Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Kisah Pertamaku Kerasukan dan Melihat Pocong
26 April 2020 20:10 WIB
Diperbarui 26 April 2020 20:21 WIB
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kisah ini bermula ketika aku dan 3 temanku melakukan ritual pemanggilan arwah penasaran, atau mungkin bahasa populernya paranormal activity. Kenalkan namaku Wisnu, aku mahasiswa tingkat akhir di salah satu universitas negeri di Banten.
ADVERTISEMENT
Saat ini aku tinggal di kontrakan bersama 3 temanku, Dimas, Yopi, dan Rio. Saat itu awal Februari, kami berempat hendak berkemas pindah kontrakan karena memang sudah jatuh tempo lebih 1 minggu yang harusnya habis akhir Januari, beruntung ibu kontrakan memberikan toleransi kepada kami.
Kami berempat pindah kontrakan karena dirasa banyak gangguan mistis dan banyak juga gangguan dari nyamuknya. Kami mengisi selama 1 tahun (karena sistem kontrak) yang sebelumnya kontrakan itu sudah 4 tahun tak diisi.
Kali ini aku tidak berniat mendeskripsikan detail ukuran kontrakan kami, seperti pada umumnya kontrakan saja dan ini tidak ada kaitannya dengan pengalaman hororku.
Nah singkat cerita aku dan ketiga teman lawakku itu akan berpisah dengan kontrakan horor itu, namun si Rio berinisiatif melakukan paranormal activity karena dirasa jengkel selama setahun hidup penuh gangguan.
ADVERTISEMENT
Dari keempat orang ini hanya aku saja saat itu yang tidak bisa melihat dan merasakan mahluk halus. Yopi, Dimas apalagi Rio masing-masing memiliki keahlian yang kurasa tidak normal tersebut.
Waktu menunjukkan pukul 01:00 Wib, kami memulai kegiatan tersebut dengan niatan mediasi (berkomunikasi dengan hantu) di mana saat itu Yopi sebagai Mediator. Aku hanya tersenyum melihat keanehan ketiga temanku tersebut.
Dimatikannya semua lampu di rumah itu, lalu diputar lagu Lingsir Wengi untuk memanggil semua hantu yang ingin berkomunikasi dan curhat kepada kita berempat. Karena Yopi memang sudah ahli dalam hal mediasi, tak selang lama langsung bereaksi dan dirinya kerasukan hantu yang mengaku sebagai Nyi Lastri.
Nyi Lastri ini mengaku bahwa dirinya bukan penghuni kontrakan tetapi dirinya hadir karena ada energi yang mengundang ke rumah tersebut. Dirasa gagal oleh kita, Yopi langsung disadarkan. Yopi yang merasa tak mau sia-sia dengan tenaganya, meminta agar aku (yang masih polos) agar bisa memahami juga hal-hal mistis tersebut.
ADVERTISEMENT
“Enggak aasik nih kalo kita bertiga doing yang tau, kasian si Wisnu enggak bakal paham hahahha,” sahut Yopi sambil menertawakanku.
“Iyalah kita bikin si Wisnu bisa juga soal ginian, sepakat gua Yo,” timpal Rio.
Dimas tidak berkata apa-apa, ia langsung menatap mataku dan seolah seperti memberikan kepercayaan.
“Sial,” gumamku.
“Udah ambil posisi lu duduk sila, terus hilangin pikiran kacau mesti tenang dan pejamin matanya,” kata Rio.
“Apaan dah gua kan gak nge iya in, gua gak mau ahh takut tiba-tiba liat setan. Gua bukan takut bro cuma kagetan kan lu tau gua gimana orangnya,” berontakku menolak ritual aneh itu.
“Nu, liat mata gua!. Lu aman ada kita bertiga bisa kok Cuma tenangin aja pikirannya,” Dimas meyakinkan persis Mario Teguh pikirku.
ADVERTISEMENT
“Yaudah deh, kalo ada apa-apa kita udah ga temenan dah bodo amat,” kesalku kepada mereka.
Singkat cerita aku mengikuti apa yang mereka inginkan untuk menjadi mediator. Konon katanya ketika kita menjadi mediator, maka kita mampu melihat sisi lain dari dunia ini. Ibaratnya kita mampu menembus pandangan dari si mahluk halus itu.
Dilakukannya ritual persis seperti saat mediatornya Yopi, diputar lagu Lingsir Wengi dengan kondisi lampu dimatikan. Berbeda dengan Yopi, aku memerlukan waktu yang sangat lama untuk membuat para hantu masuk kedalam tubuhku. 15 menit pertama aku betul-betul tak merasakan apa pun bahkan si Rio hampir marah marah.
“Wey fokus dong Nu jangan becanda, lemes nih gua,” bentak Rio.
“Sorry yo (Rio), yakan emang gua susah buat serius orangnya. Ayo deh kita coba lagi,” ucapku.
ADVERTISEMENT
“Hmmm,” tambah Rio dan kembali melanjutkan ritual sesat itu.
Ritual kedua ini aku berusaha menghilangkan semua pikiran yang kacau, dan mulai menenangkannya serta mengucap kata-kata “Hadir, hadir, hadir sini masuk ke tubuhku,” ucapku sambil bergumam. Tidak menunggu lama badanku terasa ada yang menyentuh dan menggerakkan namu posisi kesadaranku masih 80% karena bercampur ngantuk, wajar saja saat itu jam sudah menunjukkan sekitar pukul 02:00 WIB.
Mulai dari kedua sikutku terasa berat dan ingin mencakar lantai yang aku duduki, tenggorokanku sulit berbicara dan ingin menjerit rasanya. Kepalaku tertunduk ke bawah dan tak lama dari itu.
“Argghhhhhhh, mau pa kalian?, hahahahaha!,” aku berteriak setengah sadar juga tertawa puas meskipun taka da hal lucu saat itu.
ADVERTISEMENT
“Siapa ini?, Assalamualaikum,” tanya Yopi.
Rio yang fokus mengontrol tubuhku dan Dimas di sampingku sedang melihatku dengan tajam, aku bisa merasakan hawa keberadaan ketiga temanku.
“Aku @#Ghuhu8*,” ucap kacau ku saat ditanya nama oleh Rio.
Rupanya mahluk yang masuk ke tubuhku berjenis genderuwo dan sangat ingin menantang kami berempat, sontak Rio mencabut keluar mahluk itu dan ketika aku sadar, ketiga temanku memberikan ucapan selamat seolah aku baru saja mendapatkan prestasi yang besar.
“Gokil lu Nu akhirnya tau juga kan hal kayak ginian,” kata Dimas.
Aku yang belom terlalu sadar tiba-tiba berat lagi dan seperti ada yang masuk di badanku, lalu aku merinding dan menutup mata. Akan tetapi saat aku menutup mata aku menoleh ke sebelah kiri ku ada pocong sedang berdiri dan bergelendotan ke tubuhku.
ADVERTISEMENT
Wajahnya yang hancur aku masih ingat sekali, lengkap dengan pakaian khasnya persis di tayangan film-film namun kali ini lebih seram.
Tak tahu aku juga mengapa saat itu aku bisa melihat hantu, namun menurut Rio aku kerasukan mahluk lain dan otomatis bisa melihat si pocong. Dari kejadian itu aku sempat tak sadarkan diri 5 menit dan hingga saat ini aku bisa merasakan mereka baik yang mengancam ataupun yang mau berinteraksi.
Awalnya aku tak bisa mengontrol mereka semua, dan terus menerus keluar masuk silih berganti. Sebulan lamanya aku Hampir gila dibuatnya, namun kini sedikit demi sedikit aku mampu mengontrol diri dan bisa memahami kehadiran mereka.
-Tamat-