Gelut dengan Dukun (Tamat)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
3 November 2020 20:00 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dukun, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dukun, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
Pada ronde kedua kali ini kami mempersiapkan segala matang termasuk kendaraan yang kami gunakan dari pantai menuju hutan. Saat itu kami diberikan akses kendaraan seekor arwah naga dari salah satu tokoh leluhur Indonesia, alhasil naga ini mampu membasmi berbagai macam mahluk yang dianggap receh atau kroconya kami sebut.
ADVERTISEMENT
Perjalanan dari pantai yang banyak mahluk hitam itu menuju pedalaman hutan memakan waktu tidak terlalu lama. Rumah si dukun tersebut memang dekat pantai namun bukan main penjagaannya, banyak sekali jin mulai dari kelas B hingga A ada di sana dan semua itu jadi lalapan si naga Eyang.
Rumahnya sudah terlihat dan kami mendarat dengan selamat di depan rumah si dukun itu tanpa susah payah. Perlahan kami masuk ke dalamnya, semua penjagaannya sudah ku bobol bareng Gagas dari atas naga tadi sebelum mendarat.
Rumahnya berukuran sedang, ada ruang tamu, masuk ke ruang tamu di sisi kanan ada dua kamar, terus lorong ke arah belakang. Di belakang ada ruang kosong lagi entah fungsinya apa tapi aku mencurigai ruangan kosong tersebut adalah tempat praktiknya melancarkan ilmu hitam sekaligus sebagai penerima tamu khusus urusan hal-hal gaib karena ruangannya yang cukup luas serta dekorasi yang menurutku melambangkan pesugihan yang sangat kuat.
ADVERTISEMENT
Meski sudah ku bobol pertahanan dari depan rumahnya, ternyata mahluk-mahluk mengerikan peliharaan si dukun ini masih banyak dan terus konsisten menyerang aku dan Gagas bahkan ia sesekali menunjukkan kewalahannya dan muntah-muntah tak mengeluarkan apa pun.
"Tahan gas, sebentar dulu lu duduk gua kasih ilmu sedikit biar lu gak oleng," ucapku sambil mengelus punggung Gagas.
Gagas tidak membalas ucapanku dan hanya menuruti saja, mungkin karena sudah tak karuan perasaan dalam dirinya. Meski orang itu kuat tapi jika terus digempur habis-habisan seperti ini aku rasa siapa pun akan tumbang.
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/amaaisan]
Itulah mengapa dalam perjalanan gaib baiknya kita jangan bepergian sendiri, seperti para pendaki gunung yang butuh pengingat dan pemberi kesadaran jika halusinasi itu muncul. Perjalanan gaib memang membutuhkan banyak sekali energi apalagi ini sudah jelas-jelas akan bertarung.
ADVERTISEMENT
Saat itu sambil memberi sebagian energiku ke Gagas, aku sambil memantau keadaan sekitar karena tujuanku adalah mencari keberadaan dukun tersebut. Akan tetapi tak semudah yang dibayangkan, sambil tangan kananku memegang punggung Gagas, tangan kiriku sambil menebas satu persatu mahluk menjijikan itu.
Bukan main memang, entah berapa nyawa yang telah dikorbankan menjadi tumbal kepada para mahluk ini, karena biasanya mahluk peliharaan seperti ini akan meminta imbalan sebuah nyawa atau darah dari manusia, naudzubillah min dzalik.
Ilustrasi bertarung gaib, dok: pixabay
Tidak lama kemudian aku juga yang dibantu oleh kehadiran sukma ayah berhasil menemukan sosok dukun tersebut dan berhasil menariknya keluar dari tempat bertapanya. Ternyata selama ini dia berada dekat denganku di ruangan sebelah kanan, dirinya sulit dilacak karena memang memiliki ajian halimun.
ADVERTISEMENT
Oh iya, peran ayah di sini tidak terlalu kulibatkan karena aku membawanya bukan untuk bertarung melainkan hanya untuk menyaksikan perjuanganku dengan Gagas karena memang ayah juga yang menginginkannya.
Setelah berhasil menarik sukma si dukun, terlihatlah sosok duku tersebut terpasang tasbih yang melingkar pada lehernya. Aku melihat ada yang aneh dari sosok tersebut, karena selain dirinya adem ayem kedatangan musuh seperti kita bertiga, ia terlihat seperti ada perisai yang sulit ditembus.
Akhirnya aku scanning kembali tubuh si dukun tersebut, betapa kagetnya aku ternyata si dukun tersebut ternyata sedang menggunakan rawa rontek. Ilmu yang bisa membunuh siapa pun yang disentuhnya, pantas saja saat si Gagas beberapa kali membacoknya tubuh si dukun itu kembali ke semula.
ADVERTISEMENT
Jadi dalam dunia gaib, sukma seseorang juga bisa dibunuh dan dibacok layaknya seperti tubuh aslinya asalkan sukma dilawan sukma supaya kita bisa leluasa bergerak. Dalam kasus si dukun ini aneh setiap bacokan yang dilayangkan Gagas, tubuhnya kembali utuh.
"Gas, Yah, tenggelemin langsung di laut gas, yah!,” teriakku panik karena takut si dukun tersebut memulai serangan baliknya.
Seketika aku langsung menghampiri si dukun biadab tersebut dan mengikat sukmanya supaya tidak bisa melakukan serangan balik.
“Ya Allah, hidup dan mati adalah urusanmu, tapi minimal, ni dukun kapok atau bagaimana kek terserah ya Allah, bismillah!,” ucapku saat itu yang bercampur aduk antara berharap dan kesal.
Atas izin Allah SWT, sukma si dukun akhirnya bisa diam dan tidak bergerak lagi. Sebelum ditenggelamkan ke laut, Gagas mengembalikan pedangnya yang dipinjam lewatku dan saat itu Gagas juga melanjutkan serangan kosongnya, mungkin karena masih kesal mungkin pikirku.
ADVERTISEMENT
"Mampus lu taik, kenapa sih lu praktik ilmu ginian ganggu orang aja apa sih faedahnya?," ucap Gagas sambil memukul dukun itu terus menerus.
Banyak pertanyaan yang Gagas sampaikan tapi sepertinya ia tak membutuhkan jawaban karena itu hanya luapan kekesalan kepada si dukun.
Melihat pertunjukkan tersebut membuatku juga ingin ikut andil dalam menumpas ilmu hitam di muka bumi ini.
"Gas udah gas cukup, gantian gua mau ulti nih orang," kataku sambil melerai si Gagas.
Saat itu aku ulti saja si dukun yang terus ketawa-ketiwi gak jelas sambil diikat.
"Bismillah, qulhu geni.....," ucapku sambil membenamkan serangan pamungkas kepada si dukun.
Yang tadinya sedari awal dari perjalanan rumah menuju pantai si dukun ini ketawa terus seketika ia mulai merasakan kesakitan dari hantaman yang kudaratkan di tubuhnya.
ADVERTISEMENT
"Ahhhhhhhh, bang*at lu," teriak si dukun hingga ia pun meminta ampun saat itu juga.
Melihat kondisi dukun itu, aku sama sekali tidak mengasihaninya karena orang yang meminta ampun saat terdesak menurutku adalah orang yang pasrah dan biasanya akan melawan balik setelah diberikan kelonggaran mirip seperti di film-film l
Setelah sampai di pantai tempat pendaratan pertamaku tadi yang masih banyak jin hitamnya, akhirnya aku lemparkan sukma si dukun tersebut ke lautan karena hanya itulah caranya melenyapkan ajian Rawa Rontek.
Ketika dilemparkan dan masuk ke laut, seketika itu juga semua sosok hitam di tepian pantai tersebut hilang bagaikan Thanos yang menjentikkan jarinya. Naga Eyang juga ikut senang melihat kondisi tersebut, entah kenapa aku melihat naga tersebut bisa senyum.
Ilustrasi Thanos, dok: pixabay
"La haula wa la quwwata illa billahil aliyyil azhimi," tutup kegiatanku malam itu.
ADVERTISEMENT
Akhirnya kita balik lagi ke dunia kita, saat balik ke rumah Arya semua terlihat bercucuran keringat bahkan si Gagas bajunya udah enggak bisa dipake entah kenapa banyak banyak sobekan seperti dicakar sosok raksasa.
Penonton pada saat itu hanya bengong dan melihat kami bertiga seperti permainan semata.
"A, tadi pas ayah dicabut sukmanya, kerasa banget dari tengkuk (leher belakang ) sampe ke ubun-ubun gitu kaya bolong dan adem,"
“Astagfirullah, lupa dibalikin yah, maap ehe," sambil netralisir aku scan lagi gimana keadaan dukun secara lahiriah.
Si dukun tergeletak di lantai kamarnya, mungkin tidur atau pingsan, semoga aja kapok.
"A, ini alhamdulillah, pangkal paha kaki kiri udah gak sakit lagi, tinggal dengkulnya yang masih agak nyut-nyutan,”
ADVERTISEMENT
"Bismillah, semua ada prosesnya, atau enggak itu mah udah umur kali,"
Setelah semua rangkaian agenda tersebut badanku terkulai lemas dan jatuh ke lantai seperti benar-benar kehilangan semua energi yang ada pada tubuhku. Aku tergeletak di ruangan tersebut tanpa ada rasa malu ditonton semua keluarga Arya karena memang sangat lelah.
"Ini a pake bantal, lurusin kakinya," inisiatif Arya sambil membantu meluruskan kakiku.
Saat itu aku diam saja dan termenung sambil mengumpulkan energi sedikit demi sedikit buat modal pulang nanti supaya kuat bawa motornya. Gagas yang sudah kembali pulih tenaganya mulai presentasi kepada penonton tentang apa yang sudah dilalui kami bertiga, aku tertegun saja salut kepada si Gagas yang cepat sekali ke keadaan awal.
ADVERTISEMENT
Jadi demikianlah kisahku soal membasmi praktik ilmu-ilmu yang menyesatkan, pada dasarnya semua ilmu itu bertujuan baik, yang membuat sesat adalah pikiran manusia itu sendiri. Singkat cerita aku pamitan kepada keluarga Arya, semuanya berakhir dengan baik namun sesekali aku juga selalu meminta informasi soal perkembangan ayah kepada Arya.
-Tamat-