Legenda Uhang Pandak, Manusia Kerdil Gunung Kerinci

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
28 April 2020 13:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi manusia kerdil, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi manusia kerdil, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jika Gunung Everest mempunyai kisah misteri tentang manusia salju atau Yeti, maka kami katakan Indonesia tak kalah dengan kisah semacam tersebut tanpa ada unsur plagiarisme sama sekali. Seperti di Gunung Kerinci yang menyimpan kisah misteri tentang manusia kerdil.
ADVERTISEMENT
Sering disebut dengan sebutan Uhang Pandak atau orang pendek, merupakan misteri sejarah alam terbesar di Asia. Keberadaan orang kerdil ini, telah memancing ahli binatang (Zoologi) untuk mendaftarkan laporan kera misterius ini di wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat, Provinsi Jambi, lebih dari 150 tahun.
Konon pada zaman dahulu, makhluk ini bisa ditangkap. Masyarakat dahulu menangkap makhluk ini dengan menyiapkan sebuah perangkap.
Sampai hari ini, makhluk di gunung Kerinci yang dikenal sebagai Uhang Pandak, memiliki variasi yang membingungkan dari nama dialek setempat. Sampai sekarang pun masih belum teridentifikasi oleh ilmuwan. Uhang Pandak ialah nama yang diberikan kepada seekor binatang yang sudah dilihat banyak orang selama ratusan tahun kerap kali muncul di sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi.
ADVERTISEMENT
Walaupun tak sedikit orang yang pernah melihatnya, keberadaan Uhang Pandak hingga sekarang masih merupakan teka-teki. Tidak ada seorang pun yang tahu sebenarnya makhluk jenis apakah yang sering disebut sebagai orang pendek itu.
Tidak pernah ada laporan yang mengabarkan, bahwa seseorang pernah menangkap atau bahkan menemukan jasad makhluk ini. Namun, hal itu berbanding terbalik dengan banyaknya laporan dari beberapa orang yang mengatakan pernah melihat makhluk tersebut.
Sekedar informasi, orang pendek ini masuk ke dalam salah satu studi Cryptozoology. Ekspediasi pencarian orang pendek sudah beberapa kali dilakukan di Kawasan Kerinci, salah satunya adalah ekspedisi yang di danai oleh National Geographic Society.
National Geographic sangat tertarik mengenai legenda Orang Pendek di gunung Kerinci, Jambi. Bahkan, beberapa peneliti telah mereka kirimkan kesana untuk melakukan penelitian mengenai makhluk tersebut.
ADVERTISEMENT
Adapun cerita mengenai uhang pandak pertama kali ditemukan dalam catatan penjelajah gambar jejak, Marco Polo, 1292, saat ia bertualang ke Asia. Walau diyakini keberadaannya oleh penduduk setempat, makhluk ini dipandang hanya sebagai mitos belaka oleh para ilmuwan, seperti halnya Yeti di Himalaya dan monster Loch Ness Inggris Raya.
Sejauh ini, para saksi yang mengaku pernah melihat Orang Pendek menggambarkan tubuh fisiknya sebagai makhluk yang berjalan tegap (berjalan dengan dua kaki), tinggi sekitar satu meter (diantara 85 cm hingga 130 cm), dan memiliki banyak bulu diseluruh badan.
Ilustrasi Yeti, dok: pixabay
Bahkan tak sedikit pula yang menggambarkannya dengan membawa berbagai macam peralatan berburu, seperti semacam tombak. Legenda Mengenai Uhang Pandak sudah secara turun-temurun dikisahkan di dalam kebudayaan masyarakat Suku Anak Dalam.
ADVERTISEMENT
Mungkin bisa dibilang, suku anak dalam (Kubu) sudah terlalu lama berbagi tempat dengan para Orang Pendek di kawasan tersebut. Walaupun demikian, jalinan sosial diantara mereka tidak pernah ada.
Awal tahun 1900-an, di mana saat itu Indonesia masih merupakan jajahan Belanda, tak sedikit pula laporan datang dari para WNA. Namun, yang paling terkenal adalah kesaksian Mr. Van Heerwarden di tahun 1923. Van Heerwarden adalah seorang zoologi, dan disekitar tahun itu ia sedang melakukan penelitian di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.
Pada satu catatan, ia menuliskan mengenai pertemuannya dengan beberapa makhluk gelap dengan banyak bulu di badan. Tinggi tubuh mereka ia gambarkan setinggi anak kecil berusia 3-4 tahun, namun dengan bentuk wajah yang lebih tua dan dengan rambut hitam sebahu. Van Heerwarden sadar, mereka bukan sejenis siamang maupun primata lainnya. Ia tahu makhluk-makhluk itu menyadari keberadaan dirinya saat itu, sehingga mereka berlari menghindar.
Ilustrasi ekspedisi, dok: pixabay
Satu hal yang membuat Mr. Heerwarden tak habis pikir, semua makhluk itu memiliki persenjataan berbentuk tombak dan mereka berjalan tegak. Semenjak itu, Mr. Heerwarden terus berusaha mencari tahu makhluk tersebut, namun usahanya selalu tidak berbuah hasil.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya masih banyak penelitian serupa tentang pencarian Uhang Pandak ini, namun hingga kini belum terpecahkan secara jelas apa dan bagaimana bentuk dari mahluk misterius ini, manusia kah atau binatang kah.
Sumber: buku Sekolah di Atas Bukit karya Ahmad Fuadi
Kaskus.co.id