayahnya mengalami kesakitan yang hebat di kaki hingga tidak bisa digerakkan karena saking sakitnya.
ADVERTISEMENT
Mula-mulanya hanya kaki kanan yang dirasakan sakit, tak lama kemudian merambat ke kaki kiri dan saat ini keduanya tidak bisa digerakan dan lumpuh. Penyakit tersebut menurut Arya sangat cepat dan tiba-tiba saja ayahnya kesakitan seperti dipukul oleh puluhan orang.
Ilustrasi sakit kaki, dok
Jauh sebelum malam itu, aku sudah memberikan saran agar ayahnya diperiksa secara medis karena aku khawatir beliau memiliki riwayat asam urat atau penyakit lainnya yang berkaitan dengan kaki.
Lalu beliau pun sempat memeriksa ke dokter dan dilakukan pemeriksaan layaknya pasien pada umumnya. Namun setelah dicek medis ternyata hasilnya normal alias sehat walafiat. Tak berhenti di situ, aku juga menyarankan beliau pergi ke tukang urut yang familiar di kota tersebut, sebut saja pak Bani.
ADVERTISEMENT
"Wah pak, ini mah bukan urat kejepit, ini mah ada yang ngirim, tapi saya ga bisa ngobatinnya, saya cuma bisa ngerasain doang,” kata pak Bani.
"Walah," jawab ayah singkat.
Ketika aku sampai di rumah Arya, aku lumayan kaget karena kondisi rumahnya saat itu ramai sekali. Beneran ramai karena banyak saudara Arya yang juga sengaja hadir untuk melihat pengobatan ini.
Pikirku malam itu adalah beban kerjaku akan bertambah karena harus melindungi banyak orang. Bukan apa-apa, hanya saja ini akan menguras energi yang lumayan banyak, bayangkan saja aku harus melindungi 7 orang yang hadir serta 1 bayi dari gesekan energi apalagi ini adalah kasusnya santet.
Karena aku juga menghawatirkan takut ada kejadian yang hal-hal yang di luar kendali, aku meminta untuk kepada semua orang yang hadir saat itu untuk berdzikir kepada Allah. Yang membuat aku semakin khawatir adalah kami mereka semua berada di satu ruangan yang sama dengan pasien.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita setelah aku melakukan briefing kepada keluarga Arya, aku mulai duduk bersila dan ikut dzikir untuk melihat kondisi awal atau aku sering menyebutnya deteksi tubuh.
Ilustrasi scanning tubuh, dok: pixabay
Hampir 30 menit aku mendeteksi kondisi tubuh ayah Arya dan aku mendapatkan datanya. Yang kudapati dari persoalan yang dialami ayah Arya ialah sebuah kiriman santet yang dilatarbelakangi urusan karir dan jabatan.
Sepanjang kegiatan gaib aku, santet karena urusan kerjaan apalagi jabatan memang tinggi. Apalagi jika itu berkaitan dengan jabatan yang sangat strategis dan punya pengaruh yang besar terhadap kantor kerjanya.
Hasil scaning memeberitahukan ini ada kaitannya sama pekerjaan, benang merahnya ketemu ketika ayah juga bercerita tentang kerjaannya.
Jadi si ayah ini baru saja dapat promosi jabatan dan memegang sebuah projek yang lumayan besar. Namun, ayah juga menjelaskan bahwa jabatannya ini sebenarnya tidak ada kaitannya sama peningkatan gaji malah tanggung jawabnya yang semakin besar.
ADVERTISEMENT
Jujur saja tantangan dalam proses pengobatan ini memakan waktu yang lama karena kondisinya ayah ini ketika dipagar (dilindungi) di rumah ia bakal diserang di kantor kerjanya sehingga sulit dilakukan proteksi karena lokasi serangannya yang tak terprediksi.
Pada malam itu para keluarga Arya juga kebingungan dan melakukan diskusi bersamaku untuk mencari cara bagaimana caranya supaya si pengirim atau si pengganggu ini kapok dan tidak melakukan hal yang sama baik kepada ayah ataupun anggota keluarga lain.
Ketika semua orang di ruangan itu bertanya kepadaku soal cara membuat orang kapok,
"Hajar aja langsung sukma dukunnya," jawabku tegas.
Karena saat itu kupikir enggak akan ada orang manapun yang setengah-setengah dalam kiriman ilmu gaib apalagi sejenis santet. Oleh karena itu aku juga enggak mau setengah-setengah jadi harus dipangkas sampai akarnya, yakni si dukun atau yang punya barang-barang kiriman ini.
ADVERTISEMENT
Jika dikirim hanya ke pengirim dalam hal ini mungkin saingak kerja ayah, maka kupikir itu bukan solusi utama karena si musuh ini akan laporan ke si dukunnya.
Seingatku malam itu waktu menunjukkan jam 21:35 WIB,
"Semua pada dzikir yah, biar selalu dalam lindungan Allah SWT, jangan ada yang gibah, ini bukan lagi nonton topeng monyet," kata ku.
Kebetulan sekali anaknya ayah yang pertama ini bisa meraga sukma. Di case pertama kita bertemu udah aku latih sedemikian rupa, tapi memang sudah punya bakat awalnya, jadi emang “gift” dari Allah langsung, tinggal diasah, bukan belajar ke dukun atau tapa ke goa.
Bersambung...