Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Kunjungan dari ‘Leluhur’
7 September 2017 16:06 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ikatan kekeluargaan tidak akan pernah lekang oleh waktu. Para leluhur kita masih dengan setia menyaksikan tindak-tanduk kita di dunia ini.

(Foto: livescience.com)
ADVERTISEMENT
Konon, ikatan kekeluargaan tidak akan pernah lekang oleh waktu. Para leluhur kita masih dengan setia menyaksikan tindak-tanduk kita di dunia ini. Bahkan bukan tak mungkin, para leluhur kita itu mengutus salah satu dari mereka untuk bertemu dengan keturunanya di dunia nyata. Kedatangannya pasti mengisyaratkan sesuatu yang penting, seperti peringatan akan terjadinya suatu bencana dsb. Bercerita tentang arwah leluhur yang turun ke dunia, gue punya pengalaman pribadi tentang itu.
Suatu hari gue, waktu itu gue masih SMA kelas 1, pergi untuk menonton sebuah pertunjukan balap motor ‘grasstrack’ (semacam motocross tapi versi motor bebek). Lokasi balapannya memang agak lumayan jauh dai rumah gue, dan terletak di perbukitan terpelosok gitu. Namun tekad gue untuk nonton telah bulat, hal itu ditambah dengan alasan karena kebetulan sepupu gue juga ikut balapan disitu. Maka pergilah gue ke sirkuit dengan ditemani oleh salah satu temen akrab gue.
ADVERTISEMENT
Sesampainya di sirkuit, gue segera ambil spot paling enak untuk nonton. Maklum, sirkuit di pedesaan seperti itu tidak kenal namanya tribun. Jadi para penonton biasanya duduk-duduk di bawah pohon atau berdiri persis di samping lintasan balap. Saat itu, peralatan untuk dokumentasikan sepupu gue yang ikut balap sudah gue persiapkan, hanya satu saja yang lupa: konsumsi untuk kami berdua. Maka berangkatlah gue dan temen akrab gue, mencari pedagang air atau warung setempat.
Akhirnya kami menemukan warung, lalu kami cukup-cukupkan uang jajan kami untuk bekal konsumsi saat nonton nanti. Saat menanjak hendak kembali ke sirkuit, tiba-tiba ada seorang kakek-kakek memanggil gue (kali ini nama gue disamarkan ya, sebut saja gue ‘Ujang’).
“Jang….. Ujang…..” seru kakek itu.
ADVERTISEMENT
Kaget bahwa ada yang memanggil nama gue, gue tidak langsung menjawab seruan si Kakek. Dalam hati gue, gue berpikir “pasti ada Ujang-Ujang lainnya di daerah sini” yang Kakek itu kenal dan seru. Guna memastikan, gue pun menoleh ke segala arah untuk memastikan pada siapa Kakek itu berseru, namun gue tidak mendapat siapapun. Akhirnya gue bertanya pada si Kakek:
“Manggil Saya kek?” Tanya gue
“Iya, kamu Jang.”
Mendengar jawaban itu gue makin terheran-heran. Lah bagaimana mungkin kakek itu tau nama gue dan kenal gue, sedangkan gue aja ga pernah punya sodara atau kenalan yang sosoknya seperti dia. Namun kebingungan itu segera buyar ketika si Kakek menyodorkan sebuah keresek hitam:
“Nih Jang ambil, ini salak. Lumayan buat sambil nonton balapan.”
ADVERTISEMENT
Gue yang dapat tawaran dari seseorang yang tak gue kenal spontan langsung mengatakan tidak. Gue pun menolak pemberian kakek itu dengan santun. Lalu kakek itu pun pergi entah kemana. Gue pun langsung bergegas nonton balapan. Singkatnya, balapan usai, dan gue pulang lagi ke rumah nenek gue. Setibanya di rumah, betapa terkejutnya gue atas apa yang pertamakali ditanyakan nenek gue saat gue baru saja masuk rumahnya.
“Tadi ketemu kakek-kakek yang nawarin kamu sesuatu gak?”
“Lah iya, kok nenek tau?”
“Ya, itu tadi arwah kakeknya nenekmu ini. Tadi dia sempat kunjungi nenek, katanya dia mau nitip sesuatu sama kamu.”
Nenek gue pun lanjut bertanya:
“Terus diambil ga tuh sesuatu dari dia?”
ADVERTISEMENT
“Engga nek ” jawabku dengan terpelongo.
“Oh gitu, yasudah tidak apa-apa. Toh kalo emang tuh barang harus banget dititipin sama kamu, nanti juga dia datang lagi.”
Mendengar jawaban nenek tadi malah bikin gue makin melongo. Tapi sampai saat ini, kakeknya nenek gue itu belum muncul-muncul lagi kok nemuin gue. Padahal gue nunggu .